Setelah puas memperhatikan foto-foto lain di dinding kafe, Kiara berjalan perlahan menuju sebuah meja bundar dengan dua kursi tak jauh dari dinding tempat fotonya terpajang.
Ia mendudukkan tubuhnya di salah satu kursi, lalu menghela napas panjang, melihat lagi foto dirinya di dinding kafe itu. Ia tersenyum. Bertrand masih ingat padanya. Pemuda Perancis itu menghibahkan foto Kiara yang dipitretnya setahun lalu tentunya agar Kiara selalu terkenang. Tiap ia berkunjung ke tempat ini, ada Kiara yang tersenyum manis dengan mata berbinar dalam sebingkai foto di salah satu dinding kafe.
Tak lama pramusaji yang membantunya bertemu Monsieur Pierre Talbout datang membawakan secangkir cappuccino gratis untuk Kiara. Tak mengira, ia masih mendapat tambahan seiris pie caramel untuk menemaninya menikmati cappuccino hangat itu.
“Merci, Monsieur,” ucap Kiara seraya tersenyum penuh rasa terima kasih.
Pemuda itu balas tersenyum. Tampaknya
Mulai lagi nih, Kiara ketemu Alaric. Selamat membaca ya. Salam, Arumi
Mulanya syuting hari ini berjalan lancar. Ketika kamera merekam adegan Kiara sendiri berjalan, berbincang dengan beberapa orang. Begitu juga saat adegan berikutnya saat Alaric mengarahkan Oliver yang berada di lokasi kedua, beberapa meter dari lokasi sebelumnya. Namun syuting mulai tersendat ketika adegan sudah sampai pada kedua pemeran utama saling bertemu, saling mendekat, saling bersentuhan. Perjanjian yang kemarin diikrarkan Kiara dan Alaric seolah menguap begitu saja. Keduanya tidak menepati janji. Alaric memerintahkan Kiara take ulang berkali-kali, sedangkan Kiara masih keras kepala membantah dengan tegas tiap kali disalahkan Alaric. “Aku salah apa lagi?” tanya Kiara menahan geram setelah dia mengulangi adegannya untuk yang keempat belas kali dan masih saja dianggap salah oleh Alaric. Ini retake adegan di depan Istana Monaco. Waktu sudah menunjukkan pukul satu siang. Untunglah Alaric berhasil mengambil adegan saat tokoh utama film ini,
Malamnya, Alaric menemui Erghan, yang menjadi perwakilan dari semua produser yang membiayai pembuatan film “Theodore dan Almira”. Ia dipersilakan masuk ke kamar hotel Erghan. Mereka menngobrol di balkon sambil menikmati pemandangan Monte Carlo di malam hari. "Ada apa, Ric? Katanya syuting hari ini terhambat lagi ya?" sambut Erghan, sambil menuang minuman soda ke gelasnya. Dia duduk di kursi balkon. Meletakkan botol minuman ke meja di ampingnya. Alaric mengedikkan bahu. Dia ikut duduk di kursi di sebelah meja. Ikut menuang minumannya ke gelas. "Kamu pasti sudah tahu siapa yang membuat syuting hari ini nggak berjalan lancar," sahut Alaric. Erghan tersenyum setelah meneguk minumannya. "Ketahuilah. Dia hanya bermasalah denganmu. Aneh sekali. Film sebelumnya dia juga bekerja sama dengan production house tempatku bekerja. Tapi semua berjalan lancar. Syuting selalu mulus. Sikapnya juga baik-baik saja. Aku heran, kenapa ketika kamu yang mengar
Alaric ingat dengan tepat, kapan ia pertama kali menyukai Kiara. Gadis itu memang cantik, ia akui. Tapi bukan karena itu ia menyukai Kiara. Ia sudah sering melihat gadis cantik. Jurusan kuliah yang ia ambil dan pekerjaannya sekarang ini telah mempertemukannya dengan banyak gadis cantik dari beragam etnik dan beragam kebangsaan. Tetapi Kiara telah menyita seluruh rasa dan perhatiannya. Rasa sukanya pada Kiara ini bukan rasa suka yang muncul pada pandangan pertama. Terlalu sering melihat wajah cantik, membuatnya kesulitan merasakan keistimewaan seorang gadis cantik pada pertemuan pertama. Ia ingat Kiara, walau pertemuan pertama mereka terjadi setahun lalu. Cara gadis itu tersenyum menjadi pengingatnya. Beda dengan senyum yang biasa ia lihat. Mungkin bagi sebagian orang ini terdengar berlebihan, tapi kenyataannya memang begitu. Suatu senyum khas seseorang, bagai sidik jari yang berbeda di setiap orang. Sudah banyak senyum yang ia lihat, tetapi ia masih ingat dengan cara
