Beranda / Urban / Tukang Pijat Tampan / Motor Baru Dari Pak Darmawan

Share

Motor Baru Dari Pak Darmawan

Penulis: Black Jack
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-17 11:59:04

Dea mengajak Adit pergi ke kantin, meninggalkan Winda yang setia menunggu Jerry di dalam ruangan. Mereka berdua berjalan menyusuri koridor rumah sakit yang panjang dan berbau antiseptik. Obrolan yang canggung menguar di antara mereka.

Di kantin, aroma masakan yang campur aduk langsung menyambut mereka. Dea tak membiarkan Adit hanya memesan teh hangat. Meski Adit sudah makan, ia tetap dipesankan sarapan: nasi pecel yang hangat, lengkap dengan siraman bumbu kacang yang kental dan tempe goreng renyah.

"Udah lama kamu kerja di kafe itu, Adit?" tanya Dea, memulai percakapan sambil menunggu pesanan.

Adit menghela napas, "Belum, Mbak. Belum ada seminggu malah." Ia memandangi piring nasi pecelnya, merasa sungkan dengan kemurahan hati Dea.

"Wow, kok bisa kamu jadi kepala keamanan?" Dea menatap Adit dengan mata berbinar, penuh rasa penasaran.

"Pemiliknya itu bos saya. Dulu saya jadi pengawalnya. Ya, semacam itu," jawab Adit, tidak menjelaskan lebih detail. Ia tidak ingin terlalu membuka diri, k
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Tukang Pijat Tampan   Bertemu Lagi Dengan Seina Melinda

    Jam empat sore, mobil Pak Darmawan datang. Kali ini dia bersama sopir dan pengawal yang lain. Wajahnya sangar, tinggi dan gagah. Aku belum pernah melihat dia di rumahnya.Pak Darmawan tersenyum saat berjalan ke teras, ia memanggil lelaki itu dan memperkenalkannya kepadaku. “Joko! Salam kenal!” ucapnya. Jabat tangannya pun juga terasa mantap.“Adit, bang…” balasku sopan.“Hehehe. Joko dulu pengawalku yang menemaniku kemana pun aku pergi. Dia sudah lama absen karena dipenjara. Pagi tadi dia dia bebas dan langsung tugas lagi!” kata Pak Darmawan. Aku pun mengangguk dan tersenyum canggung.“Kamu sudah siap untuk nanti?”“Sudah siap, Pak!” jawab Adit.“Bagus. Mau ganti baju dulu lalu berangkat?”“Siap pak!” jawab Adit. Ia segera bergegas masuk ke dalam rumahnya setelah mempersilakan Pak Darmawan masuk. Adit ke kamarnya, lalu berganti pakaian. Tak lama kemudian ia pun ke ruang depan.“Kamu suka motornya?”“E, suka Pak. Terimakasih banyak…” kata Adit.“Jika mau minta apa, bilang saja!” kata P

  • Tukang Pijat Tampan   Akan Bertarung Lagi

    Adit kembali ke dapur setelah berpakaian lengkap, berniat untuk pamit pulang. Namun Dea menghentikannya. Ia sudah memesan sarapan melalui aplikasi, dan sebentar lagi akan datang. Adit tidak bisa menolak. Ia pun duduk di meja makan dapur apartemen itu.Perasaan canggung, khawatir, dan juga gugup bercampur aduk di dalam dirinya. Ia menatap Dea, yang kini juga sudah berpakaian lengkap. Ia terlihat cantik dan anggun, seolah tidak ada yang terjadi di antara mereka semalam. Adit merasa hatinya berdebar kencang. Ia tidak tahu bagaimana harus bersikap."Kamu mau minum kopi atau teh?" tanya Dea, memecah keheningan."Kopi saja, Kak," jawab Adit, suaranya pelan.Dea mengangguk, lalu membuat dua cangkir kopi. Ia meletakkan satu di depan Adit, lalu duduk di hadapannya. "Kamu kelihatan tegang, Dit. Santai saja.""Eh, iya kak…” Adit merasa salah tingkah. Ia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Kak Dea tidak lekas ke kantor?”Dea tersenyum. "Sudah kubilang, perusahaan itu milikku. Aku bisa datang k

