"Cepat katakan apa maksud dari ucapan mu!" tekan Nara nyaris berteriak.
Rizka semakin menyukai situasi ini, dengan santai wanita itu melipat kedua tangannya di depan dada. seakan menantang sekaligus menguji kesabaran Nara.
Saat Rizka ingin mengatakan sesuatu, dari kejauhan ia melihat Arfaan yang berjalan ke arah mereka. dengan cepat Riska mengeluarkan amplop berwarna kuning dan melemparkannya ke arah Nara.
"Itu dia, silahkan kau lihat tapi...."
Kembali ia mendekati Nara dan membisikkan sesuatu ke telinganya.
"Buka-nya sendirian ya, karena aku tidak menjamin setelah kau membuka amplop ini, kau bisa nyaman dengan pria yang sekarang menjadi kekasih mu."
Rizka menegakkan tubuhnya kembali, tersenyum sekali lagi pada Nara kemudian membalikkan badannya pergi sambil bersenandung ceria.
Nara ingin mengabaikan amplop yang di lemparkan Rizka, tapi rasa penasaran te
Mengapa rasanya begitu sakit melihat fotomu bersama wanita lain?*****"Kenapa kau tidak mengangkat panggilan telepon ku?" tanya Arfaan marah.Marah karena Nara tidak mengangkat panggilan teleponnya selama seminggu, seminggu itu pula mereka nyaris tidak bertemu. Arfaan yang lagi sibuk-sibuknya dengan urusan bisnis di kantornya, dan di saat itulah Nara seakan menghindar darinya. bahkan Nara seakan memutus komunikasi yang terjalin di antara mereka.Bukan hanya itu, kemarahan Arfaan semakin bertambah, sebab Nara selalu tidak ada di rumah setiap kali ia datang ke rumahnya."Jawab Nara!" tekan Arfaan nyaris membentak.Melihat Nara yang hanya berdiam diri bagaikan patung, semakin membuat kekesalan pada diri Arfaan."Nara, ku mohon jawab!" pinta Arfaan lagi yang kini nadanya sedikit merendah."Maaf, aku sibuk."Arfaan melongo m
Kalian tidak akan pernah mengerti dengan perasaan ku!*******"Nara!" Arfaan berhasil mengejar Nara dan memegang pergelangan tangannya kuat."Lepas Arfaan!""Tidak, aku tidak akan melepaskannya jika kamu masih bertingkah seperti ini."Tanpa banyak berkata lagi Arfaan menarik tubuh Nara, menyeretnya menuju mobil Arfaan yang terparkir di area parkiran cafe."Masuk!" titah Arfaan.Nara menolak untuk masuk, dan Arfaan terpaksa memasukkan tubuh Nara ke dalam mobil."Awwwh!" Nara merasakan pergelangan tangannya yang terasa perih akibat cengkraman tangan Arfaan."Kau menyakiti ku!" omel Nara setelah Arfaan masuk ke dalam mobilnya.Arfaan memasang saefty belt Nara dan dirinya, tanpa menjawab protesan Nara, Arfaan melajukan mobilnya kencang."Aaaa! Arfaan, pelan-pelan." teriak Nara ketakuta
Semenjak Arfaan menyatakan perasaan dia yang sesungguhnya, kini ia dan Nara resmi menjadi sepasang kekasih sungguhan.Seperti saat ini, mereka kembali menghabiskan waktu berdua, menyempatkan kebersamaan di waktu luang sebelum kembali ke rutinitas aktifitas masing-masing."Arfaan, sekalian borgol aja deh tangan aku." dengus Nara dengan wajah kesalnya.Bagaimana tidak kesal? dari bertemu sampai sekarang, Arfaan terus memegang sebelah tangan Nara. bahkan saat menyetir tadi pun Arfaan juga memegang tangannya."Waah, ide bagus tuh! boleh juga di coba." cengir Arfaan cengengesan.Inilah resikonya punya pacar seperti Arfaan, terlihat cool memang dari luar, tapi menyebalkan luar dalam bagi Nara.Nara ingin mengatakan sesuatu lagi, tapi ia urungkan begitu matanya menangkap sosok wanita cantik seperti yang pernah ia lihat di..."Itu dia!" Nara menunjuk ke arah belakang tubuh
