Share

2-INSIDEN ES TELER

INSIDEN ES TELER

"Siapa yang merekrutnya? Emm, siapa namanya pelayan baru ini?"

Rahayu yang menangkap gelagat tidak baik di antara Yasmin dan tuan muda, menjawab pertanyaan Gagah dengan suara berat. "Saya yang rekrut, Mas. Namanya Yasmin Syahriani."

"Sebagai apa dia di sini?"

"Masih training, Mas. Rencana ditugaskan untuk bagian laundry."

Gagah melipat kedua tangannya di depan dada, matanya memicing pada sosok Yasmin yang mati kutu dengan wajah pucat pasi.

"Gak cocok dia di laundry."

"Baiknya ditempatkan di mana, Mas? Biar saya nanti atur ulang sesuai dengan perintah Mas."

"Dia itu bagusnya jadi bodyguard atau security dengan senjata bukan pentungan, tapi ... gayung," jawab Gagah seenaknya seraya berlalu masuk meninggalkan Rahayu dan pelayan lainnya yang melongo kebingungan menatap bergantian ke arah si tuan muda dan Yasmin yang cemberut.

Sepeninggal Gagah, Yasmin mengepalkan kedua tangannya. Dalam hati ia merutuk ledekan yang dilontarkan si tuan muda barusan.

Dasar tuan muda mesum! Kalau aja lu bukan anak majikan, udah gue sumpel mulut lu pake celemek yang gue pake ini, aarrgh!

"Kamu ada masalah dengan tuan muda, Yas?" tanya Rahayu serius penuh selidik.

Yasmin menggeleng ragu. "Eng-enggak, Bu Ayu."

"Serius?"

"Iya, Bu. Sumpah deh beneran aku gak bo'ong."

"Jangan sampai kamu buat masalah, Yas."

"I-iya, Bu Ayu. Percaya sama aku."

"Musrik saya percaya sama kamu, Yas!"

"Hehehe, Ibu bisa aja."

"Tapi beneran ya, kamu dan tuan muda sebelumnya tidak pernah ketemu atau pernah bertemu tapi kamu berbuat yang aneh-aneh sama tuan muda."

"Sumvah anna zuzur, Bu Ayu."

"Halah kamu ini, ya sudah kamu kembali bekerja! Ayo yang lainnya juga kembali bekerja."

Semua pelayan bubar dan berjalan memasuki rumah, begitu juga dengan Yasmin yang melangkah beriringan dengan Suci.

"Ya ampun, Yas, ini hati gue berdenyut waktu disapa tuan muda. Apalagi waktu doi senyum, gila itu bibirnya basah bikin bibir gue senad senud!"

"Ah dasar murahan, lu. Otak lu mesum, sama kaya si tuan muda itu."

"Maksud lo, Yas? Tuan muda mesum? Memangnya sebelumnya lo pernah ketemu sama doi?"

"Iya, dia nerobos masuk ke bilik toilet di mana gue baru selesai buang hajat. Gue baru aja naikin kancut dan baru mau nurunin rok mini seragam kerja gue. Sialan, 'kan, tuh si tuan muda mesum! Abis dia gue pukulin pakai gayung."

Suci yang tercengang menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan, ia menahan tubuh Yasmin agar berhenti sejenak karena dia merasa tidak percaya dengan pernyataan Yasmin barusan.

"Seriusan, lo?"

"Iyalah, masa iya gue ngadi-ngadi! Gue masih gedek, tapi worry jadinya sekarang seudah tahu dia ternyata jadi majikan gue, amsyiong!"

"Wah-wah, bahaya ini, Yas! Lo bisa-bisa dipecat gak terhormat, jadi pengangguran lo."

Yasmin memutar bola matanya, kemudian ia mentoyor kepala Suci yang usianya sebaya dengannya.

"Lu kalau ngemeng jangan yang jelek-jelak, napa, Suciiiii! Biar kata gue gedeg sama si tuan muda mesum, tapi gue butuh kerjaan ini. Secara biar kata jabatan gue cuma jongos, tapi gaji di sini lumayan dibanding jadi pelayan cafe. Gue punya cicilan ke koperasi simpan pinjam pake jaminan ijazah SMA gue."

"Hutang apaan?"

"Hutang bekas judi bokap. Bokap gue mati bukannya ninggalin warisan ... ini malah ninggalin hutang, sial banget kan nasib gue."

Suci cengengesan dan kemudian menggamit lengan Yasmin dan melanjutkan langkah menuju kantor mereka alias dapur.

🍁

Hari ini semua orang di rumah megah keluarga Harisson tampak sangat sibuk, mereka sedang sibuk mempersiapkan segala keperluan untuk acara pesta penyambutan tuan muda yang baru kembali dari luar negeri.

Penyambutan dilakukan bukan tanpa alasan, semua dilakukan karena Gagah yang awalnya seorang pemalas yang tidak peduli pada bisnis keluarga tiba-tiba mengajukan diri untuk terjun dalam pekerjaan dengan syarat ia harus mengunjungi negara Israel demi bisa melihat burung Hud-hud dari dekat. Syarat yang aneh bukan?

"Pastikan semua tidak ada masalah! Meski hidangan yang disajikan dihandle oleh pihak restoran kesukaan keluarga, tapi nyonya besar tidak mau satu orang pun dari restoran tersebut standby di dapur untuk mengatur sajiannya. Pelayan dari restoran hanya ditempatkan di depan untuk melayani tamu undangan, kalian mengerti?" Rahayu memimpin rapat pelayan di sebuah ruangan yang merupakan sebuah ruang makan khusus bagi para pekerja di rumah tersebut.

"Mengerti, Bu Ayu," jawab keenam pegawai kompak.

