Share

6. Ke Rumah Emak

Penulis: Yanikdwilestari
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-07 14:32:51

Jangan lupa like, komen dan subscribe ya.. Biar makin semangat updatenya.. Dan jangan lupa juga beri rating bintang 5... Happy reading dear....

******

Getaran dari ponselku mengejutkanku. Kuambil gawai ku yang masih tersimpan di dalam tas. Ku usap layar dan ku lihat ada panggilan masuk dari Emak

"Assalamualaikum nduk..." Suara Emak diujung sana

"Waalaikumsalam mak, gimana kabarnya?" Tanyaku

"Alhamdulillah Emak dan Bapak sehat semua nduk. Kamu sekelurga juga sehat-sehat saja kan?" Jawabnya

"Alhamdulillah enggeh mak.. Kita semua sehat."

"Kamu kapan pulang nduk, Emak Bapak kangen. Sudah dua bulan kamu ga kesini." Nyuuuut aku merasakan dada ku terasa nyeri kala Emak berbicara seperti itu.

"Insyaallah secepatnya ya Mak, tapi untuk beberapa hari ini Ida belum bisa kesana. Soalnya pesanan kue Ida masih ramai." Kataku dengan sedih

"Oalah yasudah nduk ga papa. Yang penting kalau sudah ada waktu longgar, pulanglah. Emak juga sudah kangen dengan cucu Emak yang cantik." Sambung Emak dengan suara sedih

"Enggeh mak, besok Ida ajak Anita nginap disana."

"Beneran ya nduk... Yasudah kamu lanjutin kerjaan kamu. Maafin Emak ganggu waktu kamu. Assalamualaikum." Ucap Emak sebelum menutup sambungan telepon

"Waalaikumsalam..."

Entah kenapa tiba-tiba air mataku jatuh tanpa bisa aku tahan lagi.  Aku memaklumi perasaan Emak yang rindu akan anak semata wayangnya ini. Karena setelah menikah dengan Mas Bowo, aku diboyongnya ke kota. Dan menempati rumah pemberian warisan dari almarhum bapak mertua. Sehingga Emak dan Bapak hanya tinggal berdua di kampung dan tetap bekerja mengolah ladang dan sawah mereka.

"Insyaallah Besok Sabtu Minggu, Ida kesana dengan Anita Mak.." Ucapku dalam hati

Segera ku buka aplikasi berlogo hijau di gawaiku, dan menulis sebuah statu yang berisi 'Mohon maaf, untuk hari Sabtu dan Minggu tutup PO ya.. Dan akan buka kembali pada hari Selasa, karena ada keperluan keluarga.'

Segera ku keluar kamar dan menghampiri Anita, memberitahukanya bahwa besok hari Sabtu Minggu aku berniat mengajaknya menginap dirumah neneknya. Dan meminta izin kepada Mas Bowo untuk menginap disana, tak lupa aku mengajaknya ikut serta. Tapi, dia selalu menolak. Memang, beberapa tahun terakhir ini, aku lebih sering mengunjungi rumah Emak hanya berdua dengan putri semata wayangku tanpa kehadiran Mas Bowo. Awalnya aku marah, tapi lama kelamaan aku terbiasa sehingga kubiarkan saja

********

Hari-hari kujalani seperti biasa. Hingga pada hari sabtu siang aku bersiap-siap akan berangkat kerumah Emak setelah Anita pulang sekolah. Walaupun Mas Bowo belum pulang kerja, setidaknya aku sudah izin dan dia mengizinkan.

"Sudah siap belum nduk?" Tanyaku kepada putri ku

"Bentar bu, lagi masukin baju ke dalam tas." Balasnya

"Yasudah ibu tunggu dimobil ya..." Kutinggalkan Anita menuju mobil dan mulai menghidupkan mesinya. Tak berapa lama Anita pun masuk kedalam mobil.

