Share

Move on - 10

Setelah kejadian itu, butuh waktu beberapa hari untuk aku kembali pulih dan siap bekerja lagi, bertemu bu bos yang mungkin akan mengenalkan calon suaminya hari ini kepadaku.

benar dugaanku. Pagi ini aku dandan seadanya, memakai baju yang diambilkan Sasha di apartemenku. Cukup nampak seperti baru sembuh dari sakit, cocok dengan alasanku tidak masuk kantor beberapa hari karena sakit.

bu bos memanggilku ke ruangan begitu dia tau aku sudah kembali kerja.

"Apa kabar Lingan? Sudah sehat? Saya khawatir kamu terlalu capek belakangan ini banyak yang harus kamu selesaikan."

"Saya gak papa bu, sudah lebih baik, terima kasih."

"Sukurlah. Oiya, sebentar siang kamu makan siang sama saya ya, saya mau mengenalkan kamu ke calon suami saya. Akhirnya sampai juga dia di Jakarta. Dia sudah di Jakarta dari minggu lalu, tapi katanya masih ada urusan yang harus diselesaikan makanya baru bisa saya kenalkan ke kamu hari ini, kebetulan juga kemarin kamu sakit dan baru hari ini masuk kerja kembali."

Jantungku berdebar kencang sekali seperti ada marathon di dalam. Kuat..kuat..kuat..

"baik bu.."

aku tidak fokus. Membayangkan seperti apa makan siang sebentar.

"Lingan, yuk!"

"Loh kan belum jam makan siang bu"

"udah, gak papa, kan kamu sama saya. Kalo sendirian batu gak boleh hehehe.."

aku tersenyum kecut berusaha tidak ada apa-apa. Andai si bu bos tau siapa calon suaminya. Andai saja dia tau.

Kita sudah sampai di lobby kantor,

"sebentar ya.. udah deket katanya tadi. Kamu pasti suka deh sama dia, saya aja langsung jatuh cinta waktu ketemu sama dia pertama kali."

"Oh, ketemu dimana bu?"

"Bali."

Darahku jembali mendesir, mengalir deras masuk keluar jantung. Degup jantungku makin kencang. Astaga.

"naah itu dia dateng"

kulihat mobil mercy putih mengarah ke lobby.

"Ya Tuhan.... bantu aku..."

aku berbisik kecil sambil melihat mobil merah itu mendekat.

"yuk, Lingan.."

aku masuk ke bagian belakang mobil, tepat di belakang sopir. Dia nyetir sendiri tidak pakai sopir.

"Kenalin Lingan.. ini Alonzo, calon suami aku yang hilang kemarin-kemarin akhirnya ketemu juga ya..." aku bersalaman sambil pura-pura tersenyum manis,

"salam kenal.."

"salam kenal juga" jawabku. Gak akan ada orang yang akan pernah tau rasanya jadi aku. Cukup jelas dia tidak mau bu bos tau ceritanya denganku.

makan siang ini terasa lama sekali. Ternyata kita ke restaurant steak favorit aku. Makanan disini luar biasa enaknya, tapi siang ini, steak disini mendadak rasanya biasa aja, susah ditelan.

"Jadi, lingan.. Steak di restaurant ini tuh makanan favorit Alonzo loh.. enak kan?"

Aku mengangguk pelan sambil memotong steak di depanku pelan. Ingin kusiram kepala laki-laki di depanku ini, dulu gak suka steak kok mendadak bilang steak ini makanan favorit dia? Gak salaaahhh???? Penipu.

"Alonzo ini kerjanya di kalimantan, kita ketemu di Bali. Dia ini nyebelin banget masak aku disuruh repot sendirian nyiapin pernikahan kita. Untung ada kamu loh Lingan.."

aku tersenyum tipis ke arah bu bos sambil berusaha keras mengunyah steak lezat di depanku ini.

"Kamu kok tumben gak banyak ngomong sih sayang? Cerita dong kemarin ada urusan kerjaan apa sampai gak nemuin aku dulu.. kamu gak kangen ya?"

Aku mendadak keselek terbatuk-batuk dan Alonzo dengan sigapnya mengambilkan aku air minum. Bu bos sampai bengong ngeliat calon suaminya begitu sigap mengambilkan aku air minum.

"Eh, gak papa pak.. terima kasih.. tapi saya bisa sendiri.."

aku lap mulutku dan aku ijin ke belakang sebentar.

