Beranda / Romansa / Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah! / Bab 103: Berusaha Meyakinkan Diri

Share

Bab 103: Berusaha Meyakinkan Diri

last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-24 19:01:45
Handphone yang berbunyi di genggaman tangan telah mengalihkan perhatian Valencia dari langkahnya menuju ruang bermain. Dia tertahan sejenak ketika memerhatikan layar handphone yang menyala, di mana nama Roland tertera jelas.

“Halo, Kak?” sahut Valencia gugup yang tak menunda-nunda menanggapi telepon masuk dari Roland.

Dari sambungan yang terhubung pula terdengar suara berisik mesin pesawat bercampur deruan angin. Yang secara tidak langsung menjelaskan Roland baru saja mendarat di New York.

“Kakak sudah tiba di New York?” tanya Valencia memastikan pemikirannya.

“Apa Leah masih di rumahmu?” Roland mengabaikan dengan suara dingin yang tak ramah seperti biasanya.

Dan benar tebakan Valencia, jika Roland baru saja mendarat. Pria itu sedang berjalan menuju mobil yang menjemput di depan mata.

“Leah masih di rumahku.” Valencia menanggapi senang, sama sekali tak mempermasalahkan sikap tak ramah saudara tirinya itu.

“Ini sudah lebih jam tujuh malam, apa Michelle belum datang menjemput Leah? Aku m
Creamy Nyun_Nyun

Ehh David, jangan ngadi-ngadi lu yeee!

| 4
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Creamy Nyun_Nyun
iya mohon maaf salah ketik, udah nyun ganti nunggu terganti dari sistem ya kak ...
goodnovel comment avatar
Ida Purnama
Salah ketik ya Roland apa david yang bocara terakhir, Thor
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 104: Tak Bermoral

    “Maafkan saya datang di waktu yang tidak tepat.” Michelle langsung merundukkan kepala.Sungguh, wanita itu tak pernah membayangkan dihadapkan pada situasi itu. Penampilan David yang dinilai vulgar benar-benar ingin membuat Michelle kabur.Tetapi, dia menyadari bahwa tak boleh pergi dengan sia-sia. Karena dia telah penuh keberanian bisa sampai di titik itu.David tertawa mengejek sikap Michelle. “Kalau kau datang tidak tepat waktu, mana mungkin orangku mengajakmu ke sini.”Detik itu Michelle menyadari bahwa David memang berniat tak ramah menyambut kedatangannya. Sekaligus David memang sengaja berpenampilan vulgar di hadapan Michelle.Michelle menanggapi dalam diam dengan tatapan masih tertunduk. Seolah-olah dia menerima saja penghinaan David.Michelle bergeming tenang menyembunyikan rasa takut pada David yang beranjak pergi dari hadapannya. Wanita itu tak memiliki keberanian lebih untuk mengikuti langkah David. Sehingga Michelle berniat untuk mengutarakan kedatangannya dan menyelesaika

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-25
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 105: Melarikan Diri

    Bugh! Michelle berhasil membenturkan dahinya ketika David mendekat ke wajahnya. Benturan keras itu tepat mengenai hidung David yang berakhir membuat pria itu meringis kesakitan dan cengkraman tangannya di pergelangan tangan Michelle mengendur.Kesempatan itu langsung dimanfaatkan oleh Michelle. Dengan cepat Michelle mendorong David sekuat tenaga. Bahkan kaki yang tak lagi mengenakan heels akibat terlepas telah menendang kencang dada David saat pria itu ingin kembali menarik Michelle.Michelle segera bangkit setelah mengambil tas miliknya yang tak jauh dari jangkauan. Dia melarikan diri dengan bertelanjang kaki, sementara tangannya meremas kencang-kencang bagian depan pakaian yang kancingnya lepas akibat perbuatan kasar David.“Michelle!”Teriakan David yang memekik telah memaksa Michelle berlari kencang dan diminta jangan sampai tersandung dalam aksi penyelamatan diri.“Berhenti!”Instruksi tegas yang lantang diucapkan tak menggentarkan Michelle sedikit pun untuk menjauh dari David y

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-26
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 106: Bukan Suara Michelle

