Share

Bab 244

Author: Frands
last update Last Updated: 2025-03-07 23:09:22

Dinda yang masih duduk di depan Juned langsung berdiri dan berjalan ke arah kasir. “Kayaknya ada pelanggan, aku duluan, ya,” katanya sambil mengedipkan mata.

Juned mengangguk, matanya masih memperhatikan dua perempuan yang baru saja datang. Mereka mengenakan hijab, tetapi bajunya hanya baju tidur santai—kaus longgar dan celana pendek yang sedikit tertutup oleh jaket tipis. Salah satu dari mereka membawa laptop, sementara yang satunya lagi membawa charger dan beberapa buku.

“Selamat malam, Mbak. Mau pesan apa?” tanya Dinda ramah.

Salah satu dari mereka, yang mengenakan hijab berwarna krem, tersenyum. “Kopinya yang nggak terlalu pahit, ya. Sama gorengan masih ada?”

Dinda mengangguk. “Ada, Mbak. Mau gorengan apa?”

“Terserah aja, yang masih anget, ya.”

Temannya yang memakai hijab hitam ikut menambahkan, “Aku es teh aja. Nggak pakai gula.”

“Oke, ditunggu sebentar.” Dinda mencatat pesanan mereka, lalu kembali ke dapur untuk menyiapkan kopi dan gorengan.

Sementara itu, Juned masih memperhati
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Tukang Pijat Super   Bab 420

    Saat Sinta masuk ke bilik ganti sebelah kanan, Tania juga masuk ke bilik di sebelah kiri. Hanya sekat kayu tipis yang memisahkan mereka. Juned masih asyik memilih kaos di rak depan, tak menyadari percakapan yang akan terjadi. “Tan... Apa kau di sebelah?” suara Sinta terdengar pelan melalui sekat. “Iya, Bu Sinta. Aku di sini,” jawab Tania sambil melepas kaus hitamnya. “Tadi... maafkan aku.” Terdengar hentakan kecil di sekat, seperti Tania menempelkan telapak tangan di kayu. “Untuk apa? Aku yang harus minta maaf. Aku terlalu—”“Tidak,” sela Sinta. Suara resleting rok mini yang dibuka terdengar jelas. “Aku harus berterima kasih. Kau membuatku berani mencoba hal baru... meski akhirnya bukan untukku.” Di bilik sebelah, Tania terdiam. Bajunya yang baru tergantung tak tersentuh. “Kau tahu?” bisik Tania akhirnya. “Aku kagum padamu. Kau berani berdamai dengan dirimu sendiri. Aku... aku merasa senang dapat membantu wanita sepertimu.”Pintu ruang ganti terbuka hampir bersamaan. Sinta

  • Tukang Pijat Super   Bab 419

    “Selesai!” Suara stylist memecah kesunyian. Juned dan Tania mengangkat kepala dari ponsel mereka—dan terpana. Sinta berdiri di depan cermin, memutar perlahan untuk memperlihatkan penampilan rambut baru yang kini pendek sebahu, dipotong layer dengan gradasi warna cokelat madu yang memantulkan cahaya. Dipadu dengan riasan natural namun elegan, eyeliner sayap tipis yang mempertegas tatapannya.Juned perlahan berdiri, kopinya yang sudah dingin terlupakan. "Astaga..." Tania, yang biasanya tak pernah kehilangan kata-kata, justru diam. Matanya berbinar. "Aku... tidak terlihat konyol, kan?" tanya Sinta gugup, tangannya meraba-raba rambut barunya yang tak lagi sampai punggung. Tania bangkit dengan gerakan cepat, langsung memeluk Sinta erat. “Kau terlihat... lebih muda dari sebelumnya," bisiknya parau.Mereka melangkah keluar dari salon. Sinta berhenti sejenak, menengadah ke langit biru—seolah merasakan kebebasan untuk pertama kalinya. "Sekarang," ujarnya sambil mengeluarkan kartu

