Share

7. Ternyata

Penulis: Yanikdwilestari
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-07 14:33:40

Jangan lupa like, komen, dan subscribe ya... Biar makin semangat updatenya. Dan jangan lupa beri rating.. Tngkyu...

*****

"Apa Pak? Apa itu semua benar?." Tanya ku penuh kaget

"Iya nduk, tapi Bapak tak tahu kapan pastinya, tapi dengar-dengar paling lama tiga bulan lagi uang itu bakal cair. Yang jelas Bapak sudah terima suratnya dari pemerintah.. Ini suratnya." Kuterima surat yang diberikan Bapak kepadaku. Ku baca isi surat tersebut.

"Lantas bapak setuju?" Tanyaku kembali

"Makanya Bapak dan Emak bertanya bagaimana tanggapanmu. Apalagi hasil jual sawah dan ladang untuk program jalan tol itu semua seharga 7,5 Miliar."

"A-apa?? Sebesar itu pak?" Tanyaku masih tak percaya

"Iya nduk, semua orang disini yang sawahnya terkena dampak proyek tol dibeli pemerintah dengan harga tinggi." Tampak Bapak terdiam beberapa saat.

"Dan kamu, sebagai pewaris satu-satunya aset milik Bapak, jadi Bapak harus memberi tahumu. Karena semua uang itu juga bakal akan kami berikan padamu nduk." Ucap Bapak menjelaskan kepadaku

"Tapi pak, aku tak bisa menerima uang sebanyak itu. Apalagi....." Kata-kataku menggantung, karna aku tak ingin mereka tau tentang kelakuan Mas Bowo yang rakus kalau tau aku bakal menjadi orang yang lebih kaya.

"Kenapa nduk? Kan kamu bisa buat buka usaha toko roti impian kamu." Emak pun ikut berbicara

"Lagian, Emak sama Bapak juga sudah tua. Kasian bapak mu harus mengerjakan sawah dan ladang yang cukup luas itu. Makanya Emak juga bersyukur kalau akhirnya bisa laku, apalagi dengan harga yang fantastis." Ucap Emak panjang lebar kepadaku

"Iya bu, bener kata Uti. Kita bisa mewujudkan mimpi ibu untuk punya toko roti sendiri. Apalagi pesanan kue ibu selalu laris manis." Tiba-tiba kulihat Anita putriku datang dari dapur dan memeluk ku dari belakang 

"Kita pikirkan lagi nanti ya Mak, Pak. Kan uangnya juga belum ada. Ida takut kalau Ida sudah berangan-angan tinggi, tapi entar kenyataanya zonk. Aduh ida gak sanggup Pak.. hihihi " Kataku sambil tertawa

"Hahaha iya juga sih nduk, tapi Bapak yakin itu sudah pasti. Karena Bapak dan Emak juga sudah tanda tangan persetujuan di balai desa bersama beberapa warga lainya. Bapak harap, kamu memikirkan usaha apa yang bisa kamu jalan kan dengan modal uang sebesar itu nduk." Kata Bapak

"Lagian juga, kita berdua sudah tua. Tak mungkin bakal hidup berdua terus-terusan. Pasti suatu saat kami bakal ikut serta dengan kamu. Tapi setidaknya, sebelum Emak Bapak ikut numpang hidup denganmu, Kita sudah memberikan tabungan yang sekiranya lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan mu. Jadi, biar kami tak merasa menyusahkan hidupmu." Timpal bapak kembali. Aku merasakan Bapak berucap dengan penuh kesedihan.

"Ya allah Pak, Bapak jangan kayak gitu lagi. Ida jadi merasa sedih dan bersalah. Walaupun Bapak dan Emak tak memberikan apapun padaku, insya Allah aku masih sangat sanggup menghidupi dan merawat Emak dan Bapak. Karena itu adalah bukti bakti ku pada kalian." Kulihat Emak menangis mendengar penuturan ku. Dan entah kenapa, akupun juga ikut menagis karena tak mampu menahan rasa haru.