Nara menatap horor wanita yang ada di depannya, sorotan mata sinis begitu terpancar di campur dengan aura-aura menegangkan.Elma dan Tria saling pandang, merasa heran dan merinding saat mereka merasakan atmosfer mengerikan antara Nara dan wanita cantik yang tak mereka kenal."Jadi kau bekerja disini?" tanyanya dengan mata yang mengintai seluruh isi di toko bunga tersebut."Ya," jawab Nara singkat."Wow! aku tidak menyangka.""Apanya?" Nara merasa jengah melihat tingkah dan ucapan Natasha."Ah tidak, hanya sedikit heran saja dengan Arfaan. aku kira dengan putusnya hubungan kami, dia akan mencari wanita yang jauh lebih...." Natasha tak melanjutkan ucapannya, dan Nara bisa tahu apa isi dari kelanjutan ucapan wanita itu hanya dengan matanya yang menatap Nara dari atas ke bawah."Yang lebih cantik? itu kan yang ingin kau katakan, Natasha?"Ke
"Arrrgggghhh!!" teriak Natasha membantingi semua benda yang ada di rumahnya."Aku membencimu Nara!"Praaanggg.Natasha melemparkan vas bunga ke cermin besar di rumahnya, hingga menimbulkan bunyi pecah yang kuat."Arfaan! dia milikku!" teriak Natasha nyaring."Hiks, hiks, Arfaan...." lirihnya menangis.Natasha masih tak terima dengan semua yang ia dapatkan hari ini, Santi mengusirnya secara tak langsung dan enggan menemuinya walau hanya sedetik saja."Arrrrrggggghhhhhhh!!"Di lain tempat...Arfaan datang ke toko bunga tempat Nara bekerja, tentu saja Nara sangat bahagia melihat kedatangan sang kekasih."Kejutan!" ucap Arfaan memeluk Nara."Kenapa tidak menelpon ku jika ingin datang kesini siang ini?" tanya Nara manyun."Namanya juga kejutan, kalau menghubungimu itu artinya bukan
"Tempat apa ini Arfaan?" tanya Nara heran begitu ia turun dari mobil, dan melihat sebuah tempat bangunan seperti toko.Tapi tempat itu kosong, namun sangat indah dan bersih. dan di sekitar toko itu terdapat banyak macam-macam bunga."Ini toko bunga siapa Arfaan?" lagi Nara bertanya karena rasa penasaran yang besar."Toko bunga milikmu!""Apa?!" kaget Nara menoleh spontan ke arah Arfaan."Iya, ini toko bunga milikmu Nara."Nara mengerjapkan matanya tak percaya dengan ucapan Arfaan."Jangan bercanda," elak Nara menggelengkan kepalanya tak percaya."Aku serius! karena itulah aku memintamu untuk berhenti bekerja di toko bunga itu."Nara terdiam kaku, maksud sebenarnya yang Arfaan lakukan ini?"Kenapa kamu melakukan ini Fan?""Apanya?"Keduanya sa
Arfaan berdiri kaku di hadapan keluarga Nara, terlebih kedua orang tua Nara tengah menatapnya tajam."Jadi, kamu siapanya anak saya?" tanya pak Cahyo pada Arfaan.Mulut Arfaan hanya bisa menganga tanpa mengeluarkan suara. andai tak ada kedua orang tuanya, Nara akan menertawai Arfaan sepuasnya sekarang ini."Kenapa kamu bisa ada di rumah anak saya?!" tanya ayah Nara tajam.Entah kemalangan apa yang menimpa diri Arfaan, masih asyik berduaan di rumah kekasihnya. sebuah ketukan pintu menganggu mereka, dan lebih parahnya saat pintu di buka Nara, kedua orang tua Nara lah yang datang berkunjung ke rumah Nara.Sangat memalukan bagi Arfaan, pertemuan pertama sudah membuat kesan buruk di hadapan calon mertuanya. ini seperti sepasang kekasih yang sedang terciduk di hotel, tapi Arfaan dan Nara sungguh tidak melakukan hal yang diluar batas wajarnya. tapi tetap saja sama malunya, entah bagaimana Arfaan
"Kenapa kau mengatakan hal seperti itu pada orang tuamu?!" tanya Arfaan mengomel pada Nara."Memang kenapa?""Aiiissh, memang kau tidak malu?""Hehehe, ya malu lah." Nara menutupi wajahnya dengan kedua tangannya.Arfaan geleng-geleng kepala melihat Nara, tak habis pikir dengan kekasihnya ini, malu tapi keceplosan dan pelupa."Ya sudah kalau begitu, aku pamit pulang. sana masuk, nanti aku kena semprot lagi sama ayah dan ibu kamu.""Di semprot pakai apa?" tanya Nara terkekeh."Pakai ajian mantra selama tujuh hari tujuh malam." lepas sudah tawa Nara mendengar ucapan Arfaan.Tentulah ia mengerti maksud dari perkataan Arfaan."Tertawa saja terus sampai puas." kesal Arfaan yang langsung naik ke mobilnya dan tancap gas dari rumah Nara.Nara masih saja terkekeh, kekasihnya itu terkadang lucu seperti badut.