Share

3-MAAF YASMIN

MAAF, YASMIN!

"Yasmin bego, begooo! Kok bisa mau beli tapi gak bawa hepeng, kan jadinya amsyiong." Saking kesalnya pada diri sendiri, Yasmin sampai menjitak kepalanya berkali-kali.

Gontai ia berjalan menuju motor, terbayang wajah songong si tuan muda mesum. Bergidiklah Yasmin sembari mengusap tengkuk, pasti dia akan kena marah lelaki itu karena kembali dengan tangan kosong.

"Bodo amat, ah! Palingan dia ngoceh, dengerin aja masuk kuping keluar dari pantat," sungutnya lagi.

Deru mesin motor terdengar, secepat kilat Yasmin memacu kendaraan roda dua tersebut kembali ke istana mewah Harisson.

Sesampainya di kediaman megah yang ramai banyak orang, Yasmin segera mengayunkan langkah menuju lantai dua di mana kamar si tuan muda berada.

Kedua kakinya terasa diganduli beban berat, meski ingin cuek tapi tak dapat dipungkiri kalau ia takut kalau si tuan muda mesum akan memecatnya.

"Ya Tuhan, jangan buat aku jadi pengangguran. Hutang aku ke koperasi simpan pinjam belum lunas, bukan masalah takut ijazah yang dijaminkan disita pihak koperasi tapi takut juga malu kalau sampai ditagih kolektor," cerocos Yasmin di sepanjang perjalanan menuju kamar Gagah.

Kedua bibirnya langsung mengatup rapat saat daun pintu putih di tengah ruangan di lantai dua sudah di depan mata, tangan kanannya terangkat ke atas hendak mengetuk tapi diurungkannya karena takut.

"Ayo, Yasmin! Lu berani, masa iya ngurek cacing buat mancing ikan di kali aja lu berani tapi ngetuk pintu kamar si tuan muda mesum doang ciut."

Demi bisa mengumpulkan keberanian Yasmin memutuskan untuk memejamkan mata, beberapa saat kemudian ia ayunkan kepalan tangan untuk mengetuk tanpa membuka netranya.

Tanpa disangka dan tidak terduga pintu terbuka, pada saat yang bersamaan kepalan tangan Yasmin mendarat tepat di dada Gagah yang berdiri menatapnya heran.

Sadar yang diketuk-ketuknya bukan pintu melainkan dada bidang si tuan muda, Yasmin segera menarik tangan dan membuka matanya.

"Kamu ngapain, hah?" tanya Gagah sembari mentoyor kening Yasmin dengan jari telunjuk.

"Eh, Tuan muda. Maaf—"

"Mana es telernya?" Gagah menelengkan kepalanya ke arah tangan Yasmin yang kosong.

"Itu, es telernya habis."

"Terus? Kamu gak ada usaha?"

"Bukan begitu, Tuan. Sebenarnya tadi nyaris berhasil, tapi saya lupa bawa ... uang."

Gagah geleng-geleng kepala dan berdecak kesal.

"Kamu minta dipecat, ya?"

"Aduh, Tuan, jangan dong. Saya punya cicilan ke koperasi simpan pinjam dengan jaminan ijazah SMA saya, kalau sampai dipecat bisa-bisa saya—"

"Curhat sama Mamah Dedeh sana, aku gak suka punya pekerja yang gak kompeten dan selalu menjual penderitaan demi menutupi kesalahan."

"Tapi, Tuan ... masa iya gara-gara es teler doang, Tuan tega mecat saya?"

"Berasa gak punya salah kamu ya sama aku? Aku gak akan lupa tragedi gayung, kepala aku masih nyut-nyutan kalau ingat kejadian itu."

Mendengar ocehan Gagah, Yasmin jadi tersadar bahwa lelaki di hadapan ternyata masih menyimpan dendam terpendam atas insiden dahulu.

"Untuk kejadian itu, saya aku kalau saya salah, tapi kesalahan saya dipicu sama kesalahan Tuan. Coba Tuan gak nerobos masuk, pasti saya gak akan mukul Tuan."

Gagah memutar bola mata tanda ia jengah dengan ucapan Yasmin yang tetap membela diri meski bersalah.

"Aku akan temui Bu Rahayu."