"Ok, good. Ini ada seragam yang wajib kalian pakai malam nanti, ingat rambut jangan ada yang digerai, semua wajib dicepol. Makeup harus natural, jangan menor nanti kalian disangka ondel-ondel."

Riuh rendah tawa memecah hening, Rahayu yang tegas tapi santai pun turut terkekeh dengan guyonan selingan yang barusan terlontar.

"Ini seragam kalian, ambil dengan tertib jangan berebut! Ada namanya kok, sesuai dengan size."

"Baik, Bu Ayu."

"Oh iya, setelah dapat seragam kalian langsung bersiap, maksimal satu jam dari sekarang semua harus sudah standby lagi di ruangan ini, kalian paham?"

"Paham, Bu Ayu."

"Good!"

Setelah memastikan semua OK, Rahayu kemudian meninggalkan ruangan untuk mengecek persiapan di luar.

Yasmin yang sudah mendapatkan seragam lantas mengajak Suci teman sekamarnya untuk segera naik ke kamar mereka, keluar dari ruangan keduanya berjalan melewati dapur menuju tangga yang terletak di samping pintu kaca yang menghadap ke halaman belakang.

Tapi belum mereka menaiki anak tangga tiba-tiba di ambang pintu dapur seseorang memanggil Yasmin.

"Ya ampun itu tuan muda," pekik Suci pelan mencolek-colek lengan Yasmin.

"Emang tuan muda, mata gue belum rabun."

"Mau apa si tuan tamvan manggil elo, Yas?"

"Meneketehe, huh!"

Yasmin dengan enggan berjalan ke arah Gagah yang sedang berdiri bersandar di pilar.

"Gue wakilin, Yas, kalau emang lo kagak mau," ucap Suci dengan polosnya.

Yasmin masa bodo dengan ocehan rekan kerjanya itu, ia memasang wajah tenang meski sebenarnya yang terjadi jantung Yasmin dag-dig-dug dweeerr takut Gagah memecatnya gara-gara insiden waktu itu.

"Duh, jalan kamu kok lelet banget sih, Min!"

Ah, sialan emang ya si tuan muda mesum ini. Ngoceh mulu bisanya, kamvret!

"Maaf, Tuan. Ada yang bisa saya bantu?"

"Aku haus, tolong bikinin aku minuman segar, dong!"

Mendengar perintah bodoh Gagah, membuat mata Yasmin melotot sempurna.

"Kenapa kamu melotot? Kamu gak suka aku suruh-suruh?"

"Maaf, Tuan. Saya kaget, kirain Tuan mau nyuruh apa, ternyata cuma mau minta minum."

"Iya, aku haus banget. Es teler dengan alpukat, kelapa muda, dan nangka satu ya, anter ke kamar aku!"

"Apa? Es teler? Di kulkas adanya soft drink, jus kemasan, dan sirup—"

"Maksimal 20 menit, es teler yang aku mau tadi harus sudah ada di kamar."

Gagah ngeloyor pergi dengan wajah menyeringai jahil, tawa tanpa suaranya tercipta sesaat setelah berbalik badan karena merasa tergelitik melihat mimik bingung Yasmin.

"Buruan kamu, Mimin! JANGAN BENGONG!" teriak Gagah sebelum ia memasuki ruang tengah.

Yasmin menepuk jidatnya yang lumayan lebar, ia sadar betul permintaan tuan mudanya itu hanya akal-akalan agar bisa mengerjainya.

Maman-Mimin, Maman-Mimin, seenaknya aja manggil gue asal. Huh! Awas lu tuan muda mesum, suatu hari nanti bakalan gue balas! Jangan sebut gue Yasmin kalau kagak bisa bikin elu kapok ngerjain gue.

Tidak ingin membuang waktu, Yasmin langsung tancap gas mencari apa yang dimau Gagah, setelah sebelumnya menitipkan seragam pada Suci.

Sesampainya di garasi, Yasmin menaiki dan memacu motor matic yang menjadi kendaraan operasional sehari-hari.

Lima menit kemudian, Yasmin sampai di jalan raya besar. Laju kendaraan mulai dikurangi demi bisa menemukan tukang es teler. Beruntung di pertigaan jalan, penjual yang dicari pun terlihat.

Yasmin menepi dan turut mengantri, dalam penantian wanita itu harap-harap cemas karena ia lihat toples-toples dalam gerobak sudah tinggal sedikit isinya.

"Duh, kebagian gak, ya?" gumam Yasmin kembali melirik ke kaca gerobak.

Hingga sepuluh menit kemudian, ia sampai pada barisan pertama.

"Tinggal seporsi, Neng."

"Pas, Bang. Bungkus!"

"Oke."

Di saat si penjual es teler sedang sibuk meracik pesanannya, Yasmin tiba-tiba menjerit histeris karena lupa membawa uang.

"Boleh ngutang dulu gak, Bang?"

Si penjual tidak menjawab, ia malah menunjuk sebuah stiker yang menempel di kaca samping gerobak persis tepat di depan mata Yasmin.

Dengan lemas Yasmin membaca tulisan di stiker tersebut. "HARI INI BAYAR, BESOK NGUTANG!"

"Tungguin deh, Bang! Aku ambil duit dulu."

"Telat, Neng. Ni es telernya udah ada yang booking, noh ibu hamil di belakang Neng tadi waiting list ke temen saya, pas saya lagi bikinin buat Neng. Besok aja lagi ke sini, jangan lupa bawa duit!"

Dengkul Yasmin seketika lemas, ia menggaruk-garuk kepalanya dan tanpa malu ia berteriak, "TIDAAAAAAAAKKKK! Kamu kejam, Rhomaaaaaa!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status