"Menangislah Ratuku jika Anda ingin menangis," ujar siluman serigala. Ratu langsung berlari menghambur ke pelukan Lamont siluman serigala bermata tajam itu. Siluman serigala terbengong sesaat kemudian berusaha menepuk-nepuk punggung sang Ratu menenangkannya. Elard mengamati dari sedari tadi terkejut, hendak berdiri ingin memisahkan mereka, tetapi dicegah oleh Gavin siluman elang. "Pahamilah adikmu butuh bersandar pada orang yang mencintainya. Kau tau ini terlalu berat baginya," ujar siluman elang menasehati. Siluman harimau yang sempat hendak bangkit dari duduk melunak dan kembali duduk di kursi kayu yang berukir indah itu. "Baginda bahkan tidak mencegah kepergianku, dia lebih memilih bersama selirnya. Apa kurangku sebagai seorang wanita," ratap Ratu Anantari. "Bagi saya, Anda wanita paling sempurna Ratuku. Anda baik hati, Anda pintar dan bijaksana lebih dari wanita mana pun," ucap siluman serigala. "Kebakaran Istana Timur benar terjad
Zaman Now. Satu minggu telah berlalu dengan berat bagi hidup Kalina. Awal mula liburan yang seharusnya menyenangkan berubah menjadi penderitaan. Sering kali dia sport jantungan mendadak karena disuguhi wajah super tampan bak model manusia aneh Elang. Terkadang gadis mungil itu juga merasa seperti pembantu dan baby sitter mengurus keperluan bayi tua yang disembunyikan di dalam kamar. "Pekerjaan jadi pembantu itu ternyata berat," keluh Kalina dalam pikirannya. "Kura-kura ambilkan air minum dong aku haus!" suruh Elang. "Gak mau, ambil aja sendiri, atau kamu kan bisa terbang nah minum aja air kolam renang di luar sana," cebik Kalina. "Sungguh teganya kau Kalina." Elang cemberut manja. "Elang oh Elang kamu ini benar-benar—." "Iya aku
Semua mata ikut mengarah kepada pemuda tampan itu. "Dia Elang, Pa teman Kalina," lirih gadis itu. "Kamu bawa laki-laki pulang ke rumah tanpa ijin. Jangan-jangan kamu sudah berbuat yang tidak-tidak pada anak saya!" bentak lelaki gagah itu mendadak naik pitam menatap tajam Elang. "Saya bisa menjelaskan semua, Pak." Elang membuka suara. "Sabar Pa, kita duduk dulu biarkan mereka menceritakan yang sebenarnya," ajak sang mama. Semua orang duduk
Puluhan siluman itu mulai berdesakan keluar pintu bangunan tua tersebut. Mereka mulai bergerak. Begitu pula dengan Sekar dan yang lain yang sudah berada di bukit belakang istana. Cukup lama mereka menunggu Raja Arsen keluar dari tempat persembunyiannya. Sampai sebuah sosok bayangan hitam menyembul dari semak belukar gua. Mereka mendekat dan …. "Tahan Rajaku!" teriak Elard. Sang Raja sangat terkejut, hampir dia mengayunkan pedang di tangan jika tidak mendengarkan teriakan Elard. Dalam remang-remang malam melihat siluman harimau dan yang lainnya menunggu di depan mulut gua. Ditambah lagi seorang gadis asing yang tidak pernah terlihat sebelumnya. "Kalian—." Kalimat Raja Arsen terhenti napasnya terputus-putus. "Anda terlalu lama Rajaku," ujar Lamont, siluman serigala memecah keheningan. "Kenapa kalian tau aku ada di sini?" Raja Arsen memegangi dadanya yang terlihat ada bercak darah, dengan bau anyir mulai menguar. "Ceritanya panjan
