Sepertinya ada yang salah sama gue. Akibat kejadian kemarin di kafe, otak ini jadi sering banget ngelamun Pak Zian. Dari semalam sampai pagi gue gak bisa tidur dengan baik, rasanya benak gue jadi suka konslet karena suka senyam-senyum sendiri padahal gak ada yang lagi ngelawak.Astaghfirullah! Kacau banget. "Ealaaaah ... ada apa sih sama gue? Fokus Tsania! Fokus!"Siangq ini, gue berulang kali mencoba memfokuskan kepala pada lembar ujian siswa. Beberapa hari lagi bakal ada UTS, mumpung gak ada jadwal siang gue berencana beresin lembar soal sebelum dikumpul ke kurikulum.Namun, sayang bukannya kerja, ketika pikiran mulai fokus eh gue malah ngantuk. Ajegile! Efek kurang tidur emang berbahaya. Merasa gak bisa berkonsentrasi, gue putusin buat jalan-jalan dulu cari udara segar keluar ruang guru. Sampai di depan pintu gue menolehkan kepala ke samping, ke arah ruangan 3x4 meter yang berada sekitar lima meter dari tempat gue. Siapa sangka, ternyata ruangan sang suami sedikit terbuka sehi
Seumur-umur, kayaknya baru kali ini gue merasa sangat bersemangat buat makan siang. Benar kata pepatah, bukan perkara kamu makan dengan apa, tapi dengan siapa kamu makan? Dan itu gue rasakan sekarang. Entah berapa kali gue menelan ludah melihat menu makan siang kali ini. Gak ada angin, gak ada hujan nyatanya gue malah disiapin makan siang yang Pak Zian sengaja beli dari tukang nasi gorang depan SMANSA favorit gue.Gak sia-sia gue tadi sempat tegang pas dia nguping obrolan gue sama Bu Wini, kalau pada akhirnya gue dapat rezeki nomplok.Duileeeh! Perhatian banget kan bapak satu ini? Apa mungkin, dia sudah tertarik pada gue sebelum dijodohin? Soalnya yang tahu gue suka nasgor Mang Jono hanya keluarga dan sahabat.Ya, kali kan dia khilaf stalking gue. Agh, khayalanmu saja Nyisanak! Geer!Gue menepis rasa kegeeran dalam diri ketika melihat sebegitu baiknya suami gue."Kok bengong? Kamu gak lapar?" tegur Pak Zian saat kami sudah duduk berhadapan secara lesehan di ruang rahasia milik
Selama gue hidup, rasanya gue ini termasuk anak rumahan. Berbeda sama abang-abang gue yang suka ngelaba, gue itu termasuk orang yang malas pergi ke mana-mana sekali pun dalam kota. Bagi gue yang cenderung introvert, bertemu banyak orang itu seakan menemui peperangan. Kok bisa? Ya, itu karena gue tuh orangnya serba gak enakan dan segala sesuatunya dipikirin. Kalau gue udah ketemu banyak orang, biasanya kalau pulang selalu jadi kelelahan oleh pikiran sendiri.Benak gue bisa seharian bertanya-tanya. Tadi gue salah gak ya ngomongnya? Atau tadi ada perbuatan gue yang salah gak ya? Dan banyak lagi. Kata Ibu, gue ini emang tipe introvert yang semi ekstrovert jadi kalau ketemu orang, laganya kayak yang heboh tapi pas udahnya jadi kecapean sendiri dan berujung sama menyalahkan diri sendiri akibat takut salah bersikap.Ya Salam. Kasian banget ya, gue.Sialnya, setelah lama menghindari kerumunan kali ini gue mesti pasrah karena tuntutan pekerjaan. Gue terpaksa banyak menghabiskan waktu dalam ke
'Alina Maryamah Wijaya merupakan anak sulung dari Raffi Hari Wijaya, salah satu pemilik pabrik sepatu di Indonesia dan disinyalir akan menjadi pewaris tunggal. Selain pembisnis, Alina juga merupakan model dan salah satu calon terkuat untuk menjadi Miss Indonesia selanjutnya. Menurut orang terdekatnya, Liana memutuskan bercerai dengan suaminya karena alasan yang tidak jelas. Namun, dia berharap suatu saat nanti bisa kembali bersatu dan tetap menjalankan hubungan baik dengan mantannya.'"Wow! Menjalankan hubungan baik dengan mantannya!? Mungkinkah itu Pak Zian!?" Gue mendesis sambil menutup layar ponsel jengah.Akibat gak tenang setelah Alina meminta ngobrol sama Pak Zian, entah mengapa perasaan gue jadi gak karuan. Ada rasa cemburu, kesal, bosan dan cemas dalam satu waktu yang kini sedang gue rasakan.Sialnya semua perasaan itu bikin gue jadi gabut dan cuman bisa membaca artikel tentang Alina dan Pak Zian. Gue baru tahu kalau di dunia bisnis, nama mereka cukup terkenal. Bahkan percerai
