Home / Urban / Tukang Pijat Tampan / Jalan-Jalan Berbahaya

Share

Jalan-Jalan Berbahaya

Author: Black Jack
last update Last Updated: 2025-06-13 09:27:59

Pagi itu, Adit terbangun dengan perasaan yang sangat tidak nyaman. Kepalanya masih terasa berat dan ada perasaan malu yang amat sangat menyelimuti dirinya. Ketika ia mencoba bangkit dari tempat tidur, ia terkejut mendapati celananya basah.

"Sial," gumamnya pelan sambil menggelengkan kepala.

Mimpi semalam masih sangat jelas terpatri dalam ingatannya. Mimpi yang sangat vivid dan... memalukan. Dalam mimpi itu, ia bermesraan dengan Dinda, dan semuanya terasa begitu nyata hingga tubuhnya bereaksi secara fisik. Lagi-lagi Adit mengalami mimpi basah gara-gara sesuatu yang tak tuntas sebelum ia tidur.

Adit segera bergegas ke kamar mandi di pojok kamarnya. Air dingin yang mengguyur tubuhnya sedikit membantu meredakan perasaan tidak nyamannya. Ia keramas dan mandi dengan seksama, berharap bisa 'membersihkan' dirinya dari perasaan bersalah yang menyelimutinya.

Setelah berganti pakaian santai, Adit duduk di tepi tempat tidur dengan perasaan canggung yang luar biasa. Bagaimana nanti ia akan menghad
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Tukang Pijat Tampan   Hampir Saja!

    Begitu pintu terbuka, Dinda langsung memeluk Adit tanpa kata-kata. Pelukan itu begitu erat, seolah-olah wanita itu sudah lama menahan kerinduan yang membara. Aroma parfum lembut bercampur dengan kehangatan tubuhnya membuat Adit terpaku sesaat.Awalnya, Adit hanya berdiri kaku seperti patung. Tangannya menggantung lemas di samping tubuh, tidak tahu harus diletakkan di mana. Pikiran dan hatinya berperang hebat - antara akal sehat yang menyuruhnya mundur dan hasrat yang mulai bangkit perlahan."Kak..." bisik Adit dengan suara yang hampir tidak terdengar, masih berusaha mempertahankan sisa-sisa pengendalian dirinya.Tapi pelukan Dinda semakin erat, dan kehangatan tubuh wanita itu mulai melelehkan pertahanan Adit. Tanpa sadar, tangannya perlahan terangkat dan membalas pelukan itu. Seketika, sesuatu dalam dirinya seperti terbendung jebol.Dengan gerakan yang masih ragu, Adit mendorong pintu hingga tertutup, kemudian menguncinya dengan tangan yang bergetar. Suara klik dari kunci pintu terden

  • Tukang Pijat Tampan   Bermain Dengan Yoga

    Sore hari menjelang petang, setelah percakapan yang menegangkan di area cuci, Dinda mengajak Adit untuk kembali ke dalam rumah. Yoga sudah bangun dari tidur siangnya dan terlihat segar bugar."Dit, kamu mau main sama Yoga?" tanya Dinda sambil menggendong bayinya yang sedang menggerak-gerakkan tangan mungilnya.Adit yang masih merasa canggung setelah percakapan tadi, mengangguk pelan. "Boleh, Non. Tapi aku gak tau cara main sama bayi.""Gampang kok. Yoga orangnya mudah banget." Dinda tersenyum lebar. "Dia pasti suka sama kamu. Oh iya, jangan panggil aku nona lagi dong… kayak apa aja…"“Lha terus panggil gimana?” tanya Adit.“Panggil kak aja, lebih enak didengar…”“Baik, Kak…”“Dan nggak usah terlalu kaku. Santai saja!”“Iya… hehehe…” balas Adit canggung.Mereka duduk di ruang keluarga yang nyaman. Dinda meletakkan Yoga di atas playmat berwarna-warni yang dipenuhi mainan gantung. Bayi berusia enam bulan itu langsung tertarik dengan mainan-mainan yang berdering ketika disentuh."Coba kam