"Gadis ini bernama Sekar, Rajaku, dia gadis istimewa. Dia bisa melihat masa depan atau masa lalu hanya dengan mengamati sang target, dan melihat pada bola matanya. Dia juga mampu merapalkan mantra-mantra yang tidak pernah dipelajari sebelumnya," jelas siluman Elang. "Benar-benar kemampuan yang langka dari bangsa manusia. Penggabungan antara klan peramal dan klan penyihir, sangat menarik," kata Raja menelengkan kepala merasa konyol. "Saya tahu Anda masih sangsi, mau Anda dengar sesuatu yang saya lihat dari diri Anda Rajaku?" Sekar berucap. "Baik, coba katakan," tantang Raja berkacak pinggang. "Sebelum kekacauan ini terjadi Anda telah melalui malam yang menggairahkan dengan Selir Zemira, gadis peramal itu. Anda sangat …." "Cukup … berhenti!" Sang Raja menyela uc
Raja Asen melangkah lebih mendekati jendela, samar mengamati ke arah dalam. Namun, dia tidak dapat mengamati siapa lelaki yang tengah dibincangkan tersebut. Hanya terlihat samar punggung lelaki itu. 'Siapa dia?' tanyanya lagi dalam hati. "Kalian sudah sampai, jadi bagaimana kalian menemukan permata Aurora?" tanya Zemira. "Itu susah, sudah ada yang lebih dahulu mendahului kita," lapor kepala Klan Penyihir. "Siapa, berani sekali mereka mau berebut dengan kita?" tanya kepala Klan Peramal. "Atau jangan-jangan klan siluman sudah mencurigai gerak-gerik kita?" tanyanya lagi. "Itu tidak mungkin Ayah, jika mereka sudah curiga pasti mereka akan mencari keberadaan Raja Arsen untuk memberitahunya. Tidak ada hal mencurigakan," keluh Zemira. "Aku akan coba melihat dengan mata batinku," k
Raja Arsen mengakhiri ceritanya, Sekar dan yang lain menatap iba atas apa yang terjadi. "Maaf, aku bukan raja yang baik," ujar Raja Arsen menundukkan kepala. "Semua sudah takdir, tidak ada yang bisa mengubah itu," ujar Sekar sebelum semuanya berdebat akan hal tidak penting. "Yang membuatku sakit dengan tega Zemira mengarahkan anak panah itu ke arahku. Dia tidak mencintaiku hanya memanfaatkanku untuk memuluskan rencananya. Suasana istana benar-benar kacau dan mencekam. Dengan bantuan para pengawal aku berhasil melarikan diri sampai kemari. Tapi aku melupakan permata kita dan sang Ratu aku tidak berhasil membawanya ikut serta," keluh Raja Arsen. "Dia tidak ada di kamarnya," imbuhnya. Memang sempat sebelum dia masuk ke arah perpustakaan, dia tidak mendapati Ratu Anantari. "Kami telah mengamankan permata t
Sekar menatap gamang, "Ada pengkhianat pada Bangsa Siluman yang menjadi mata-mata dari para Klan," ungkap Sekar membuat mereka terbelalak. "Kau benar, aku melihat saat aku mengendap-endap untuk menguping pembicaraan Zemira dan Klan-nya. Tetapi, aku tidak tahu siapa, dia menutup wajah dengan tudung jubah yang dikenakan, aku hanya melihat tangan berotot itu," ungkap Raja Arsen. Mendadak suasana hening, tidak ada lagi yang berkomentar. Mereka hanyut dalam pikiran masing-masing. Hanya suara binatang malam yang merambah bersahutan. "Apa mereka juga tahu keberadaanmu Sekar?" keluh Gavin merasa bersalah melibatkan gadis yang dia cintai ikut terseret bahaya. "Aku rasa tidak," jawab Raja Arsen yakin. "Maksud Anda?" Lamont mendekat. "Kalian yang mengambil permata Aurora, bukan?" tanya Raja Arsen. Dijawab anggukan oleh ketiga teman dan bawaannya itu. "Lalu Sekar, sebelumnya kau telah merapalkan mantra agar keberadaan mereka tidak dapat tercium jejaknya,