Home / Rumah Tangga / Video Pernikahan Papa / 2. Namanya Selly Anggraini

Share

2. Namanya Selly Anggraini

Author: El Baarish
last update Last Updated: 2022-07-25 09:45:36

Bab 2

*

Angga turun dari tangga setelah siap memakai seragamnya. Sebuah rutinitas di keluarga itu untuk sarapan pagi bersama. Tak hanya sarapan, tapi makan siang, dan makan malam selalu bersama. Tak ada yang kurang di meja makan, kecuali Bima yang saat ini berada di luar kota.

Angga memperhatikan mamanya menghidangkan makanan untuk mereka, anak-anaknya. Bahkan Inaya yang umurnya hampir genap delapan tahun, masih disuapi olehnya. Angga menatap wanita itu diam-diam. Memperhatikan bagaimana mamanya begitu lembut dengan anak-anaknya, dengan keluarganya. Tiba-tiba ada yang merasa teriris dalam hati Angga, membayangkan jika seandainya papanya benar berbuat curang. Jika itu terjadi, Angga tak akan bisa memaafkan papanya.

“Dimakan, Ga. Jangan diliatin doang. Nggak enak ya?” tanya sang mama membuyarkan lamunan Angga. Ia sedikit terperanjat saat mendengar suara mamanya.

“Iya, nih. Dari tadi Kak Angga melamun terus,” ucap Khanza, adik pertama Angga yang berumur tiga belas tahun.

“Kapan sih masakan mama nggak enak?” kata Angga menutupi keresahan hatinya. Lalu, mulai menyendokkan nasi goreng ke mulutnya.

“Terus kenapa melamun gitu? Nggak baik lho melamun di depan makanan.” Nindita bertanya pada anak sulungnya.

“Ini, Ma, Angga tuh lagi mikirin Sam, udah dua hari nggak sekolah.” Angga berbohong. Tak mungkin ia mengatakan yang sebenarnya, karena itu belum pasti benar. Takutnya mama akan overthinking dan malah mengganggu kesehatannya.

“Lho, kenapa?” tanya Nindita lagi.

“Nggak ada kabar, Ma.”

Memang benar, Sam temannya Angga sudah tak masuk sekolah dua hari, tapi Angga bukan memikirkan masalah itu. Palingan Sam lagi malas sekolah, atau ribut lagi sama orangtuanya. Bisa juga ia sedang berada di rumah papanya, yang jaraknya lumayan jauh dari sekolah, itu sangat mendukung kebiasaan Sam yang memang malas sekolah.

“Yaudah, nanti ke rumahnya aja. Liat langsung keadaannya.”

“Iya, Ma.” Angga mengiyakan agar obrolan kebohongan itu segera berakhir. Lalu, ia melanjutkan sarapan nasi goreng yang masih tersisa.

Khanza dan Inaya juga terlihat begitu lahap menyuap nasi goreng ke mulutnya. Setelah semuanya selesai, Angga pamit untuk pergi ke sekolah duluan. Ia mencium pipi lembut mamanya dan memberi salam. Angga menghidupkan mesin motornya, lalu mulai meluncur ke jalan raya.

Sementara Khanza dan Inaya diantar oleh Nindita dengan mobilnya. Rutinitas yang selalu ia lakukan saat tak ada Bima di rumah. Jika suaminya di rumah, Inaya dan Khanza akan diantar papanya. Nindita hanya berprofesi sebagai ibu rumah tangga. Dulu ia sempat bekerja sebagai karyawan di kantor yang berbeda dengan Bima. Namun, saat ia mengandung Angga, ia memilih resign dan fokus pada rumah tangganya.

Nindita bahkan menolak untuk memakai jasa pembantu rumah tangga, dan sopir pribadi. Ia hanya memakai jasa tukang cuci gosok, sementara yang lainnya masih bisa dilakukan sendiri.

“Kamu nanti bakalan capek, Sayang.” Bima menanggapi saat Nindita bilang tak mau disewakan tenaga ART.