"Sudah siap semua kan?? Kalau gitu kita berangkat"

"Sudah bu, yuk berangkat. Anita juga sudah rindu Uti sama Kakung." Jawabnya

"Bismillah...." 

Akupun melajukan mobilku meninggalkan rumah, menuju rumah Emak. Memang jarak rumah Emak tak seberapa jauh. Hanya membutuhkam kurang dari dua jam kita sudah sampai dirumah Emak. 

Kulihat Emak sedang menyapu halaman rumah, sedangkan Bapak duduk di depan rumah meminum teh hangat. Karena memang ini sudah pukul setengah lima sore.

"Assalamualaikum Emak, Bapak.." Kataku seraya menghampiri mereka dan menyalami tanganya dengan penuh khidmat.

"Waalaikumsalam... ya Allah genduk ku cah ayu, sudah datang." Disambutnya kedatanganku dan putriku dengan ciuman bertubi-tubi

"Kirain masih beberapa hari lagi baru kesini. Tau gitu tadi kan Emak bisa masak enak buat kalian berdua."

"Gak papa mak, justru Ida gak bilang sama Emak. Biar Emak gak perlu repot-repot masak." Kataku

"Kasian cucu Uti nanti, kesini malah gak ada makanan enak." Dirangkulnya dan diciumnya kening Anita sama Emak

"Meskipun Uti masak tempe aja, Anita mah suka-suka aja Uti. Masakan Uti mah tiada duanya." Ucap Anita menyenangkan hati

"Bowo gak ikut lagi Da?" Tanya emak tiba-tiba

"U-ummmm enggak mak, Mas Boso sibuk. ada lembur."

"Woalah lembur kok terus toh Da. Sekali-kali suruh libur, ajak kesini. Kok y tega ngebiarin anak istrinya sendirian naik mobil kesini." Akupun hanya bisa diam tanpa menjawab pertanyaan Emak.

"Yasudah ayo masuk dulu. Kalian mandi-mandi dulu, terus kita makan malam sama-sama. Emak, siapin minuman hangat buat mereka ya!!" Kata Bapak memecah keheningan. Mungkin beliau sudah merasakan sesuatu yang tak beres dirumah tangga ku

Kita pun masuk ke dalam rumah sama-sama. Dan aku melangkahkan kakiku menuju kamar ku saat masih gadis dulu. Kurebahkan diri ini diatas kasurku yang masih empuk. Baru setelah itu aku mandi seusai Anita mandi.

*****

Adzan maghrib pun berkumandang, dan kita semua melaksanakan sholat maghrib berjamaah dengan di imami Bapak. Entah kenapa hatiku merasa tentram dan nyaman saar berada disini. Berbeda dengan suasana hatiku dirumah

Seusai sholat, aku dan Anita membantu Emak menyiapkan makan malam kita. Kulihat, Emak memasak ikan goreng, sambal terasi dengan lalapan timun dan terong. Benar-benar menggugah selera.

Akhirnya kita semua pun makan bersama. Begitu terasa enak walaypun menunya sederhana. Kulihat Anita juga begitu lahap menyantap makanan buatan Utinya.

"Nduk, habis ini Bapak mau bicara sama kamu tentang masalah sawah dan ladang Bapak." Degh, entah kenapa jantungku berdetak cepat

"Nduk cah ayu, tolong beresin ini ya. Sekalian cuciin semuanya. Uti sama Kakung mau bicara sama Ibumu." Perintah Emak ke putiku

"Enggeh uti..." Kulihat Anita dengan sigap langsung membereskan piring-piring dan membawanya kedapur untuk di cuci.

