"Sampai saat ini Anda masih seorang gadis perawan walau sudah menikah dengan Raja. Baginda tidak pernah melihat Anda, beliau tidak pernah sekalipun menyentuh Anda. Setiap malam Anda hanya dapat menangis meratapi nasib. Menyaksikan yang mulia Raja bermesraan dengan selirnya, bukankah begitu Ratuku." Sekar menghentikan ocehannya. "Beraninya kau!" Elard melebarkan mata tidak terima dengan ucapan kasar gadis manusia itu. "Tahan emosimu Kakak, gadis itu berkata benar," sang Ratu mulai meneteskan air mata. "Tapi Ratu, tidakkah Anda tahu. Ada orang lain yang jauh lebih baik dari baginda, yang tidak akan menduakan Anda, yang sangat mencintai dengan tulus dan rela mengorbankan nyawanya sendiri demi melindungi Anda." "Apa maksudmu?" tanya sang Ratu menelengkan kepala. Sekar mengacungkan jari pada Lamont sang siluman serigala, semua mata langsung tertuju kepada sang siluman yang dimaksud. "Se … sepertinya aku … aku harus menemui sang Raja untuk mempe
Sekar paham apa yang ada dalam pikiran Gavin. Gadis itu menatap manik mata gelap milik siluman tampan itu. Bahkan dia sempat menundukkan kepala menyembunyikan rona wajah semerah apel. Dalam diam mereka kembali saling menatap. Siluman Elang menarik dengan lembut kepala Sekar agar mendekat pada wajahnya. Dikecupnya bibir mungil itu, Sekar hanya diam. Untuk kemudian siluman tampan itu mulai menyatukan bibir mereka kembali. Kali ini Sekar membalas ciumannya. Ciuman yang semakin dalam. Merengkuh manis indahnya cinta yang bersemi. Jantung keduanya berparade keras, seperti hendak loncat keluar. Ciuman berakhir, dengan perasaan bahagia siluman tampan elang semakin mengencangkan pelukan membawa Sekar kembali melayang seolah memamerkan pada langit bahwa ia sedang bahagia tengah jatuh cinta. *** Sore harinya, di Kerajaan Nigella. Api mulai berkobar di sepanjang istana timur tanpa tahu penyebabnya. Istana yang tengah riuh gembira itu berubah menjadi gaduh penuh teriakan. Kerumunan
"Menangislah Ratuku jika Anda ingin menangis," ujar siluman serigala. Ratu langsung berlari menghambur ke pelukan Lamont siluman serigala bermata tajam itu. Siluman serigala terbengong sesaat kemudian berusaha menepuk-nepuk punggung sang Ratu menenangkannya. Elard mengamati dari sedari tadi terkejut, hendak berdiri ingin memisahkan mereka, tetapi dicegah oleh Gavin siluman elang. "Pahamilah adikmu butuh bersandar pada orang yang mencintainya. Kau tau ini terlalu berat baginya," ujar siluman elang menasehati. Siluman harimau yang sempat hendak bangkit dari duduk melunak dan kembali duduk di kursi kayu yang berukir indah itu. "Baginda bahkan tidak mencegah kepergianku, dia lebih memilih bersama selirnya. Apa kurangku sebagai seorang wanita," ratap Ratu Anantari. "Bagi saya, Anda wanita paling sempurna Ratuku. Anda baik hati, Anda pintar dan bijaksana lebih dari wanita mana pun," ucap siluman serigala. "Kebakaran Istana Timur benar terjad
Zaman Now. Satu minggu telah berlalu dengan berat bagi hidup Kalina. Awal mula liburan yang seharusnya menyenangkan berubah menjadi penderitaan. Sering kali dia sport jantungan mendadak karena disuguhi wajah super tampan bak model manusia aneh Elang. Terkadang gadis mungil itu juga merasa seperti pembantu dan baby sitter mengurus keperluan bayi tua yang disembunyikan di dalam kamar. "Pekerjaan jadi pembantu itu ternyata berat," keluh Kalina dalam pikirannya. "Kura-kura ambilkan air minum dong aku haus!" suruh Elang. "Gak mau, ambil aja sendiri, atau kamu kan bisa terbang nah minum aja air kolam renang di luar sana," cebik Kalina. "Sungguh teganya kau Kalina." Elang cemberut manja. "Elang oh Elang kamu ini benar-benar—." "Iya aku