  • Tukang Pijat Tampan   Berkenalan Lebih Jauh

    Ketika mobil SUV memasuki halaman rumah mewah Pak Darmawan, Adit menghela napas panjang. Rasanya seperti baru saja melewati medan perang yang menegangkan."Sampai juga," gumam Adit sambil mematikan mesin mobil.Dinda yang duduk di kursi belakang sambil menjaga Yoga yang tertidur lelap, tersenyum lega. "Yoga tidur nyenyak banget. Pasti capek jalan-jalan tadi."Adit turun dari mobil dan membukakan pintu belakang untuk Dinda. Wanita cantik itu dengan hati-hati menggendong Yoga yang masih terlelap dalam tidurnya. Wajah mungil sang bayi terlihat sangat damai, sesekali bibirnya bergerak-gerak kecil seperti sedang menyusu dalam mimpi."Aku bawa Yoga ke kamar dulu ya," bisik Dinda. "Nanti kalau dia bangun di tengah jalan, bisa rewel lagi."Adit mengangguk sambil mengambil kantong-kantong belanjaan dari bagasi mobil. Tangannya sedikit gemetar ketika mengangkat kantong-kantong itu. Bukan karena berat, tapi karena ia masih belum bisa melupakan momen-momen di mall tadi. Cara Dinda menggandeng len

  • Tukang Pijat Tampan   Jalan-Jalan Berbahaya

    Pagi itu, Adit terbangun dengan perasaan yang sangat tidak nyaman. Kepalanya masih terasa berat dan ada perasaan malu yang amat sangat menyelimuti dirinya. Ketika ia mencoba bangkit dari tempat tidur, ia terkejut mendapati celananya basah."Sial," gumamnya pelan sambil menggelengkan kepala.Mimpi semalam masih sangat jelas terpatri dalam ingatannya. Mimpi yang sangat vivid dan... memalukan. Dalam mimpi itu, ia bermesraan dengan Dinda, dan semuanya terasa begitu nyata hingga tubuhnya bereaksi secara fisik. Lagi-lagi Adit mengalami mimpi basah gara-gara sesuatu yang tak tuntas sebelum ia tidur.Adit segera bergegas ke kamar mandi di pojok kamarnya. Air dingin yang mengguyur tubuhnya sedikit membantu meredakan perasaan tidak nyamannya. Ia keramas dan mandi dengan seksama, berharap bisa 'membersihkan' dirinya dari perasaan bersalah yang menyelimutinya.Setelah berganti pakaian santai, Adit duduk di tepi tempat tidur dengan perasaan canggung yang luar biasa. Bagaimana nanti ia akan menghad

  • Tukang Pijat Tampan   Yoga Menangis

    Adit merasakan seluruh pertahanannya runtuh. Tubuh Dinda yang hangat di atas pahanya, aroma parfumnya yang memabukkan, dan tatapan matanya yang penuh kerinduan—semuanya membuat akal sehatnya seakan menguap begitu saja."Nona..." bisiknya dengan suara serak, namun kali ini bukan untuk menolak, melainkan menyerah pada takdir yang sepertinya memang sudah tertulis.Dinda tersenyum tipis, lalu perlahan menundukkan wajahnya hingga bibir mereka bertemu. Ciuman pertama itu lembut, ragu-ragu, seperti dua jiwa yang baru belajar merasakan kehangatan setelah sekian lama membeku dalam kesendirian.Adit membalas ciuman itu dengan tangannya yang mulai memeluk pinggang ramping Dinda. Semua logika, semua perhitungan risiko, semua rasa takut pada Pak Darmawan—semuanya lenyap ditelan gairah yang telah lama terpendam."Aku sudah tidak tahan lagi, Dit..." bisik Dinda di sela-sela ciuman mereka, tangannya mulai menjelajahi dada bidang Adit yang tersembunyi di balik kaos putihnya.Adit hanya bisa mengerang

  • Tukang Pijat Tampan   Padahal Tidak Sedang Menggunakan Kemampuan Ghaib

    Adit merasakan detak jantungnya semakin cepat. Dalam keheningan malam itu, suara napasnya terdengar memberat. Matanya bertemu dengan mata Dinda yang berkilau dengan cahaya yang sulit diartikan."Nona..." suara Adit serak, hampir seperti bisikan. "Emm…”“Tadi kamu mengatakan bisa memijit kan…” kata Dinda.“Ya tapi… e…” Adit sungguh bingung setengah mati. “Malam-malam begini… apakah ini…”"Yang lain sudah tidur…” kata Dinda seolah memberikan clue. “Aku tidak bisa tidur kalau kakiku nyeri… seharusnya, tadi kamu pijit saja. Tapi…”“Em… baiklah… akan saya pijit…”Adit menelan ludah susah payah. Sebagai seorang lelaki yang belum lama ini kehilangan keperjakaan, dan sudah tahu nikmatnya candu ranjang itu, Adit tak bisa menyangkal, tubuhnya bergejolak. Apalagi Dinda mengenakan pakaian seperti itu.“E, mau dipijit di mana? Ruang tamu bawah?” tanya Adit. Akal sehatnya masih bisa bekerja. Di ruang tamu, tentu ia tak mungkin melakukan hal yang tidak-tidak. Di sana netral. Kalau pun kepergok entah

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status