Bu Marwiah terus menangis di pelukan Andira. Tubuhnya terlihat jauh lebih kurus dari terakhir yang Andira lihat.“Maafkan mama Ra, maafkan Sakha sudah menyakiti kamu nak!” Ucap bu Marwiah terbata – bata.Netra Andira ikut berembun melihat kondisi mantan mertuanya itu. Sementara Sakha yang berdiri di seberang ranjang pasien hanya tertunduk sedih dengan hati yang dipenuhi penyesalan. Di seberang ada mantan istrinya yang tetap sudi datang menjenguk mamanya, mantan istri yang menjadi menantu kesayangan mamanya meski lama baru bisa memberi cucu. Mantan istri yang akan telaten merawat mamanya bila sakit ataupun lelah menjaga kios sembako milik mereka. Andiralah yang akan sigap menangani semua. Semua disadari Sakha setelah terlambat. Bahan sangat terlambat, seban Andira sekarang ada yang memiliki.Sekarang Andira tak datang sendiri. Hari ini Andira berdiri di depan Sakha bersama seorang pria yang tampak begitu menyayanginya, pria yang mampu meredam rasa cemburu pada mantan suami, istrinya. P
Bu Marwiah tadi sempat membuka matanya saat Andira dan Mirwan datang menjenguk bersama Zafian dan Irina. Sakha yang meminta Andira datang membawa Zafian, sebab kondisi bu Marwiah yang semakin menurun. Setelah didiagonasa oleh dokter, ternyata bu Marwiah mengalami komplikasi Hipertensi, jantung dan HB yang rendah. Bahkan Semalam sempat di transfusi darah satu kantong.Mirwan yang kebetulan bergolongan darah A sama dengan bu Marwiah, tadi ikut juga menyumbangkan darahnya juga satu kantong. Tak lupa Sakha mengucap terima kasih atas bantuan sukarelanya tadi.“Nenek kenapa ma?” tanya Zafian polos, saat melihat kondisi bu Marwiah, sang nenek yang terlihat makin kurus dengan selang infus menancap di tangan sebelah kanannya. Meski tak tinggal serumah, namun ingatan Zafian akan neneknya ini sangat jelas. Sebab beberapa kali, Andira dan Mirwan mengantarkan bocah ini untuk menginap bersama papa dan neneknya bila hari libur. Tentu saja, perlakuan Bu Marwiah yang begitu menyayangi cucunya ini,
Andira hanya tertunduk menahan sebak yang membuncah di dada. Berusaha menahan embun yang mengaca di netra coklatnya.berapa kebohongan lagi yang harus di dengarnya. Meski cukup lega namun luka jelas terjejas. Ingin marah pun sekarang tak ada guna, sebab dirinya sudah menjadi istri dari pria lain. Bukan lagi pria yang menyakiti dan mengkhianatinya sepanjang pernikahan pertama yang dijalani. Mata bening wanita berwajah teduh itu telah berkaca namun genggaman sang suami yang semakin erat memberikan kekuatan dan perasaan yang berusaha ikhlas.“Mengapa tak jujur dari dulu, Mas?” Andira menahan nyeri yang tiba-tiba menyerang. Bukan sebab ingin mengenang, namun yang namanya kenangan tetap akan tersisa. Apalagi kenangan yang meninggalkan luka.“Maafkan saya, Andira.” Sakha merapal nama mantan istrinya, dengan bibir yang berusaha menahan getar.Hening sejenak. Menjeda waktu. Berharapa kejujuran yang baru sekarang terungkap, dapat membalut luka yang mungkin hampir sembuh. Sebab tak ada luka peng
Apa yang diharapkan dari hubungan yang tidak di ridhohi Allah, hanya akan ada kesakitan di akhirnya. Apalagi hubungan yang sampai menyakiti manusia yang lain. Hubungan yang mencerai beraikan rumah tangga orang lain. Hubungan yang memisahkan anak dan orang tua. Namun begitu tetap saja ada manusia yang dengan tega melakukan semua itu, tanpa memikirkan rasa sakit yang ditimbulkan dari perbuatannya. Tak memikirkan bila apa yang dilakukannya akan berdampak dikemudian hari, bahkan orang – orang akan mengingat meski masa sudah lalu, taubat sudah terwujud, namun semesta tetap mengenang.__Semilir angin bertiup pelan, mengarak awan yang nampak kelabu di langit jingga sore ini. Musim penghujan yang belum usai sempurna, buat sore terkadang dilanda gerimis.Andira baru saja selesai menyimpan mukena di rak khusus mukena setelah selesai sholat azhar. Berjalan ke arah jendela, perbaiki tirai yang tertiup angin tadi saat sepasang tangan kekar memeluknya dari belakang.“Mas, ngagetin!” Ucap Andira sa