    Rasa cemas mendera Valencia yang sedang menikmati waktu bersama Albert—suaminya di ruang baca. Pikirannya yang terganggu oleh sesuatu membuat Valencia tak fokus pada buku di tangannya.“Apa yang kau pikirkan?” Albert menegur lembut dari posisinya duduk di sebelah. “Sejak Kak Roland menelepon, kau terlihat banyak diam dan memikirkan sesuatu. Apa ada pembicaraan Kak Roland yang tidak mengenakkan hatimu?” tanya Albert perhatian.Valencia menggeleng lemah. “Kak Roland membuatku senang karena dia lebih peduli pada Axel. Dia mengatakan akan membeli hadiah pada Axel untuk pertama kali.”Albert tersenyum lembut. “Syukurlah hubunganmu dan Kak Roland mulai membaik karena adanya Leah beserta Michelle.”“Aku berharap kali ini bisa banyak membantu mereka. Terutama pada Michelle. Dia sudah banyak membantuku sejak dulu demi menjalin hubungan baik dengan Kak Roland,” ujar Valencia mengutarakan pikirannya.“Melihat sikap Kak Roland, dia pasti tidak akan peduli bagaimana Daddy berambisi menjodohkannya

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-27
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 107: Tragis

    “Bibi, apa yang terjadi pada Mommy?” Leah menarik tangan Valencia yang bergegas ingin pergi menuju rumah sakit.Di depan pintu utama kediaman mewah itu, Valencia berbalik menghadap ke Leah yang berkaca-kaca.“Mommy Leah terjatuh sehingga harus dirawat di rumah sakit.” Valencia terpaksa berbohong karena tak sanggup menyatakan kondisi Michelle yang sebenarnya.“Apa terjatuhnya sangat parah sampai harus dirawat di rumah sakit?” tanya Leah cemas.“Tidak terlalu, tetapi mommy Leah harus dirawat oleh dokter agar cepat sembuh.”“Leah! Aku dulu pernah jatuh dan dirawat di rumah sakit.” Tiba-tiba saja Axel bersuara yang dengan naif meyakinkan Leah. “Jadi, percaya saja pada Mommy dan Daddy-ku. Mommy dan Daddy akan memastikan keadaan mommy-mu baik-baik saja!”Valencia tersenyum menatap putranya yang begitu tulus menghibur Leah. Padahal Axel tidak tahu yang sebenarnya terjadi. Tetapi tindakannya itu mampu meyakinkan Leah yang perlahan-lahan mulai melepaskan tangan Valencia.“Tolong beritahu aku t

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-27
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 108: Kesimpulan yang Kejam

    Jemari Valencia masih saja gemetaran menyentuh kulit pergelangan Michelle yang lebamnya mulai menggelap. Padahal itu sudah berulang kali Valencia lakukan, tetapi masih saja gemetaran setiap kali memeriksa keadaan Michelle.Dahi Michelle yang lebam, kedua sisi pipi yang juga terluka serupa. Kedua pergelangan tangan yang kanan maupun kiri—yang luka lebamnya lebih buruk dari dahi dan pipi. Belum lagi organ dalam Michelle yang terganggu akibat gas beracun.Entah bajingan mana yang tega melukai manusia baik dan tulus seperti Michelle. Setan apa yang merasuki pikiran orang itu sampai menaruh dendam begitu keji kepada Michelle.Valencia sampai merinding dan terperangah ketika mendengar kesaksian sopir taksi mengadukan perihal aroma alkohol yang kuat dari pakaian Michelle, tetapi hasil tes darah menyatakan Michelle tak mengonsumsi alkohol.Valencia mendesah kasar. “Michelle, apa yang orang-orang itu lakukan padamu?”“Jam besuknya sudah habis.”Sentuhan tangan Albert di bahu tiba-tiba menyadar

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-28
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 109: Mencari-cari

    Hari itu David memilih bekerja dari rumah dan meminta personal asisstant-nya membawa dokumen-dokumen penting ke kediaman mewahnya. Hidungnya yang berdarah masih sakit. David tak ingin menimbulkan perhatian apa pun jika datang ke firma hukumnya.“Aku tidak akan datang ke firma untuk tiga hari ke depan. Jika ada dokumen yang perlu aku tanda tangani, bawa saja ke sini.” David menjelaskan sembari menandatangani dokumen terakhir yang diberikan.“Bagaimana keadaan hidung Anda, Tuan David?” tanya wanita itu—si pengganti Michelle yang cuku ragu-ragu bersuara. “Kemarin malam saya terkejut Anda meminta saya untuk menghubungi dokter pribadi Anda dan mengetahui hidung Anda berdarah.”“Sudah lebih baik.” David menanggapi tenang sembari menutup dokumen terakhir itu.“Sebenarnya apa yang terjadi, Tuan David?”David melayangkan tatapan tajam. Entah mengapa dia sangat kesal pada wanita itu. Di dalam hati dia mulai membanding-bandingkan wanita itu dengan Michelle.Michelle tak pernah mengulangi hal yan