  • Tukang Pijat Super   Bab 418

    “Besok pagi, ini akan sampai ke Kepala Divisi Propam. Dan aku—“ Sinta menarik napas panjang, “sudah tanda tangani surat gugatan cerai dengan tuntutan 80% hartamu. Termasuk villa di Bali yang kau kira aku tak tahu.”Tania tersenyum, mengambil langkah mundur. “Kami hanya alat, Komandan Heru. Musuh terbesarmu ternyata ada di ranjangmu sendiri selama ini.”“Kami akan pergi sekarang,” ucap Sinta dengan suara dingin, merapikan blusnya yang kusut. “Silahkan nikmati momen terakhirmu bersama istri mudamu.” Dia melangkah ke pintu, lalu berhenti sejenak tanpa menoleh. “Besok pagi, bersiaplah menerima panggilan yang akan mengakhiri karirmu. Dan aku sudah kirim salinannya ke semua grup istri pejabat.” Tania melemparkan pandangan terakhir ke Heru yang terpaku di lantai. “Kau punya waktu 24 jam sebelum seluruh negeri tahu siapa kau sebenarnya.” Juned membuka pintu, membiarkan Sinta dan Tania keluar lebih dulu. Pintu kamar hotel tertutup perlahan, meninggalkan Heru yang terpaku di lantai dan

  • Tukang Pijat Super   Bab 417

    “Bukan sekedar direktur,” Tania menyeringai. “Tapi juga anak dari Bu Ratna. Dan Anton... pasti sudah tahu persis siapa aku sebenarnya.” Juned yang selama ini diam, akhirnya tersenyum. “Makanya kau harus sering memperbarui berita, Tuan Heru. Karena kami bukan sekedar melawan Anton...” “Tapi akan menghancurkan dia beserta orang yang terlibat di dalamnya,” sambung Tania, matanya berbinar seperti pedang yang baru diasah. “B-Bu Tania... Saya tidak tahu! Saya BODOH! Tolong... tolong maafkan saya!” Heru tiba-tiba merosot dari sofa mewah, menjatuhkan diri hingga menyentuh karpet tebal dengan dahinya. Tangannya yang terikat bergetar tak karuan. Tania tertawa pendek, gelas anggur di tangannya berkilau terkena lampu kristal. “Lucu sekali melihatmu seperti ini, Heru,” ujarnya, menyeruput minumannya perlahan. “Kau memang tipikal penjilat ulung.” Juned termangu, ketika Tania berada dalam mode investigator. “Kau,” Tania melanjutkan, wajahnya tiba-tiba dingin, “masih ingin menjadikan

  • Tukang Pijat Super   Bab 416

    Juned mengangkat alis, lalu perlahan mulai melepas jam tangannya—gerakan yang disengaja untuk memperbesar efek psikologis. “Aku akan pastikan dia menikmatinya,” Juned menambahkan dengan suara serak, sambil melangkah mendekati Sinta yang terisak. Heru mendengus seperti banteng terluka. “Kau tidak akan berani—” “Coba saja lihat,” Tania menyela, menepuk bahu Juned. “Dia akan membalas dendam padamu, Tuan Heru. Dan cara apa yang lebih baik... selain merenggut kehormatan terakhirmu?” Sinta menjerit dari balik penutup mulutnya, tubuhnya menggeliat liar. Juned mengamati tubuh Sinta yang tergurat tanda-tanda ketidakpedulian—perut yang mulai melonggar, kulit pucat yang jarang tersentuh perawatan, rambut yang seharusnya berkilau bagi seorang istri komandan. “Tuan Heru...” Juned menggeleng dengan nada mengejek, “kau bahkan tak sanggup merawat istrimu sendiri. Lihat ini—” Tangannya mengisyaratkan ke arah lekuk tubuh Sinta yang tak lagi ramah di mata. “Ini tubuh istri seorang komandan? A

  • Tukang Pijat Super   Bab 415

    “HAHAHA—!”Tawa kasar Heru menggema di ruangan kosong itu. Tangannya masih memegang pistol berasap, sementara Juned tergeletak di lantai panggung—sesuatu yang seharusnya tidak mungkin terjadi. “Lihat itu, Tania!” Komandan Heru menghentakkan kaki di dekat tubuh Juned. “Kau pikir aku hanya bercakap besar? Bahkan aku tak akan ragu menembak bayi semut sekalipun!” Tania terduduk, lututnya menekan lantai dingin. Tangannya yang biasanya mantap kini gemetar menyentuh bahu Juned. “Tidak mungkin...” bisiknya, suara serak. “Kau seharusnya—” Juned tiba-tiba mencengkeram pergelangan tangan Tania**—tapi bukan dengan genggaman orang sekarat. Jarinya menekan lembut, isyarat rahasia yang hanya mereka berdua pahami. "Tetap bersedih..." bisiknya, hampir tak terdengar, sambil menyipitkan mata. "Lalu lumpuhkan Silvi."Tania mengangguk nyaris tak terlihat, lalu memainkan perannya dengan sempurna.“Juned... tidak...” Ratapan Tania pecah di udara, air matanya jatuh deras ke wajah Juned yang pura-

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status