“Terus aku ngapain di rumah aja?” tanya Nindita pada suaminya.

“Nggak mungkin ongkang kaki kayak ratu, kan?” Nindita tertawa saat mengatakan itu. Ia sudah terbiasa dengan pekerjaan rumah sejak ia remaja. Nindita tidak terlahir dari keluarga yang kaya, tapi tidak juga dari keluarga yang miskin, sebab itu ia tak manja.

Apalagi saat pertama menikah, karir Bima belum seperti sekarang ini. Jadi, saat karir Bima sedang baik seperti saat ini, ia sudah terbiasa dengan keadaan sebelumnya.

“Nggak apa-apa, kan, diratukan oleh suami sendiri?” gombal Bima untuk istrinya. Lelaki berusia empat puluh lima tahun itu memang romantis dan manis. Ia selalu saja bisa mencairkan suasana dan membuat hati Nindita meleleh dengan ucapan dan perlakuannya.

“Bisa mundur dikit, Mas?” ucap Nindita.

“Kenapa?” tanya Bima bingung. Ia sedikit menggeser tubuhnya yang sedang tidur di samping istrinya itu. Ia berpikir bahwa Nindita memang menyuruhnya untuk mundur sedikit.

“Gombalnya kelewatan,” ucap Nindita tertawa. Bima juga ikut tertawa melihat istrinya. Ia menatap wajah cantik itu dan memeluknya erat.

“Serius, Mas. Nggak usah sewa ART. Mending uangnya buat tabungan anak-anak kuliah. Aku pengen banget mereka sekolah di luar negeri, impianku dulu. Atau minimal di universitas terbaik di Indonesia.”

“Tapi kalau kamu capek bilang ya,” ucap Bima.

Nindita mengangguk. “Aku mungkin akan capek, tapi untuk cuci gosok kan masih ada Mbak Wati. Pas kamu libur juga selalu bantuin aku, kan?”

Bima mengangguk, tersenyum pada istrinya. Nindita dan Bima sudah menjalani kehidupan rumah tangga sembilan belas tahun lamanya. Keduanya saling mengerti dan mencintai, hingga rumah tangga itu terasa begitu harmonis.

Bahkan teman-teman Nindita sering memuji mereka dengan segala keharmonisannya. Diantara teman-teman kuliahnya, Nindita lah yang paling terlihat bahagia dengan rumah tangganya. Berbeda dengan teman-teman yang lain, yang sering mengeluh ekonomi, kesetiaan suami yang diuji dan ragam masalah lainnya.

Nindita hanya diam dan sesekali menanggapi saat teman-temannya curhat.

*

Angga pulang dari sekolah saat senja mulai menampakkan jingganya. Selesai belajar di sekolah, ia tak langsung pulang ke rumah, karena ada latihan basket di sekolah. Mamanya tahu itu, karena setiap jadwal Angga, selalu diberitahu pada mama kesayangannya, agar perempuan itu tak panik jika Angga tak pulang siang hari.

Tim basket sekolah Angga akan mengikuti perlombaan di sebuah gedung olahraga yang ada di Jakarta. Mereka akan tanding antar sekolah, sebab itu Angga dan teman-temannya berlatih begitu keras untuk memenangkan pertandingan itu.

“Ga, masukkan ke ring. Woy, Ga!” teriak salah satu teman tim Angga. Ia melihat Angga hanya melamun dengan bola di tangan yang dipantulkan di lantai terus menerus, padahal kesempatan untuk memasukkan bola ke ring basket sangat besar, dan Angga malah diam dan tersentak saat bola sudah diambil oleh teman mainnya.

“Lu kenapa sih, Ga?” tanya salah satu temannya.

“Gua nggak apa-apa.” Angga menjawab singkat.

“Fokus, Angga!” teriak pelatih sekaligus guru olahraga memperingatkan. Tanggal tanding sudah dekat, apa jadinya kalau timnya tidak fokus dalam bermain.