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 110: Akan Aku Beritahu

    “Apa Mommy benar baik-baik saja, Axel?” tanya Leah gelisah dengan mata sembab habis menangis.Axel mengulurkan tangannya ke kepala Leah. Dia mengelus-elus kepala Leah sejak tadi mengurung diri di kamar. “Bukankah saat daddy-ku pulang sebentar mengatakan jika Bibi Michelle baik-baik saja? Kau tidak perlu cemas. Dan ayo keluar dari kamar dan makanlah.”Leah menggeleng dengan ekspresi murung semakin bertambah. “Aku tidak lapar. Aku mau bertemu dengan Mommy. Sejak kemarin aku belum bertemu dengan Mommy.”“Kau tidak bisa bertemu dengan Bibi Michelle di rumah sakit. Anak-anak seperti kita tidak boleh mengunjungi rumah sakit karena kita rentan terkena virus di sana.” Axel masih berusaha menenangkan Leah.“Tapi aku rindu pada Mommy, Axel.” Leah merengek dengan matanya yang basah oleh air mata.“Leah, tenanglah. Jangan menangis.” Sama seperti sebelumnya, Axel begitu lembut membujuk Leah dan mengelus-elus Leah yang gelisah. “Mommy-ku ada di sana menjaga Bibi Michelle.”“Axel,” seru Leah yang ber

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-29
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 111: Pertemuan Tak Terduga

    Di dalam lift yang dinaiki, Roland melepaskan napas kasar. Pria itu merengkuh sedikit kelegaan setelah berbicara dengan Jullian. Setelah sekian lama berlalu, Roland tak lagi ragu ingin mengungkapkan alasan menceraikan Ella.Dia memiliki alasan yang tepat untuk tidak mengubur aib itu sendirian. Jika dulu dia memilih acuh, kali itu dia terdorong harus demi menata masa depan indah bersama wanita yang dicintai.“Sore ini bisa kosongkan jadwalku? Aku ingin menjemput daddy yang pulang sore ini.” Roland tenang meminta pada Daniel yang berdiri di belakang.“Saya akan mengatur untuk Anda.” Daniel mengulas senyuman getir setelah terpaksa memenuhi permintaan Roland.“Oh ... iya, Tuan. Saat menunggu Anda tadi, Nyonya Valencia menghubungi saya. Beliau menanyakan perihal Anda yang tidak menjawab telepon. Saya mengatakan jika Anda sedang menjenguk Tuan Jullian.”Roland tersadar pada handphone-nya yang di-silent-kan di dalam saku dalam jas setelah Daniel mengadu. Tanpa menuda pria itu merogoh saku dal

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-01

Bab terbaru

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 139: Di Pangkuan yang Menggoda

    “Dasar mesum!”Michelle membalas kejam lewat gigitan kecil yang menyakitkan di telinga Roland. Wanita itu tak terpengaruh oleh Roland yang mengerang kesakitan. Sebaliknya, Michelle merasa puas melihat Roland yang meringis sembari menggosok-gosok telinganya yang habis digigit.“Aku sedang serius berbicara, Roland!” Michelle memprotes sampai matanya menyorot tajam. “Apa kau tidak bisa serius sedikit?” lanjutnya menghardik ketus.“Apa aku terlihat tidak serius?” Roland balik memprotes dengan tangan masih menggosok-gosok telinganya yang sakit. “Selama kau mengenalku, apa aku pernah tidak serius?”Michelle terdiam karena perkataan Roland tidak bisa dibantah. Memang benar, sepanjang Michelle mengenal pria itu tak pernah sekalipun ketidakseriusan terjadi. Michelle bahkan mengingat jelas Roland yang selalu konsisten pada ucapannya. Bahkan sekalipun Michelle menganggap hal itu tidak masuk akal, Roland tidak pernah bercanda dalam hidupnya.“A-aku sedang ingin berbicara serius denganmu!” Michell

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   BAB 138: Apa Bisa Bertanggung Jawab?