"Uti sama Kakung tenang saja, Ibu pasti bakal merawat Uti sama Kakung dengan baik." Kata Anita menimpali dengan memeluk erat Emak. Kulihat juga Bapak ikut menyeka air matanya yang akan jatuh

"Yasudah, kalau gitu kita jamaah sholat isya' dulu. Baru kita istirahat." Kata Bapak menutup obrolan malam kita

Dan kita pun sama-sama bergegas mengambil wudhu dan menjalankan sholat isya' berjamaah.

******

Kurebahkan tubuhku diatas kasur, setelah semuanya sudah masuk ke kamar masing-masing. Kulihat sekeliling kamarku yang tak pernah berubah, tetap bersih dan rapi. Mungkin setiap hari Emak tak pernah lupa membersihkan dan mengganti sprei kamar putri tercintanya

Entah kenapa aku masih teringat ucapan Bapak tadi. Di mana aku bakal menerima uang yang tak ku duga dan benar-benar sangat besar nominalnya. Aku jadi berpikir, bagaimana aku bisa menyembunyikan hal ini pada Mas Bowo?? Karena jika dia tahu akan hal ini, pasti dia akan jadi semena-mena kepadaku. Dan pasti keluarganya akan lebih menjadikan ku sapi perah.

Tidak, itu tak boleh terjadi. Tapi bagaimana caranya?? Apalagi Bapak dan Emak tak tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan rumah tanggaku. Walaupun, ku rasa Bapak sudah tau dan ikut merasakan ketidakberesan di dalam rumah tanggaku.

Tok tok tok

Kudengar seseorang mengetuk pintu kamarku.

"Siapa...??" Tanyaku

"Bu, sudah tidur belum??" Oh ternyata Anita yang mengetuk pintu kamar ku..

"Belum nduk, sini masuk." Aku menyuruhnya masuk, dia membuka pintu kamar ku dan berajalan kearahku. Dengan tiba-tiba memeluk ku.

"Hei, kamu kenapa nduk?" Tanyaku dengan membelai lembut tambut putri cantik ku

"Bu, kenapa ibu tak pernah kelihatan sedih, padahal aku merasa sedih banget." Entah tiba-tiba putriku berbicara seperti itu, dan akupun tak tahu alasanya.

"Maksut kamu apa nduk? Kenapa ibu harus sedih? Kan sudah ada kamu, pelipur hati ibu. Jadi mana mungkin ibu sedih." Ucapku dengan terus membelai lembut Anita

"Kenapa Ayah jahat sama kita ya Bu? Padahal kita ber dua sangat sayang padanya. Apa salah kita. Ayah sudah berubah bu!!" Degh, entah kenapa aku merasakan sakit saat mendengar ucapan putriku.

Hingga ahirnya aku mendekap Anita yang tiba-tiba menangis memeluk ku, dan akupun juga tak kuasa menahan butiran air mataku agar tak jatuh.

Ya allah, apakah ini saatnya aku harus jujur pada putriku tentang apa yang sebenarnya terjadi dengan Ayah dan Ibunya? Apakah Anita akan mengerti dengan semua ini?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Dyah Piktawaty
Bingung amat uang di Deposito atas nama BPK Ibunya.beli toko roti atas nama ibunya beres kan gak bisa pasangan nyuil seipritpun. apalagi itu memang milik BPK nya.pesepak bola saja penghasilannya dinamakan ibunya cerai istrinya Zonk.
goodnovel comment avatar
Kikid Sukantomo Adibroto
dan realita berkuarga..
goodnovel comment avatar
Kikid Sukantomo Adibroto
crita bagus dan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!   128. Ending

