“Apaa? Semalam Daddy meminta 100 ribu dolar. Kenapa sekarang jadi lima kali lipatnya?”Giliran Alland yang terkesiap. “Semalam? Aku tidak meminta apa-apa semalam.”“Ada, Dad. Daddy mengirimiku pesan, meminta uang tunjangan untuk istri daddy itu sama Giana membeli gaun dan meng glow up penampilan mereka. Dan yang daddy minta untuk itu saja 100 ribu dolar. Apa daddy lupa?”“Apaa?” Alland terperangah. Tapi dalam sekejap dia berkesimpulan, pastilah Shirley sudah menyabotase ponselnya. Pastilah Shirley yang menghubungi Tamara menggunakan ponselnya.Keterlaluan! Wanita itu berani meminta 100 ribu dolar hanya untuk gaun dan biaya dandan?Untung dia menelpon Tamara sendiri.Jika tidak, semua ini tidak akan dia ketahui.“Maafkan Shirley, Tamara. Aku rasa dia yang menghubungimu dengan menggunakan teleponku. Dia hanya tidak tega melihatku stress memikirkan utang-utangku ini. Jadi, dia meminta padamu.”“Ck!” Tamara yang tak tahan akhirnya berdecak kesal.“Jadi, berapa yang daddy butuh?”“Lima ra
“Err ... alamat rumahku ya, Bi?” Thea menjadi ragu-ragu.Giana mengiyakan dengan penuh semangat.“Tapi ... untuk apa?” tanya Thea lagi.Giana berdecak walau setelahnya dia masih menjawab dengan lembut.“Ya ... Biar Bibi nanti bisa datang dengan membawa contoh mobil baru dari kantor Bibi. Siapa tahu daddy mu mau membelinya.Ini mobil keluaran terbaru yang paling mutakhir. Biasanya daddymu itu mau membeli dan pinginnya menjadi pembeli nomor satu membeli mobil seperti ini. Begitu ...”“Oh ... begitu ...”“Iya, makanya beritahu alamat rumah kamu, jadi bibi bisa datang ke sana.”“Errr ...” Thea terdengar ragu lagi sehingga Giana pun mulai tidak sabaran.“Tadi katanya boleh bibi meminta alamat rumah kalian? Jangan bilang memang boleh tapi tidak bisa lagi lho!” geram Giana yang mulai menyadari bahwa dia sempat dipermainkan gadis kecil di ujung teleponnya ini.Sekalipun dia masih jengkel, tapi demi mendapatkan tujuannya, Giana bersedia berdamai dan tidak memperpanjang kekesalannya itu.Thea
Danny kembali menelan ludah dan tanpa sadar mengangguk.Dia lalu mencarikan nomor telepon Trevor.Sesudah didapatnya, dia memberikannya pada Giana.Dengan cekatan Giana mencatatnya di ponsel.Setelah selesai, saat dia mengangkat wajah hendak berterima kasih pada Danny, pria itu sudah menariknya menuju ruang arsip yang penuh lemari arsip dan bisa dikunci dari dalam.“Apa yang kau lakukan?” tanya Giana terkesiap akan tindakan Danny.“Menagih janjimu. Aku sudah memberikan nomor customer VVIP perusahaan ini sesuai permintaanmu.”Di saat itu, Giana tersenyum hendak menertawakan kebodohan Danny.Sudah tentu dia berjanji tanpa benar-benar berniat menepati janjinya.Tapi yang terjadi, Danny bergerak cepat, memagut bibirnya. Hisapannya begitu kuat dan liar sehingga Giana semakin kewalahan.Dan bahkan tangan Danny sudah menyelusup di blazernya untuk merasakan kedua dadanya.Giana tidak bisa menghentikannya karena Danny seperti setan kesurupan yang bensinya sedang dalam kondisi penuh.Dia benar-
Dia kembali menyesap teh hangatnya dan menggigit sedikit ujung cookiesnya.Giana semakin heran melihat tingkah ibunya.Dia mendekat dan memprotes, “Kalau bukan memelas terus apa namanya?”Shirley pun menatap Giana. “Begini, sayangku ... putriku. Tamara itu mengundang kita sebagai satu-satunya keluarganya pada saat pernikahan. Kehadiran kita ini sangat penting lho. Jadi, kalau kita tampil kucel, atau tidak glowing seperti tamu lainnya, pastilah Tamara akan malu.Karena itulah, dia pasti akan bersedia memberikan dana untuk kita.”Giana berpikir keras dan masih merasa kurang setuju. “Justru itu, ngapain kita menjaga dia agar tidak malu di hadapan keluarga suaminya?”Giliran Shirley menatapnya dengan rasa putus asa dan kekesalan.“Giana! Kalau dia memberikan kita dana, dana itu hanya sebagian saja kita belikan gaun. Sisanya bisa kita pakai untuk yang lain! Mom sendiri memiliki banyak cicilan yang belum lunas. Apalagi perhiasan dari Kenya yang satu tahun lalu itu masih banyak sekali cicila
“Sudah tidak perlu dipikirkan. Mereka diminta hadir saja pakai minta tunjangan. Biarkan saja. Mereka mau hadir atau tidak, tidak ada efeknya bagi kita, kan?”Trevor yang ikutan kesal, tapi dia tidak ingin melampiaskan kekesalannya di depan Tamara. Apalagi dia melihat Tamara pun sudah sangat kesal.Orang tua macam apa yang anaknya menikah malah minta uang. Ya, kalau jumlahnya masih wajar memang tidak masalah. Tapi ini sudah tidak wajar. Jumlah yang dimintanya bisa untuk membeli satu perusahaan kecil.Tamara mengangguk dan mematikan ponsel. Lalu meletakkannya dengan kasar ke atas nakas.Melihat itu, Trevor masuk ke balik selimut, mematikan lampu tidur dan hanya menyisakan satu lampu kecil di sudut dekat pintu.Beruntung mereka berdua terbiasa tidur dalam lampu yang remang-remang seperti ini sehingga tidak sulit menyesuaikan diri.Di balik selimut, Trevor memeluk Tamara dan sengaja memeluk erat agar tubuh mereka saling menempel.Tapi sepertinya Tamara memang terlalu kesal hingga dia tida
“Signore ...” ujar Tamara dengan senyum yang bernada mencibir bercampur candaan.“Ayolah ... aku sangat menginginkanmu,” bisik Trevor lagi sambil tiba-tiba mengangkat tubuh Tamara hingga berada dalam gendongan bridal style-nya.“Trevor! Kita sudah sepakat!”“Tidak bisakah kita lupakan saja kesepakatan yang dulu itu? Aku benar-benar menginginkanmu saat ini.”Trevor merebahkan Tamara di sofa panjang yang ada di ruang kerjanya.Dia kembali menindih Tamara dan menciumnya dengan lembut.Pagutannya terasa dalam meski masih tenang dan tidak menggebu.“Signore, apa yang sudah disepakati tidak bisa diubah.”“Begitu kah?”“Iya. Kecuali kau mau juga mengubah hari pernikahan kita.”Mendengar itu, Trevor langsung berhenti dengan segala aktivitasnya.Dia terdiam dan hanya menatap Tamara. Ada kejengkelan di manik matanya meski itu tidak seberapa besar.Pada akhirnya Trevor bangun lagi dan duduk.Dia masih memberikan tatapan kesal pada Tamara.Wanita itu lalu terkekeh sambil memeluk leher Trevor.“Se