"Ada apa memangnya Pak? Apa ada masalah sama sawah dan ladang Bapak?" Kataku sambil melihat Emak dan Bapak

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!   128. Ending

    Setelah semua kejadian yang menimpa Lusi, awalnya dia begitu terpukul dan hampir depresi. Karena dia memang bakal tak bisa mempunyai anak untuk selamanya.Berkat kesabaran Ibunya, dan juga Bowo yang selalu memberi dukungan, perlahan Lusi mampu menerima takdirnya.Begitupula Dendi yang juga perhatian pada nya pasca kehilangan buah hati mereka. Tapi semenjak kehadiran Romi, mantan pacar Lusi dulu, hidupnya berubah. Terutama hubungan nya dengan Dendi.Rama, lelaki yang dulu mencintai Lusi sepenuh hati. Tapi karena dulu dia belum memiliki pekerjaan yang mapan, dia pun memilih untuk mundur. Apalagi waktu itu dia melihat Lusi yang juga sudah dekat dengan Dendi yang memiliki pekerjaan dengan penghasilan yang lumayan besar.Hingga akhirnya, dia pun memilih untuk merantau. Bekerja jadi kontraktor disebuah tambang."Lus...!" Sapa Rama saat mereka bertemu membeli martabak disebuah sentra PKL bersama Narendra."Rama....!" Balas Lusi yang juga tak kalah bahagia dan mereka pun bersalaman."Anak kam

  • UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!   127. perpisahan

    Hallo Mas!" Sapanya begitu lembut saat mengangkat telepon ku."Lagi apa Ras?""Nih, lagi santai sama calon anak kamu. Oh iya, uda makan belum?" Tanya nya.Aaah, Laras benar-benar perhatian sekali. Bahkan Lusi pun jarang menanyakan hal sekecil ini tapi mampu membuat ku merasa dipedulikan. Tak seperti Lusi yang hanya lebih sering menanyakan uang dan uang.Untung saja aku cinta. Kalau tidak, mungkin aku sduah meninggalkan nya."Sudah kok. Kamu juga sudah makan apa belum? Jangan sampai telat makan ya?" "Iya Enggak Mas." Jawab nya seraya tersenyum."Oh iya Ras, mobil yang kujanjikan pada Lusi sudah datang hari ini. Ku rasa dia begitu bahagia!" Ucapku.Tapi Laras tak menanggapi ucapan ku."Halo Ras kamu masih disana?" Tanya ku.Karena memang seketika suasana jadi hening. Hanya terdengar suara helaan napas yang berat keluar dari mulutnya."Iya masih Mas. Tapi aku ngantuk mau tidur dulu. Capek!" Jawab nya seketika cuek."Oh yasudah kalau gitu, kamu istirahat dulu gih. Met tidur ya sayang dan

  • UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!   126. pov. Dendi

    Aku dulu memang sangat mencintai Lusi. Apapun yang dia inginkan, sebisa mungkin bakal aku turutin.Tak ada kata penolakan yang bakal keluar dari mulutku ini, semua ucapannya pasti ku iyakan. Tapi ada satu hal yang mengganjal hatiku. Aku ingin keturunan. Sudah hampir lima tahunan aku dan Lusi menjalin rumah tangga, tapi kami belum juga dikarunia i seorang anak.Lantas aku harus bagaimana? Apakah aku harus menunggu terus dengan sabar? Tapi sampai kapan? Aku juga tak tau kapan umurku akan berakhir. Tapi setidaknya sebelum umur ku usai, aku sudah memiliki seorang penerus.Semakin hari aku semakin bimbang. Ingin rasanya menyudahi hubungan ku dengan nya, tapi aku masih terlalu cinta."Ini pesanan nya ya Pak!" Ucap seorang pelayan restoran saat kapalku sedang bersandar dan kami makan malam disuatu kota.Aku melihat gadis ini begitu manis, dengan postur tubuh yang aduhai menggoda iman. Ku lirik name tag nya, dan kulihat nama yang tertera disana "Laras".Aku pun tersenyum manis padanya, dan di

  • UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!   125. tak tertolong

    Drrrt... Drrrt... Drrrt...Aku jadi terbangun kala hp ku berdering karena sebuah panggilan masuk. Setelah ketahuan hamil, Ibu menyuruhku untuk lebih banyak istirahat. Karena kata Ibu, kehamilan ku ini sedikit rewel. Apalagi ini masih trimester pertama yang pastinya masih teler-telernya. Kuraih hp yang tergeletak tak jauh dari tempat ku berbaring, kemudian melihatnya. Ternyata Mas Dendi lah yang sedang menelponku.Dengan semangat 45, aku pun langsung mengangkat panggilan darinya. Dan sudah pasti, senyum ku pun memgembang."Hallo, iya Mas!" Ucapku "Lus, kamu beneran kan? Kamu gak bohong kan?" Pertanyaa Mas Dendi langsung memberondong ku."Iya Mas, masa' iya aku bohong sih sama kamu Mas?" "Alhamdulillah... Ya Allah Lus, kamu tau aku begitu bahagia. Hiks!" Dari nada suaranya, Mas Dendi begitu terharu."Mas nangis?" "Mas cuman bahagia Lus, Mas gak nyangka akhirnya kamu hamil juga. Tapi....!" Ucapanya terhenti.Tapi aku paham maksut dari ucapan Mas Dendi ini. Tapi dia juga sudah mengham

  • UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!   124. positif

    Karena perjanjian ku dengan Mas Dendi inilah, sekarang aku bisa hidup lebih bahagia. Apalagi dengan harta yang lebih bergemilang. Walau aku harus berbagi suami dengan wanita sialan itu.Tiga hari lagi Mas Dendi juga akan pulang. Dan dia berniat ingin bersama ku nantinya. Jujur saja, aku sudah kehilangan hasrat bersama Mas Dendi. Tapi, mau tak mau aku harus tetap melayani nya.Toh aku juga dapat imbalan yang setimpal. Apapun yang aku ingin kan, Mas Dendi selalu menuruti apapin yang aku ingin kan.Yang terpenting saat ini, aku harus bersiap dan merias diri secantik mungkin. Agar nanti saat Mas Dendi datang, dia terkesima dengan penampilan ku.Tok tok tok!!!"Lus...?" Sapa Mas Bowo didepan kamar ku"Hmm, ada apa Mas? Masuk aja, gak ku kunci kok." UcapkuMas Bowo pun masuk, dan mengeluarkan uamg lembaran merah sebanyak lima biji."Nih...!" Ucapnya sambil meneyerah kan pada ku."Ooh, uda gajian toh. Oke, aku terima." Ku ambil uang ity dari tangan Mas Bowo. Dan memasukkanya kedalam kantong

  • UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!   123. innalillahi...

    Menempuh waktu hampir dua jam lebih, bagiku terasa sangat begitu lama. Tapi aku bersikap biasa saja dihadapan Mas Fero. Aku takut, jika dia melihat ku khawatir, dia bakal ngebut, dan justru malah membahayakan kita sendiri.Padahal dalam hati ini, sudah tak karuan lagi. Campur aduk rasanya, apalagi memang kondisi Bapak yang sudah terlalu lemah beberapa hari ini.Tapi memang saat ini Mas Fero berkendara lebih cepat dari pada saat kami berangkat ke kosan Anita. Untung nya juga, jalanan tak seberapa padat, mungkin karena masih siang juga, dan tak bertepatan dengan jam pulang kerja.Tujuan kita saat ini pun langsung ke rumah sakit Medika. Aku melirik Anita dari kaca spion dalam mobil, terlihat tak tenang juga. Terlihat juga Anita tak lepas dari doa, sama seperti ku saat ini.Sesampainya dirumah sakit, Mas Fero langsung memarkirikan mobilnya, setelah itu, kami langsung berjalan. Menuju ruang ICU, dimana Emak sudah menunggu disana."Mak...!" Sapa ku saat melihat wanita paruh baya itu duduk s

  • UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!   122. pindahan

    Sudah dua hari ini, aku dan Mas Fero tinggal dirumah ku. Karena memang beberapa hari ini aku sibuk mengolah semua usaha ku. Maklum, biasanya Emak yang membantuku ditoko, kini lebih banyak dirumah.Sebab, akhir-akhir ini kesehatan Bapak juga sedang terganggu. Dan sudah tiga hari ini pula beliau terlihat lemas. Jadi dari pada aku harus bolak balik toko kerumah Mas Fero yang jaraknya lumayan jauh, aku pun memutuskan untuk memgajak Mas Fero gantian tinggal disini beberapa hari. Apalagi hari ini kita juga ada agenda mengantarkan Anita ke kosan nya.Dan juga, aku sibuk membantu putriku yang akan segera pindahan, karena sebenyar lagi dia akan masuk kuliah. Ternyata waktu berputar begitu cepat, hingga tanpa terasa kini Anita sudah akan menjadi seorang mahasiswi."Nduk, sarapan dulu!" Ajak Emak saat aku menuju dapur."Enggeh Mak! Oh iya, nanti Emak ke toko lagi kah?" "Kayaknya sih enggak, lah Bapak mu kondisinya juga kayak gitu. Emak kok jadi takut ya Nduk!" Ucap Emak sedikit tertahan"Takut

  • UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!   121. uda dong cemburunya....

    "Sudah hampir sebulan ini aku menjadi istri Mas Fero, kalau ditanya bagaimana rasanya? Sudah tentu aku bakal berkata begitu bahagia.Bukan tanpa sebab, karena memang sifat Mas Fero yang begitu perhatian dan peduli padaku, membuat ku menjadi begitu nyaman.Apalagi Mama juga begitu baik terhadapku. Karena memang setelah menikah, aku diboyong oleh Mas Fero ke kediamanya. Ya, walaupun tak jarang juga aku masih sering pulang kerumah untuk menengok Emak dan Bapak.Karena memang Anita juga kadang ikut tinggal dirumah Papa barunya ini. Mas Fero mengajak ku tinggal dirumah nya juga bukan tanpa alasan, sebab anak-anak kandung Mas Fero yang kini juga sudah menjadi anak ku masih kecil-kecil, sedangkan Anita sudah besar.Dan sebentar lagi dia akan masuk kuliah, bahkan akan tinggal jauh dari kami. Karena dia kuliah diluar kota, terpaksa dia harus ngekos disana. Itu pula lah yang membuat ku mau untuk tinggal disini, karena anak-anak Mas Fero lebih membutuhkan sosok Ibu."Sayang, nanti nge mall yuk..

  • UANGKU BUKAN BERARTI UANGMU, MAS!!!   120. tak sengaja bertemu (pov.bowo)

    Hari ini pekerjaan kantor benar-benar lumayan banyak. Apalagi banyak barang masuk, yang otomatis banyak data pula yang harus ku input.Untung nya laporan ini gak harus selesai hari ini juga. Jadi aku masih bisa sedikit bersantai tentunya.Kulihat Bram dan teman-teman juga pada sibuk dengan pekerjaan mereka. Hingga waktu istirahat, seperti biasa aku dan Bram makan siang di kantin sambil ngobrol. "Bro, gak minat cari istri baru nih?" Tanya nya "Gak kepikiran Bram. Masih trauma!" Jawab ku sambil menggelengkan kepala."Hahaha Anjriit, lemah amat lu Bro!"Sialan, dia bilang aku lemah? Dia gak tau aja sih sakitnya diselingkuhi, apalagi selingkuhnya sampek bikin bunting. Sakit tau gak, sakiiit...."Kamu bisa ngomong gitu mah soalnya belum ngerasain aja. Coba deh, nanti kalau uda ngerasain, nyaho deh...!" Cebik ku ganti membuat raut muka Bram berubah."Yaelah, gitu amat doain temen yang jelek-jelek." Ucap Bram yang sama sekali tak ku gubris.Waktu istirahat yang hanya sejam pun habis, aku k

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status