    Setelah semua kejadian yang menimpa Lusi, awalnya dia begitu terpukul dan hampir depresi. Karena dia memang bakal tak bisa mempunyai anak untuk selamanya.Berkat kesabaran Ibunya, dan juga Bowo yang selalu memberi dukungan, perlahan Lusi mampu menerima takdirnya.Begitupula Dendi yang juga perhatian pada nya pasca kehilangan buah hati mereka. Tapi semenjak kehadiran Romi, mantan pacar Lusi dulu, hidupnya berubah. Terutama hubungan nya dengan Dendi.Rama, lelaki yang dulu mencintai Lusi sepenuh hati. Tapi karena dulu dia belum memiliki pekerjaan yang mapan, dia pun memilih untuk mundur. Apalagi waktu itu dia melihat Lusi yang juga sudah dekat dengan Dendi yang memiliki pekerjaan dengan penghasilan yang lumayan besar.Hingga akhirnya, dia pun memilih untuk merantau. Bekerja jadi kontraktor disebuah tambang."Lus...!" Sapa Rama saat mereka bertemu membeli martabak disebuah sentra PKL bersama Narendra."Rama....!" Balas Lusi yang juga tak kalah bahagia dan mereka pun bersalaman."Anak kam

  • UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!   127. perpisahan

    Hallo Mas!" Sapanya begitu lembut saat mengangkat telepon ku."Lagi apa Ras?""Nih, lagi santai sama calon anak kamu. Oh iya, uda makan belum?" Tanya nya.Aaah, Laras benar-benar perhatian sekali. Bahkan Lusi pun jarang menanyakan hal sekecil ini tapi mampu membuat ku merasa dipedulikan. Tak seperti Lusi yang hanya lebih sering menanyakan uang dan uang.Untung saja aku cinta. Kalau tidak, mungkin aku sduah meninggalkan nya."Sudah kok. Kamu juga sudah makan apa belum? Jangan sampai telat makan ya?" "Iya Enggak Mas." Jawab nya seraya tersenyum."Oh iya Ras, mobil yang kujanjikan pada Lusi sudah datang hari ini. Ku rasa dia begitu bahagia!" Ucapku.Tapi Laras tak menanggapi ucapan ku."Halo Ras kamu masih disana?" Tanya ku.Karena memang seketika suasana jadi hening. Hanya terdengar suara helaan napas yang berat keluar dari mulutnya."Iya masih Mas. Tapi aku ngantuk mau tidur dulu. Capek!" Jawab nya seketika cuek."Oh yasudah kalau gitu, kamu istirahat dulu gih. Met tidur ya sayang dan

  • UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!   126. pov. Dendi

    Aku dulu memang sangat mencintai Lusi. Apapun yang dia inginkan, sebisa mungkin bakal aku turutin.Tak ada kata penolakan yang bakal keluar dari mulutku ini, semua ucapannya pasti ku iyakan. Tapi ada satu hal yang mengganjal hatiku. Aku ingin keturunan. Sudah hampir lima tahunan aku dan Lusi menjalin rumah tangga, tapi kami belum juga dikarunia i seorang anak.Lantas aku harus bagaimana? Apakah aku harus menunggu terus dengan sabar? Tapi sampai kapan? Aku juga tak tau kapan umurku akan berakhir. Tapi setidaknya sebelum umur ku usai, aku sudah memiliki seorang penerus.Semakin hari aku semakin bimbang. Ingin rasanya menyudahi hubungan ku dengan nya, tapi aku masih terlalu cinta."Ini pesanan nya ya Pak!" Ucap seorang pelayan restoran saat kapalku sedang bersandar dan kami makan malam disuatu kota.Aku melihat gadis ini begitu manis, dengan postur tubuh yang aduhai menggoda iman. Ku lirik name tag nya, dan kulihat nama yang tertera disana "Laras".Aku pun tersenyum manis padanya, dan di

  • UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!   125. tak tertolong

    Drrrt... Drrrt... Drrrt...Aku jadi terbangun kala hp ku berdering karena sebuah panggilan masuk. Setelah ketahuan hamil, Ibu menyuruhku untuk lebih banyak istirahat. Karena kata Ibu, kehamilan ku ini sedikit rewel. Apalagi ini masih trimester pertama yang pastinya masih teler-telernya. Kuraih hp yang tergeletak tak jauh dari tempat ku berbaring, kemudian melihatnya. Ternyata Mas Dendi lah yang sedang menelponku.Dengan semangat 45, aku pun langsung mengangkat panggilan darinya. Dan sudah pasti, senyum ku pun memgembang."Hallo, iya Mas!" Ucapku "Lus, kamu beneran kan? Kamu gak bohong kan?" Pertanyaa Mas Dendi langsung memberondong ku."Iya Mas, masa' iya aku bohong sih sama kamu Mas?" "Alhamdulillah... Ya Allah Lus, kamu tau aku begitu bahagia. Hiks!" Dari nada suaranya, Mas Dendi begitu terharu."Mas nangis?" "Mas cuman bahagia Lus, Mas gak nyangka akhirnya kamu hamil juga. Tapi....!" Ucapanya terhenti.Tapi aku paham maksut dari ucapan Mas Dendi ini. Tapi dia juga sudah mengham

  • UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!   124. positif

    Karena perjanjian ku dengan Mas Dendi inilah, sekarang aku bisa hidup lebih bahagia. Apalagi dengan harta yang lebih bergemilang. Walau aku harus berbagi suami dengan wanita sialan itu.Tiga hari lagi Mas Dendi juga akan pulang. Dan dia berniat ingin bersama ku nantinya. Jujur saja, aku sudah kehilangan hasrat bersama Mas Dendi. Tapi, mau tak mau aku harus tetap melayani nya.Toh aku juga dapat imbalan yang setimpal. Apapun yang aku ingin kan, Mas Dendi selalu menuruti apapin yang aku ingin kan.Yang terpenting saat ini, aku harus bersiap dan merias diri secantik mungkin. Agar nanti saat Mas Dendi datang, dia terkesima dengan penampilan ku.Tok tok tok!!!"Lus...?" Sapa Mas Bowo didepan kamar ku"Hmm, ada apa Mas? Masuk aja, gak ku kunci kok." UcapkuMas Bowo pun masuk, dan mengeluarkan uamg lembaran merah sebanyak lima biji."Nih...!" Ucapnya sambil meneyerah kan pada ku."Ooh, uda gajian toh. Oke, aku terima." Ku ambil uang ity dari tangan Mas Bowo. Dan memasukkanya kedalam kantong

  • UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!   123. innalillahi...

    Menempuh waktu hampir dua jam lebih, bagiku terasa sangat begitu lama. Tapi aku bersikap biasa saja dihadapan Mas Fero. Aku takut, jika dia melihat ku khawatir, dia bakal ngebut, dan justru malah membahayakan kita sendiri.Padahal dalam hati ini, sudah tak karuan lagi. Campur aduk rasanya, apalagi memang kondisi Bapak yang sudah terlalu lemah beberapa hari ini.Tapi memang saat ini Mas Fero berkendara lebih cepat dari pada saat kami berangkat ke kosan Anita. Untung nya juga, jalanan tak seberapa padat, mungkin karena masih siang juga, dan tak bertepatan dengan jam pulang kerja.Tujuan kita saat ini pun langsung ke rumah sakit Medika. Aku melirik Anita dari kaca spion dalam mobil, terlihat tak tenang juga. Terlihat juga Anita tak lepas dari doa, sama seperti ku saat ini.Sesampainya dirumah sakit, Mas Fero langsung memarkirikan mobilnya, setelah itu, kami langsung berjalan. Menuju ruang ICU, dimana Emak sudah menunggu disana."Mak...!" Sapa ku saat melihat wanita paruh baya itu duduk s

  • UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!   122. pindahan

    Sudah dua hari ini, aku dan Mas Fero tinggal dirumah ku. Karena memang beberapa hari ini aku sibuk mengolah semua usaha ku. Maklum, biasanya Emak yang membantuku ditoko, kini lebih banyak dirumah.Sebab, akhir-akhir ini kesehatan Bapak juga sedang terganggu. Dan sudah tiga hari ini pula beliau terlihat lemas. Jadi dari pada aku harus bolak balik toko kerumah Mas Fero yang jaraknya lumayan jauh, aku pun memutuskan untuk memgajak Mas Fero gantian tinggal disini beberapa hari. Apalagi hari ini kita juga ada agenda mengantarkan Anita ke kosan nya.Dan juga, aku sibuk membantu putriku yang akan segera pindahan, karena sebenyar lagi dia akan masuk kuliah. Ternyata waktu berputar begitu cepat, hingga tanpa terasa kini Anita sudah akan menjadi seorang mahasiswi."Nduk, sarapan dulu!" Ajak Emak saat aku menuju dapur."Enggeh Mak! Oh iya, nanti Emak ke toko lagi kah?" "Kayaknya sih enggak, lah Bapak mu kondisinya juga kayak gitu. Emak kok jadi takut ya Nduk!" Ucap Emak sedikit tertahan"Takut

  • UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!   121. uda dong cemburunya....

    "Sudah hampir sebulan ini aku menjadi istri Mas Fero, kalau ditanya bagaimana rasanya? Sudah tentu aku bakal berkata begitu bahagia.Bukan tanpa sebab, karena memang sifat Mas Fero yang begitu perhatian dan peduli padaku, membuat ku menjadi begitu nyaman.Apalagi Mama juga begitu baik terhadapku. Karena memang setelah menikah, aku diboyong oleh Mas Fero ke kediamanya. Ya, walaupun tak jarang juga aku masih sering pulang kerumah untuk menengok Emak dan Bapak.Karena memang Anita juga kadang ikut tinggal dirumah Papa barunya ini. Mas Fero mengajak ku tinggal dirumah nya juga bukan tanpa alasan, sebab anak-anak kandung Mas Fero yang kini juga sudah menjadi anak ku masih kecil-kecil, sedangkan Anita sudah besar.Dan sebentar lagi dia akan masuk kuliah, bahkan akan tinggal jauh dari kami. Karena dia kuliah diluar kota, terpaksa dia harus ngekos disana. Itu pula lah yang membuat ku mau untuk tinggal disini, karena anak-anak Mas Fero lebih membutuhkan sosok Ibu."Sayang, nanti nge mall yuk..

  • UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!   120. tak sengaja bertemu (pov.bowo)

    Hari ini pekerjaan kantor benar-benar lumayan banyak. Apalagi banyak barang masuk, yang otomatis banyak data pula yang harus ku input.Untung nya laporan ini gak harus selesai hari ini juga. Jadi aku masih bisa sedikit bersantai tentunya.Kulihat Bram dan teman-teman juga pada sibuk dengan pekerjaan mereka. Hingga waktu istirahat, seperti biasa aku dan Bram makan siang di kantin sambil ngobrol. "Bro, gak minat cari istri baru nih?" Tanya nya "Gak kepikiran Bram. Masih trauma!" Jawab ku sambil menggelengkan kepala."Hahaha Anjriit, lemah amat lu Bro!"Sialan, dia bilang aku lemah? Dia gak tau aja sih sakitnya diselingkuhi, apalagi selingkuhnya sampek bikin bunting. Sakit tau gak, sakiiit...."Kamu bisa ngomong gitu mah soalnya belum ngerasain aja. Coba deh, nanti kalau uda ngerasain, nyaho deh...!" Cebik ku ganti membuat raut muka Bram berubah."Yaelah, gitu amat doain temen yang jelek-jelek." Ucap Bram yang sama sekali tak ku gubris.Waktu istirahat yang hanya sejam pun habis, aku k

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status