Angga langsung ke kamar mandi karena merasa gerah setelah seharian bermandikan keringat. Setelah mandi, ia mengambil ponselnya. Rasa penasaran akan video itu belum juga berujung. Ia kembali membuka akun tiktok bernama Selly Anggraini itu. Masih ada video yang dilihatnya semalam. Ia membuka kembali dan mendownload di ponselnya.

Angga juga membaca komentar-komentar di video itu. Rata-rata memberikan ucapan selamat untuk gadis cantik itu.

[Akhirnya. Penantian yang indah.]

[Cocok!]

[Selamat ya, Kak. Langgeng terus.]

[Spill wajah aslinya dong.]

Komentar yang dibaca terakhir itu semakin membuat Angga penasaran. Ia ingin melihat wajah asli dari lelaki itu, akhirnya Angga membuka satu persatu video di akun itu. Banyak sekali video yang diduga Angga adalah lelaki yang sama, karena jam tangan yang digunakan lelaki itu masih sama dengan di video lainnya. Sama persis seperti jam tangan papanya.

Video mereka berdua sedang makan di sebuah restoran mewah, hanya makanan dan wajah Selly dan terlihat. Wajah pemilik jam tangan itu dan sekali tak terlihat. Video saat mereka sedang jalan-jalan, masih tak terlihat wajah lelaki yang membuat Angga penasaran setengah mati. Video saat mereka berada dalam satu mobil dengan kedua tangan saling menggenggam.

Semua video hanya berdurasi beberapa detik dan semuanya tampak telah diedit.

Jam tangan itu, semakin membuat hati Angga terasa panas.

Selly Anggraini, seorang perempuan cantik seleb tik tok. Videonya sering muncul di beranda, dengan like dan komentar yang banyak, dan malam itu Angga baru melihatnya. Angga melihat banyak video endorse dari berbagai produk kecantikan dan make up. Selain itu, Angga juga melihat ia endorse baju-baju tidur berbahan mini yang Angga tahu itu dipakai seorang istri untuk memuaskan suaminya.

Umur Angga sudah tujuh belas tahun, ia sudah cukup tahu tentang hal semacam itu. Ia memang tak pernah menonton video-video terlarang, tapi diam-diam ia sering mendengar pengalaman teman-temannya yang menonton video seperti itu. Angga tak tertarik, karena ia tahu persis dampak buruknya. Pun, Nindita berulang kali mengingatkannya tentang dampak itu, bahkan ia sering mengecek ponsel dan laptop milik Angga.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Video Pernikahan Papa   63. Extra Part POV Bima

    Extra Part POV Bima.Hidupku nyaris sempurna bersama Nindita dengan dikarunia tiga orang anak. Karir juga semakin merangkak pesat, hingga aku diangkat menjadi branch manager di perusahaan tempatku bekerja. Tentu perjalanan itu tak lepas dari dorongan dan semangat dari Nindita, ia selalu ada di belakangku dalam situasi apa pun.Hal yang paling kusukai dari Nindita adalah cara bicaranya yang lembut, begitu tahu bahwa lelaki paling tak bisa diusik harga dirinya. Jadi, saat aku lelah bekerja dan menceritakan keluh kesah, ia hanya mendengar, tanpa menyela lebih dulu karena ia tahu persis aku hanya butuh didengarkan, bukan butuh nasehat tanpa diminta.Nindita tak hanya cantik, tapi juga cekatan. Ia sanggup mengerjakan pekerjaan rumah sendirian, terkadang aku yang merasa kasihan dan sering menolongnya. Namun, ketika aku menawarkan untuk menyewa ART, ia menolak karena akan bosan di rumah tanpa pekerjaan. Ia ingin uangnya ditabung untuk pendidikan anak-anak. Kami hidup rukun dan damai, dengan