Semua mata ikut mengarah kepada pemuda tampan itu. "Dia Elang, Pa teman Kalina," lirih gadis itu. "Kamu bawa laki-laki pulang ke rumah tanpa ijin. Jangan-jangan kamu sudah berbuat yang tidak-tidak pada anak saya!" bentak lelaki gagah itu mendadak naik pitam menatap tajam Elang. "Saya bisa menjelaskan semua, Pak." Elang membuka suara. "Sabar Pa, kita duduk dulu biarkan mereka menceritakan yang sebenarnya," ajak sang mama. Semua orang duduk
Puluhan siluman itu mulai berdesakan keluar pintu bangunan tua tersebut. Mereka mulai bergerak. Begitu pula dengan Sekar dan yang lain yang sudah berada di bukit belakang istana. Cukup lama mereka menunggu Raja Arsen keluar dari tempat persembunyiannya. Sampai sebuah sosok bayangan hitam menyembul dari semak belukar gua. Mereka mendekat dan …. "Tahan Rajaku!" teriak Elard. Sang Raja sangat terkejut, hampir dia mengayunkan pedang di tangan jika tidak mendengarkan teriakan Elard. Dalam remang-remang malam melihat siluman harimau dan yang lainnya menunggu di depan mulut gua. Ditambah lagi seorang gadis asing yang tidak pernah terlihat sebelumnya. "Kalian—." Kalimat Raja Arsen terhenti napasnya terputus-putus. "Anda terlalu lama Rajaku," ujar Lamont, siluman serigala memecah keheningan. "Kenapa kalian tau aku ada di sini?" Raja Arsen memegangi dadanya yang terlihat ada bercak darah, dengan bau anyir mulai menguar. "Ceritanya panjan
"Gadis ini bernama Sekar, Rajaku, dia gadis istimewa. Dia bisa melihat masa depan atau masa lalu hanya dengan mengamati sang target, dan melihat pada bola matanya. Dia juga mampu merapalkan mantra-mantra yang tidak pernah dipelajari sebelumnya," jelas siluman Elang. "Benar-benar kemampuan yang langka dari bangsa manusia. Penggabungan antara klan peramal dan klan penyihir, sangat menarik," kata Raja menelengkan kepala merasa konyol. "Saya tahu Anda masih sangsi, mau Anda dengar sesuatu yang saya lihat dari diri Anda Rajaku?" Sekar berucap. "Baik, coba katakan," tantang Raja berkacak pinggang. "Sebelum kekacauan ini terjadi Anda telah melalui malam yang menggairahkan dengan Selir Zemira, gadis peramal itu. Anda sangat …." "Cukup … berhenti!" Sang Raja menyela uc
Raja Asen melangkah lebih mendekati jendela, samar mengamati ke arah dalam. Namun, dia tidak dapat mengamati siapa lelaki yang tengah dibincangkan tersebut. Hanya terlihat samar punggung lelaki itu. 'Siapa dia?' tanyanya lagi dalam hati. "Kalian sudah sampai, jadi bagaimana kalian menemukan permata Aurora?" tanya Zemira. "Itu susah, sudah ada yang lebih dahulu mendahului kita," lapor kepala Klan Penyihir. "Siapa, berani sekali mereka mau berebut dengan kita?" tanya kepala Klan Peramal. "Atau jangan-jangan klan siluman sudah mencurigai gerak-gerik kita?" tanyanya lagi. "Itu tidak mungkin Ayah, jika mereka sudah curiga pasti mereka akan mencari keberadaan Raja Arsen untuk memberitahunya. Tidak ada hal mencurigakan," keluh Zemira. "Aku akan coba melihat dengan mata batinku," k