Share

BAB 174. Pecat Bagio untukku.

Bayangan Saka yang jika tertawa memamerkan lesung pipi di sebelah kirinya membuat Ratih semakin semangat mengerjakan pekerjaannya di pabrik. Semangit hidupnya kembali timbul dan pikirannya setenang air laut di pagi hari. Sangat tenang tidak berombak.

“Bunda jadi ikut kan? Yuk bergegas,” ajak Ratih sambil mengembangkan senyuman di wajahnya.

“Tentu saja, ayo kita bergegas pulang,” sahut Lusi langsung mengambil tas selempangnya dan naik ke atas mobil anaknya.

Keduanya mengisi perjalanan tersebut dengan berbagi cerita kelucuannya Saka. Bagaimana Saka akan terbahak kalau mendengar Lusi bersin. Sedangkan Ratih menceritakan bagaimana ekspresi anaknya jika hendak buang air besar.

“Oh Tuhan, Bunda. Aku tidak pernah menyangka akan sangat bahagia seperti sekarang ini,” ucap Ratih dengan kedua mata yang berbinar.

“Iya Nak. Berbahagialah, ayahmu pasti ikut tersenyum, tertawa dan menangis haru di sana,&rdqu

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status