Yasmin menahan Gagah yang hendak melangkah pergi meninggalkan dirinya, wajahnya memelas meminta belas kasihan pada lelaki jangkung berkaus putih di hadapan. "Jangan temui Bu Ayu, Tuan. Saya ngaku salah, saya minta maaf, jangan pecat saya," isaknya lirih.

"Maaf kamu gak tulus."

"Sumpah, ini tulus banget. Tuan gak lihat air mata saya ini? Ini air mata penyesalan."

"Oke, aku kasih kamu maaf tapi dengan syarat."

"Sok sebutin syaratnya apa, kalau saya sanggup pasti saya lakuin yang penting Tuan jangan pecat saya."

Merasa menang, senyum di wajah Gagah mengembang sempurna. Otaknya langsung bekerja memikirkan kira-kira hukuman apa yang cocok diberikan pada Yasmin.

Tak perlu waktu lama, ide konyol pun muncul.

"Oke, setelah kamu siap dengan seragam untuk nanti malam, segera ke sini lagi. Aku mau kamu pakai sesuatu untuk melengkapi penampilan kamu," seru Gagah.

"Apa itu, Tuan?"

"Kamu akan tahu nanti, sekarang kamu boleh pergi."

"Ba-baik, Tuan."

Kamvret kan memang si tuan mesum ini, gelagatnya dia pasti mau ngerjain gue malem ini. Huft! Nasib jadi jongos ya kaya gini, sekalinya dapet majikan baik tapi anaknya songong warbiyasah. Sebulan lalu kerja di sini anteng aja, semenjak ada dia semua berantakan.

Yasmin berjalan tergesa meninggalkan si tuan muda yang tertawa sendirian, tak sabar lelaki itu menunggu saatnya tiba. Gagah yang punya sebuah rencana konyol merogoh saku celananya, mengambil ponsel dan menelepon seseorang.

"Halo, belikan sesuatu yang akan aku kirim gambarnya by W*, antar segera maksimal 30 menit. Paham?"

"Bagus."

Sambungan telepon terputus, tapi Gagah masih berkutat asyik dengan ponselnya. Mencari-cari sesuatu di internet lalu kemudian mengirim foto serta pesan kepada orang yang dia hubungi barusan.

[Jangan lupa lubangi di kedua sisinya, lalu pasangkan tali agar terlihat seperti topi.]

🍁

Yasmin juga pelayan lain yang sudah siap dengan seragam khusus, tamoak duduk manis di ruang makan pelayan untuk mengikuti brifing yang disampaikan Rahayu sebelum melaksanakan tugasnya masing-masing.

Setengah jam lamanya Rahayu memberi pengarahan serta wejangan agar semua pelayan bekerja dengan baik tanpa melakukan kesalahan, begitu semua materi telah disampaikan si kepala pelayan berpakaian kemeja putih dan celana bahan abu basah itu membubarkan semuanya.

Tidak seperti yang lainnya, Yasmin tidak langsung ke tempatnya bertugas yaitu di bagian soft drink, gadis tersebut diam-diam melipir ke lantai dua untuk menemui Gagah.

Dengan hati deg-degan ia mengetuk pintu kamar si tuan muda, tak perlu waktu lama yang Gagah muncul dengan pakaian yang sudah rapi. Lelaki itu sudah siap untuk acara pesta malam ini, aroma maskulin yang segar menyeruak memanjakan indera penciuman Yasmin.

"Selamat malam, Tuan," sapa Yasmin basa-basi.

Gagah tak menjawab sapaan Yasmin, ia malah kembali masuk dan tak lama kembali dengan membawa sesuatu di tangannya.

"Pakai ini, wajib! Sebagai syarat agar kamu gak dipecat."

Mata Yasmin terbelalak saat menerima barang pemberian Gagah, mulutnya menganga tak percaya bahwa Gagah tega menyuruhnya memakai sesuatu yang tidak pantas ia pakai apalagi di acara pesta yang dihadiri orang-orang kaya juga penting.

"Ampun, Tuan. Jangan lakukan ini," rengek Yasmin seraya menghentak-hentakan kedua kakinya bergantian bak anak kecil yang sedang merajuk pada ayahnya.

Alih-alih mengabulkan permintaan Yasmin, Gagah malah menyilangkan kedua tangannya dan menyandarkan punggungnya di sisi kusen pintu. Tawanya berderai, lelaki itu kini sedang menikmati kepanikan sang pelayan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status