    Michelle mulai menjalani rutinitas pagi setelah merasakan kondisi tubuh semakin membaik. Sejak kemarin dia sudah mulai menyiapkan sarapan pagi dan membantu Leah bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah.Padahal Roland sudah bersikeras melarang dan menasihati Michelle agar lebih banyak beristirahat. Tetapi, wanita itu juga bersikeras tak bisa berdiam diri karena sudah terbiasa melakukan aktivitas seperti itu.Aktivitas paginya hanya sekadar itu. Michelle sudah resmi mengundurkan diri dari firma hukum David. Barang-barang miliknya pun sudah diantar oleh pihak firma sesuai alamat tempat tinggalnya.Pagi itu di ruangan santai yang bersebelahan dengan balkon, Michelle terlihat fokus pada sebuah buku yang dipegang.Dia sampai tidak menyadari kedatangan Roland yang baru saja kembali setelah mengantar Leah ke sekolah. Sampai-sampai Michelle tidak tahu Roland telah duduk di sebelahnya.“Apa yang sedang kau pikirkan?”Michelle tersentak kaget oleh Roland yang datang tiba-tiba. Wanita itu berings

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 137: Ayah dan Gadis Kecilnya

    “Ah ... untuk makan malam nanti Leah mau menu apa?”Michelle memalingkan pandangan setelah sengaja mengalihkan pembicaraan. Wanita itu pun beranjak dari duduk di tepian ranjang yang tak lama kemudian mengeluarkan handphone dari saku depan celana.“Sepertinya akan menyenangkan jika kita makan malam di luar.” Sembari memainkan handphone, Michelle sibuk berbicara sendiri tanpa peduli bagaimana Roland beserta Leah menatapnya. “Di sekitar sini banyak restoran, ‘kan? Sepertinya menu daging dan salad sayur akan terasa nikmat,” lanjutnya masih asyik sendiri.“Mom,” Leah menginterupsi datar.“Ya?” Michelle menyahut, kemudian menatap Leah yang menyorotnya tajam penuh rasa curiga. “Leah mau menu makan malam apa?” tanya Michelle yang sengaja menyembunyikan perasaan.“Mommy masih bisa memikirkan makanan ketika aku bertanya?” seperti biasa Leah mengkritik tajam ketika keinginannya belum terpenuhi.“Dokter mengatakan pada Mommy untuk banyak makan dan beristirahat. Mommy tidak salah jika lebih memiki

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 136: Berjanjilah Padaku

    Sejak masuk ke dalam kamar tidurnya, Roland tak lagi menyembunyikan kegelisahan diri. Sejak tadi dia sudah mondar-mandir tak jelas, sementara itu napas pun berkali-kali diembuskan kasar.Selain gelisah dan cemas yang merasuki jiwa, rasa bersalah turun ikut campur mempermainkan perasaan Roland. Samar-samar dia memperhatikan sikap Leah yang perlahan-lahan murung.Jujur saja, Roland sudah berniat menguping pembicaraan Michelle bersama Leah di dalam kamar. Pria itu sudah menajamkan telinga ketika menutup rapat pintu kamar tamu.Tetapi, logikanya telah menasihati untuk sedikit lebih sabar. Roland dengan terpaksa memercayakan segalanya pada Michelle.“Sebaiknya aku menenangkan diri dengan beberapa gelas air mineral,” gumamnya lemah yang memutuskan beranjak dari kamar.Ketika keluar dari kamar mata keabu-abuannya langsung membidik kamar tamu yang berada di ujung lantai. Keberadaan kamar itu bagaikan sebuah magnet besar yang sulit mengalihkan perhatian Roland.Meski perhatian tertuju ke kamar

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 135: Bagaimana Jika Tahu? (II)

    Roland masih tak banyak bersuara ketika tiba di penthouse. Dia hanya berbicara sekadarnya ketika ditanya. Tak peduli bagaimana cerewetnya Leah selama di perjalanan, hal tersebut sama sekali tak memengaruhi Roland.Sikapnya itu memantik rasa penasaran Leah yang setia menggenggam tangan Michelle. Bahkan Leah sampai menatap tajam Roland yang berjalan lebih dahulu di depannya.“Karena kamar yang tersedia hanya dua, kau dan Leah akan tidur di kamar tamu di lantai atas—yang berada di sebelah kiri,” jelas Roland tanpa menoleh pada Michelle dan Leah yang mengikuti dari belakang.“Kamar tamu di lantai bawah masih belum layak untuk ditempati dan masih tahap renovasi. Jadi, sementara waktu kau dan Leah akan tinggal dalam satu kamar.” Barulah Roland berbalik menatap setelah bersuara datar.“Kami tidak masalah.” Michelle menanggapi tenang.“Barang-barang kalian akan tiba sore nanti. Sementara waktu kalian bisa menggunakan barang yang telah aku siapkan.” Roland masih bersikap sama.Michelle mengang

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 134: Bagaimana Jika Tahu? (I)