Lima tahun kemudian...Waktu berjalan begitu pantas bagi Andira dan orang-orang di sekitar hidupnya.Andira yang dulu diabaikan, menahan tangis karna lena panjang suaminya dengan masa lalu yang masih berserak, kini senyum terukir indah di wajah teduhnya tanpa rasa jumawa, disyukurinya hidupnya kini, suami yang baik dan penyayang, seorang putri yang cantik dan pintar. Meski hanya putri sambungnya namun Irina sangat sayang dan hormat pada dirinya bahkan terkadang manjanya melebihi adiknya. Malah Zafian justru semakin hari terlihat semakin cuek dan pendiam, mungkin karna anak laki – laki.Andira sudah tak mengajar di TK lagi, jarak yang lumayan jauh membuat Mirwan memintanya untuk resign, dan fokus untuk mengajar mengaji saja dan Andira patuh. Jumlah anak didik mengajinya yang semakin banyak cukup menyita perhatian dan tenaganya juga. Bahkan sekarang bukan hanya anak – anak usia sekolah saja yang diajar mengaji, ada juga ibu – ibu yang ikut les mengaji padanya. Andira yang sudah dibantu
Andira dan keluarga kecilnya begitu menikmati quality time keluarga mereka kali ini. Setelah menemani putrinya nonton selama hampir dua jam di studi 4 bioskop XXI, mereka menuju restoran fast food berlogo kakek tua berkacamata. Irina dan Zafian yang mengantri memesan makanan, ayah dan mamanya dibiarkan duduk. Andira dan Mirwan memilih duduk di kursi luar, menikmati angin sambil melihat orang – orang yang berlalu lalang dibawah sana.Mirwan mengingat restoran ini juga ambil andil dalam hubungannya dengan Andira, teringat saat dia melihat Andira dan mantan suaminya makan disini sementara Mirwan juga membelikan dua paket ayam untuk Zafian dan Irina, melihat kebersamaan Andira dan Papanya Zafian waktu itu tak menyurutkan niat Mirwan, pak guru ini yakin saja bila mamanya Zafian ini nanti bakalan jadi jodohnya, dan benar saja sudah lima tahun berlalu sekarang mereka duduk bersama sebagai suami istri.Mirwan menggenggam tangan Andira lalu mengecupnya.Andira berkerut alis dengan kelakuan sua
“Sebentar suster, tolong panggilan ibu Andira yang disana,” Ristia tak tahan lagi, dibuangnya rasa segan dan malu. Dia harus meminta maaf pada Andira. Rasanya kesialan dan kesusahan tak berhenti menghampirinya sejak menyakiti wanita baik ini. “Ibu yang mana, Bu?” suster berkacamata yang mendorong Ristia bertanya. “Yang diujung sana, suster.” Fardi yang menjawab. Biar saya yang kesana. “Bisa, Mas? Biar naik kursi roda saja, saya bantu dorong.” Suster yang rambutnya diikat rapi menawarkan agar Fardi naik kursi rda saja. Sebab khawatir juga bila pria ini ada luka, melihat darah yang banyak di bajunya. “Tidak apa, biar saya jalan saja.” Fardi pun sedikit tergesa, mendekati Andira dan keluarganya yang memandang ke arah mereka tadi. “Assalamualaikum Mbak, Mas.Maaf menganggu. Seperti yang Mbak Dira lihat, saya dan mbak Risti, sedang terkena musibah. Namun Mbak Risti ingin memohon maaf dari mbak Dira. Sekiranya mbak Dira sudi mendekat kesana dulu dan memberi maaf atas perbuatan mbak Ris
Banyak orang yang memilih berselingkuh hanya karna hasrat semata, tanpa memikirkan perasaan pasangannya, meski dengan jalan nikah siri atau pun nikah resmi tanpa sepengetahuan dan persetujuan istri sah, tetap saja itu menyakiti perasaan sang istri.dan Tuhan tidak buta, semua yang tak dilihat manusia pasti tercatat dan akan menerima balasan. Baik itu keburukan maupun kebaikan. Semesta selalu mencatat dan akan membalas.Bu Meri, ibu bertubuh gemuk tadi yang menceritakan aib Ristia pada suaminya, hingga membuat wanita yang dia gibahi tadi berakhir di rumah sakit, dan Burhan yang kalap berakhir di penjara.Bu Meri hanya tertunduk malu. Sebab bukan hanya dinasehati oleh pak RT sendiri, namun ada pula suaminya yang seorang tukang ojek itu, tak tahu apa-apa tapi pulang-pulang sudah ramai warga berkumpul mencaci maki perbuatan istrinya. Dan jangan tanya lagi rasa bersalah dan kaget yang dirasa pak Asrul, suami bu Mery. Tak menyangka istrinya tega menyebar fitnah atas Ristia, walaupun benar be