Aula ballroom hotel terlihat sangat penuh,dengan sedikit gugup gue memasuki ruangan besar itu. Ini adalah acara pembukaan 'Pelatihan Guru-Guru UKS dan Kewirausahaan Setingkat MA/SMA', pastinya semua orang hadir tak terkecuali orang penting. Gue celingukan gugup mencari kursi yang kosong. Sebenarnya, sampai di aula ballroom ini gue cukup syok melihat membludaknya jumlah peserta yang ikut pelatihan guru hari ini. Menurut sumber yang terpercaya, guru-guru pada antusias dikarenakan pembicaranya adalah dokter Zian yang merupakan suami gue. Gak sangka, suami gue cukup terkenal juga, mungkin karena dia sering diundang menjadi pembicara tentang kesehatan di kedinasan. Gue kira dia cupu ternyata suhu. Ketika gue sedang sibuk mencari tempat kosong, mata gue menangkap dua makhluk aneh yang bergerak heboh untuk memberi kode agar gue mendekati mereka dan sayangnya mereka mendapat kursi tepat paling depan. Di mana letak deretan kursi itu persis di belakang sofa para orang penting kedinasan dan
Gue menelan ludah, mata ini berkali-kali mengerjap dan bibir gue gemetar. Tidak sangka di saat gue batuk malah mendapat pertanyaan yang membuat diri ini jantungan. Gue edarkan pandangan pada beberapa pasang mata yang mulai menelisik. Berbagai macam ekspresi mereka membuat perasaan gue gak karuan. Terutama Bu Wini dan Pak Joan, kedua orang itu tampak kaget karena gak nyangka kepala sekolah mereka yang duda nyatanya sudah menikah lagi padahal rumor tentang rujuk dengan sang mantan banyak terjadi. Duh, kacau! Gue yakin nih pulang dari sini Bu Wini pasti syok berat soalnya sekarang juga wajahnya udah merah padam.Dia bahkan menatap gue kayak mau menerkam. "Beneran Pak Zian udah nikah? Jadi selama ini Bu Tsania tahu ya? Kok Bu Tsania gak bilang!?" bisik Bu Wini. Matanya udah sepenuhnya memerah, gue kira perasaan Bu Wini emang udah dalam sama Pak Zian.Gue menggelengkan kepala. "Aku gak tahu Bu, serius.""Terus kenapa Ibu batuk pas dia bilang udah nikah? Kenapa?""Ehem! Kenapa Bu Tsania
Salah. Ya ini salah. Gue kira ada yang salah dalam diri gue malam ini. Seharusnya, di malam ini sekarang gue sudah terlelap di bawah belaian pulau yang bernama bantal. Seharusnya sekarang gue juga udah beristirahat karena badan ini rasanya sangat capek tapi sayangnya di sisi lain mata dan pikiran justru gak bisa diajak kompromi, inginnya itu terus saja terbuka seraya memikirkan teka teki apa yang terjadi antara Pak Zian dan Alina. Entah berapa kali gue bergonta-ganti posisi di atas kasur queen bad tapi hasilnya nihil. Rasa kantuk sama sekali gak datang dan tinggallah rasa gelisah.Biasanya, jika kamar ini ber-AC pastinya gue bisa langsung tidur tapi anehnya malam ini kenyamanan yang gue rasakan sama sekali gak membantu karena resah ini membuat badan dan hati jadi gerah.Ish! Menyebalkan. Hal yang seperti ini nih yang membuat gue gak suka dengan kata 'cemburu'. Gue akui mungkin tadi terlalu sensitif untuk masalah Pak Zian tapi tetap aja kali ini berbeda dari sebelumnya, sepanjang g
Apartemen Jarden? Ada apa dengan apartemen itu? Untuk apa Pak Zian ke sana? Bukankah dia bilang mau ke rumah sakit dan seingat gue dia juga bakalan operasi pagi, rasanya aneh kalau dia harus ke apartemen bukan ke hotel karena perlengkapannya ada di kamar.Anehnya seolah menambah rasa penasaran gue, mendadak ponsel Pak Zian sampai sekarang belum aktif. WA-nya pun terakhir dilihat adalah saat dia meneleponku.Gue yang gak puas langsung menghubungi pihak rumah sakit Belinda yang disinyalir menjadi tempat bertugas Pak Zian juga tempat berada ibunya Alina. Namun, ketika gue menghubungi rumah sakit untuk menanyakan perihal keberadaan suami gue, nyatanya Pak Zian gak ada di rumah sakit. Ish! Cukup mengherankan! Ini tak pernah terjadi sebelumnya.Ada apa sebenarnya? Ke mana kamu Mas? Kamu seolah ditelan bumi. Please jangan bikin gue suudzon. Astaghfirullah!(***)Gue menghela napas panjang, menyeka keringat yang bercucuran di kening. Gara-gara mengingat pesan Mas Januar pagi ini gue benar-ben