    “Apa kita tidak ke rumah sebentar untuk mengambil beberapa barangku dan Leah?”Michelle berusaha memecahkan keheningan canggung yang membentang di dalam mobil. Dia melirik ke samping di mana Roland bergeming tenang sembari fokus mengemudi. Michelle sedang samar-samar menanti tanggapan Roland yang sejak tadi menutup mulut.“Karena tidak tahu berapa lama aku dan Leah tinggal di tempatmu, sepertinya tidak salah jika kita ke rumahku untuk mengambil beberapa barang keperluan kami.” Michelle kembali mencuri perhatian dengan ketenangan yang hati-hati.Sayangnya, usaha Michelle belum mampu menarik perhatian Roland. Pria itu masih bergeming seperti semula. Seolah-olah dia mengabaikan keberadaan Michelle.Sikap Michelle itu berkaitan dengan sikap Roland yang tiba-tiba menjadi pendiam. Padahal sebelumnya Roland sangat kritis atas apa pun ucapan Michelle. Sehingga Michelle menaruh kecurigaan pada Roland yang sepertinya sedang memikirkan sesuatu.Keheningan Roland dinilai gugup dan gelisah. Penda

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 133: Firasat

    ~ Beberapa hari kemudian ~Michelle mengantongi izin pulang setelah dokter memastikan kondisinya sudah jauh lebih baik dari sebelumnya. Beberapa luka yang menggores di tubuhnya pun mulai menutup, termasuk luka memar di tangan juga sepenuhnya memudar.Meskipun sudah bisa bergerak bebas seperti biasa, Michelle tak diizinkan turun dari ranjangnya. Wanita itu hanya diperbolehkan duduk di sana.Dan tidak usah ditanyakan siapa pelaku yang membuat Michelle kesal. Dia adalah Roland—yang sibuk merapikan barang-barang milik Michelle ke dalam sebuah tas.“Kita akan lebih dulu menjemput Leah di rumah Valen, lalu setelah itu kita akan ke penthouse-ku.” Roland dengan tenangnya memberitahu sembari menyelesaikan kegiatannya merapikan barang-barang ke dalam tas.“Maksudmu dengan kita? Apa aku dan Leah juga akan ke penthouse-mu?” Michelle memprotes, sementara matanya telah menatap tajam pada Roland yang berakhir menatapnya.Sebelum bersuara, lebih dulu Roland mengancingkan tas berisi barang-barang Mich

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 132: Apa Kau Siap?

    Tidur yang Roland inginkan adalah berbaring di samping Michelle dengan tangannya menggenggam tangan Michelle. Kehangatan dari jemari yang menyatu mampu menghibur Roland yang menatap dingin langit-langit kamar inap itu.Keinginan sederhana itu membuat jiwa Michelle gelisah. Dia bertanya-tanya di dalam hati dan mulai menerka-nerka masalah apa yang Roland hadapi.Sebelum meninggalkannya bersama Valencia, Michelle mengingat Roland yang menerima telepon. Jika telepon itu berkaitan dengan pekerjaan, Roland tak akan ambil pusing sampai emosinya tak terkendali. Sehingga Michelle menyimpulkan jika telepon itu berkaitan dengan seseorang yang mampu menguras emosi seorang Roland Archer.“Tadi aku menghabiskan makananku.”Alih-alih menanyakan langsung, Michelle sengaja berbasa-basi demi bisa membangun suasana berbicara dengan Roland.Suara tawa ringan Roland merespon, sekaligus berhasil memancing perhatiannya yang lama membisu pasca ciuman erotis beberapa waktu lalu.“Kau memang harus makan dengan

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 131: Keinginan yang Mendesak

    Di taman yang berada di halaman belakang rumah sakit, Roland menata perasaannya. Beberapa puntung rokok dari sebungkus rokok yang dibeli telah dihisap.Meskipun terlihat menikmati bagaimana reaksi rokok tersebut, ekspresi dingin penuh kebencian tak bisa Roland sembunyikan. Dia masih sulit menenangkan pikirannya dari keributan beberapa waktu lalu.David terang-terangan menyesal dan mengaku tersakiti. Dia merasa paling tak beruntung karena tak mendapatkan balasan perasaan dari Michelle.Kesimpulan itu yang membuat Roland naik pitam sampai menimbulkan sebongkah kebencian yang kokoh. Namun di sisi lain, timbul seberkas kekecewaan atas akhir hubungan pertemanan yang terjalin.Bagaimanapun David pernah menghibur Roland yang hancur lebur di masa lalu.Setelah mengembuskan asap dari rokok yang dihisap, Roland berjalan meninggalkan tempat itu. Selain sudah cukup mengatur perasaannya, Roland merasa sudah lama meninggalkan Michelle. Sehingga dia bergegas menemui Michelle.Ada setitik perubahan a

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status