Baru dua hari syuting tanpa arahan Alaric, Kiara menyadari, Alaric memang lebih ahli dalam mengarahkan dan sudah sangat paham sudut-sudut pengambilan gambar terbaik di Kota Monte Carlo ini. “Cut!” Teriakan keras itu mengejutkan Respati yang masih asyik mengamati adegan syuting yang sedang ia arahkan di tiga monitor sekaligus. Harga dirinya seolah bagai dihempaskan sekeras-kerasnya. Hari ini ia bertugas menggantikan Alaric sebagai sutradara. Teriakan itu adalah kata kekuasaannya. Hanya dia yang boleh meneriakkan kata itu. Tetapi ini kedua kalinya ia mendengar kata itu diteriakkan dengan sangat keras oleh artis yang seharusnya menuruti arahannya. “Ada apalagi, Kiara? Pleasedong, kamu nggak berhak teriak ‘cut!’. Itu kan wewenangku,” cetus Respati menahan kesal. Gadis semampai itu memandangi Respati tanpa ragu, bibirnya yang terlihat lembut dan berkilau, kali ini mengerucut tanpa ia sadari. “Aku nggak puas sama ade
Kiara tiba di Stasiun Gare Du Nord sesudah tengah hari. Ia bergegas keluar stasiun lalu menunggu taksi. Ia keluarkan catatan alamat apartemen tempat tinggal Alaric di Kota Paris ini yang diberikan oleh Erghan. Kiara tak tahu di mana tepatnya letak apartemen Alaric. Berharap dengan naik taksi, supir taksi mengetahui di mana lokasi alamat yang tercantum di secarik kertas yang dipegangnya itu. Setelah menunggu agak lama, sebuah taksi akhirnya datang mendekat ke depan Kiara berdiri. Ia segera masuk, lalu menunjukkan alamat yang tertera di secarik kertas yang dipegangnya. Ini keberuntungan bagi Kiara, supir taksi keturunan Turki itu mengetahui lokasi alamat yang tertulis di secarik kertas itu. Cukup jauh dari stasiun kereta, kira-kira dua puluh menit kemudian, sampailah Kiara di sebuah gedung yang tidak terlalu tinggi, hanya kurang lebih terdiri dari sepuluh lantai. Alamat gedung ini sesuai dengan alamat yang tertera di secarik kertas pemberian Erghan. Kiara segera turun
Gadis Prancis itu menatap wajah Kiara lalu tersenyum. “Alaric sering bercerita tentang dirimu padaku. Hm, dan kamu memang cantik seperti yang dikatakan Alaric,” sahut gadis Prancis itu. Kiara hampir tersedak mendengar ucapan Audrey. Matanya membelalak, seolah tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. “Alaric sering bercerita tentang aku?” tanyanya. Dan dia bilang aku cantik? lanjutnya dalam hati. Audrey Fontaine mengangguk dengan anggun. “Sepertinya dia sangat terpesona denganmu dan bosan dengan gadis Prancis sepertiku.” sahutnya bernada menyindir. “Apakah kalian …. pasangan kekasih?” tanya Kiara menahan rasa cemas. Ia masih bertanya-tanya, seperti apa hubungan Audrey dengan Alaric. Audrey tertawa perlahan, lalu menggeleng. “Sayangnya bukan, walau pun aku sangat ingin menjadi kekasihnya. Andaikan aku bisa memaksa Alaric menjadi kekasihku,” katanya menjawab pertanyaan Kiara. Jawaban Audrey yang
Kiara bergegas pergi dari apartemen Alaric. Supaya cepat sampai, ia memilih naik pesawat dari Paris menuju Nice. Kemudian dengan taksi segera melaju ke Monte Carlo. Dengan tak sabar Kiara bergegas masuk ke dalam hotel tempat seluruh pemain dan kru film “Theodore dan Almira” tinggal selama masa syuting di Monte Carlo. Ia menaiki lift langsung menuju lantai enam, tetapi ia tidak menuju kamarnya. Kiara melewati begitu saja pintu kamarnya, dengan langkah cepat terus berjalan menuju pintu kamar Erghan Prasetya. Ia segera menekan bel pintu. Tiga kali berturut-turut tanpa jeda sebagai pertanda ia sangat tidak sabar. Baru lima menit kemudian pintu itu terbuka. Erghan tercengang melihat Kiara sudah ada di depan pintu kamarnya dengan wajah terlihat sangat kesal. “Kiara, cepat sekali kamu kembali? Bukannya baru tadi pagi kamu ke Paris?” tanya Erghan yang sungguh sangat tak menduga Kiara sudah ada di kota ini lagi. Kiara tidak memedulikan pertanyaan Ergha
Saat Kiara sadar, ia memang harus mengeluarkan kemampuan aktingnya secara total, maka syuting selama hampir dua minggu di Monte Carlo akhirnya selesai juga. Alaric puas dengan akting Kiara. Gadis itu sungguh-sungguh menepati janjinya, menyelesaikan tugasnya sebaik mungkin, membiarkan dirinya seolah benar-benar terjerat asmara dengan Oliver. Chemistrykeduanya terlihat jelas. Apalagi saat Oliver mengecup lembut pipi Kiara sembari memeluknya dari belakang. Adegan Theodore melamar Almira membuat semua kru seolah benar-benar menyaksikan kedua tokoh utama ini jatuh cinta. Oliver masih menggoda Kiara usai adegan terakhir direkam. “Aku ingin mengajakmu kencan makan malam hanya berdua,” bisik Oliver. “Syuting di sini sudah berakhir, Oliver. Kita sudah nggak punya hubungan apa-apa lagi. Aku sudah bukan Almira lagi dan kamu bukan Theodore,” balas Kiara. “Tapi kamu Kiara Almira,” ucap Oliver masih tak mau menyerah. “Kiara Almira, bukan Almi