"Ya Tuhan kenapa harus begini situasinya....."

kuremas erat tissue di tanganku.

aku menarik napas panjang berkali-kali, aku tidak boleh menangis.. aku harus kuat melewati makan siang ini. Kurapihkan make up di wajahku dan aku kembali menarik napas panjang sebelum aku kembali ke meja.

"Kamu gak papa?"

"Gak papa bu..keselek aja sedikit, tapi gak papa"

kulihat mereka sudah selesai makan, Dan di saat yang bersamaan sekretarisku meneleponku untuk segera kembali ke kantor karena ada tamu.

"Bu, maaf sebelumnya, sepertinya saya harus kembali ke kantor. Ada tamu dari singapore..."

"oh..ya udah, bareng aja ini kita juga udah selesai. Biar gak usah naik taksi kamu. Bareng aja. Bentar...."

bu bos memanggil pelayan untuk membawakan nota. Alonzo mengeluarkan dompetnya dan segera membayar semua pesanan kita. Sambil perjalanan kembali ke kantor, aku berterima kasih,

"Terima kasih pak, bu sudah dikenalkan dan diajak makan siang juga.."

"gak masalah Lingan.."

kita seneng banget kamu bisa bantu kita dalam persiapan pernikahan kita. Saya gak kebayang kalo gak ada kamu loh, beneran......iya kan sayang?"

"I...iya.."

jawab Alonzo. Bu bos menatapnya heran,

"kamu kenapa sih? Kok aneh aja daritadi...?"

"Gak papa... maaf ya, aku banyak kerjaan yang ditinggalin di kalimantan jadi pikiranku terbagi kesana"

Alonzo menjawab bu bos sambil melirik sebentar ke spion. Mata kita bertemu sebentar, aku langsung mengalihkan pandanganku ke luar jendela.

sesampainya di kantor, aku berterima kasih sekali lagi dan langsung berjalan duluan ke arah ruanganku. Sekretarisku masuk, dan sampaikan kalau tamunya tadi mendadak dia harus ketemu oranga lain tapi dia minta waktunya aku kembali untuk bisa meeting. Untungnya aku bisa keluar dati situasi tadi. Melelahkan sekali perasaan dan hati ini rasanya seperti dicampur aduk kayak es campur.

aku berusaha menyelesaikan pekerjaanku hari ini secara profesional. Aku berusaha terbiasa dengan keadaan dan situasi yang ada di depanku.

satu minggu berlalu. Pernikahannya tiga hari lagi. Semua persiapan aku siapkan sebaik mungkin. Mungkin kalau ada yang bertanya bagaimana perasaanku saat ini, aku bisa bilang aku mati rasa. Rasa sakit yang dipaksa kuat ini membuat aku menjadi mati rasa, aku tidak lagi bisa merasakan marah, sedih, cemburu, sakit hati, atau apapun itu. Semua terasa datar saja saat ini. Namun, aku masih belum bisa bicara langsung dengan Alonzo dan aku berusaha untuk tidak mengecewakan bu bos dengan ekspektasi acara pernikahannya yang tinggi.

Tiga hari itu tidak lama, cepat sekali rasanya. Tibalah hati H pernikahan bu bos. Semua persiapan sudah selesai, aku double check seluruh persiapan dari awal samlai akhir. Semuanya sudah ok. Aku terdiam menarik napas panjang di depan pelaminan, menatap pelaminan. Seharusnya aku yang duduk di sana bersamanya.

"Bu?"

Sekretarisku memanggilku.

"Bunga tangannya sudah di depan bu, mau dipindah di meja sini?"

"Oh.. iya.. iya.. bawa sini.."

tiba saat dimana pengantin wanitanya keluar dan menuju tempat pemberkatan, dimana disana sudah menunggu pengantin prianya menatap dalam-dalam ke pengantin wanita yang berjalan pelan. Semuanya terlihat sempurna kecuali hati dan pikiranku.

inilah.. saatnya..aku melepaskan pikiranku dan perasaanku... inilah saatnya.. aku harus move on. Air mata mengalir sedikit di pipiku.

"Terharu ya bu...so sweet banget... saya juga ikutan terharu.."

"kamu bisa aja..."

sambil tersenyum kutepuk ringan tangan sekretarisku. Aku sudah move on.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status