  • Tukang Pijat Tampan   Terlambat Bangun

    Adit dan Dea terlelap dengan sangat lelap di atas kasur queen size yang seprai putihnya kini sedikit kusut dan berantakan. Tidak ada alarm yang menyala, tidak ada gangguan dari dunia luar.AC kamar berdengung pelan dengan suhu 22 derajat, menciptakan udara sejuk yang membuat tidur mereka semakin nyenyak. Mereka tidur pulas, tubuh saling bersinggungan dengan alami, seolah waktu berhenti hanya untuk mereka berdua dalam kepompong keintiman yang hangat.Pukul 9 pagi, sinar matahari yang sudah mulai terik berhasil menyusup melalui celah-celah gorden berwarna krem, menciptakan garis-garis cahaya emas yang menari-nari di lantai kamar. Adit terbangun lebih dulu, kelopak matanya berkedip perlahan melawan silau, kemudian mengerjapkan mata beberapa kali untuk membiasakan diri dengan cahaya. Ia menyadari kehangatan yang melingkupinya; bukan hanya dari selimut tipis yang menutupi sebagian tubuh mereka, tetapi juga dari tubuh Dea yang masih tidur dengan damai.Dea masih memeluknya erat, lengan kiri

  • Tukang Pijat Tampan   Tawaran Yanh Sulit Ditolak

    Dea merasa gugup. Di sampingnya, Adit berbaring telentang, kaku dan diam. Ia tidak mengantuk sama sekali. Pikiran dan hatinya terus bergejolak. Ia menginginkan sesuatu, dan ia tahu, Adit adalah satu-satunya orang yang bisa memberikannya. Tapi, sepertinya Adit memang bukan lelaki nakal. Terbukti, setelah lima belas menit berlalu, pemuda itu hanya anteng di tempatnya. Jika ia tidak memulai, maka tidak akan terjadi apa-apa.Dea tahu, Adit pasti belum tidur. Atau belum benar-benar tertidur. Dan ia sadar, jika bukan sekarang, mungkin ia tak akan punya kesempatan sempurna seperti ini.Maka, Dea mulai menggeser tubuhnya merapat ke Adit. Gerakan pelan itu membuat kain selimut bergeser. Adit pun merasakan pergerakan itu. Jantungnya berdetak kencang dan ia hanya membeku berbaring rapi seperti lipatan baju di dalam lemari. Ia menahan napas, menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.Kulit mereka bersentuhan. Kehangatan yang menjalar dari tubuh Adit membuat Dea merasa nyaman. Namun ada sensasi l

  • Tukang Pijat Tampan   Dalam Kegelapan

    "E… oke Kak…" kata Adit pasrah. Suaranya terdengar lelah, namun ada getaran halus yang mengkhianati ketenangan yang ia coba pertahankan."Tapi sebelum itu… aku mau mandi bentar aja. Lalu ganti baju. Eem…Dit, temenin ambil baju tidurku ya…" kata Dea. Ada sesuatu dalam nada bicaranya; lebih lembut dari biasanya."Iya…" jawab Adit singkat, tenggorokannya terasa kering meski tadi dia sudah minum.Dengan mengandalkan senter HP yang cahayanya menari-nari menciptakan bayangan aneh di dinding, Adit menemani Dea masuk ke kamarnya. Setiap langkah kaki mereka di lantai menciptakan derap halus yang terdengar nyaring di tengah keheningan malam. Udara terasa lebih pekat di dalam kamar, bercampur aroma parfum samar dan kehangatan yang tersisa dari aktivitas seharian.Dea mengambil handuk dan baju ganti untuk tidur. Tangannya sedikit gemetar; entah karena dingin atau alasan lain. Baju tidur yang ia ambil bukanlah baju tidur normal. Melainkan gaun tidur cukup tipis meski bukan yang transparan. Bahan y

  • Tukang Pijat Tampan   Terjebak Dalam Apartemen

    Hanya karena hujan turun sangat deras, Adit tak punya pilihan lain selain menunggu. Lagipula, sangat sulit mencari ojek di kala hujan badai seperti itu. Jangan kan hujan, andai hari cerah pun, di jam seperti itu, tidak mudah menemukan ojek. Maka kini Adit masuk ke dalam unit apartemen mewah itu.Suara gemuruh hujan yang menggila di luar jendela menjadi latar belakang canggung bagi Adit yang kini terdampar di tengah kemewahan yang asing baginya. Apartemen Dea terasa seperti galeri seni pribadi yang hidup; setiap sudut ruang tamu tertata dengan presisi yang hampir obsesif. Lukisan-lukisan kontemporer dengan goresan warna berani menghiasi dinding-dinding putih bersih, sementara patung-patung kecil berdiri anggun di rak-rak kaca yang dipasang rapi mengelilingi ruangan. Furniture mewah berwarna netral menciptakan harmoni visual yang menunjukkan betapa Dea memiliki mata untuk estetika dan kantong yang cukup dalam untuk mewujudkannya.Adit duduk dengan postur yang sedikit tegang, tangannya s

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status