  • Video Pernikahan Papa   62. Pergi untuk Merindu

    Bab 62.Hari berganti bulan dengan segala aktivitas yang dilalui. Angga tetap fokus membersihkan namanya di sekolah itu agar orang tak mengenalnya dengan kenangan yang buruk. Meskipun sedikit terlambat, di tahun terakhir ia benar-benar belajar dengan giat, ia juga mengikuti setiap olimpiade yang diadakan di sekolah. Bukan untuk menang, tapi untuk menjaga konsistensi dalam belajar, juga menantang diri dengan soal-soal. Matematika yang dulu ia anggap biasa saja, meskipun menurut teman-teman ia mahir dalam bidang itu, kini ia fokus pada pelajaran eksak itu.Menurut Angga, Matematika seperti memberikan tantangan dalam belajarnya. Ia bisa berpikir lebih fokus dan lebih kritis dalam menyelesaikan soal-soal.Hingga kini, di kamarnya tak hanya ada piala penghargaan dari pertandingan basket. Namun, ada beberapa piala olimpiade Matematika tingkat sekolah.Media sosialnya banyak memberikan komentar dan pujian. Namun, tak sedikit juga yang masih mengenangnya sebagai anak yang memergoki perseling

  • Video Pernikahan Papa   61. Awal yang Baru

    Bab 61."Ck!" Angga berdecak kesal. Tangisan bayi membuatnya tak fokus belajar. Semakin hari berada di apartemen itu semakin membuatnya tak nyaman dan bising. Padahal ia perlu belajar dengan giat untuk tes segala macam. Tentu butuh keheningan untuk fokus dalam semua pelajarannya.Angga keluar dari kamar, ia ingin mengambil minuman untuk sekadar menenangkan pikirannya. Saat ia keluar, ia bersitatap dengan Bima yang sedang menuju kamar bayi mereka yang baru berusia beberapa bulan."Kenapa, Sel? Kok bisa Rafa nangis dari tadi sih?" tanya Bima yang baru saja ingin merebahkan diri, tapi suara tangisan bayi yang dinamai Rafa itu kembali membangunkannya."Nggak tau, Mas. Dari tadi nangis mulu.""Urus dengan baik, Sel. Kamu nggak bisa kasih ketenangan buat dia, kalau sibuk main hp terus."Selly menatap tak suka pada suaminya. Sementara Bima tahu bahwa Selly sejak tadi hanya bermain ponsel, tanpa peduli pada tangisan anak kecil itu."Jangan nuduh aku nggak becus, Mas! Aku bahkan besarin Enzy

  • Video Pernikahan Papa   60. Dua Rumah

    Bab 60."Menikahlah lagi, Pa!" ucap Sam pada papanya.Surya yang sedang menyesap teh hangat itu hampir saja tersedak minuman. Dari semua hal yang terjadi dalam hidup Sam, sungguh sama sekali tak terbayang olehnya anak itu akan mengatakan kalimat itu.Beberapa saat hening dan keduanya saling menatap. Surya bahkan tak tahu harus menanggapi seperti apa. Ia senang, tapi pikirannya tetap memikirkan bagaimana sikap Sam nantinya jika ia menikah lagi."Aku serius, Pa. Aku rasa, rumah ini sudah saatnya memerlukan seorang perempuan yang bisa menjaga dan menyayangi." Sam mengangguk yakin, ia sudah memutuskan itu semua. Ia terlalu banyak protes untuk hidupnya sendiri, yang nyatanya tak ada yang berubah.Sam merasa terlalu egois jika terus membiarkan papanya hidup seorang diri, apalagi melihat mamanya yang bisa hidup bahagia setelah bercerai. Sam merasa ia telah mengekang papa. Ia merasa papa juga butuh teman hidup untuk berbagi keluh kesah, dan bahagia.Ya, papanya layak bahagia.Surya tak menik

  • Video Pernikahan Papa   59. CLBK

    Bab 59."Ma, menikahlah lagi!" ucap Angga menatap sang mama yang seketika mengerutkan keningnya.Nindita masih tak mengerti apa yang Angga pikirkan saat ini. Ia sendiri tak yakin sudah sembuh dari luka lamanya bersama Bima, dan menikah lagi adalah hal yang harus dipikirkan secara matang. Tak hanya tentang hatinya sendiri, tapi juga tentang mental anak-anaknya. Nindita merasa tak siap dengan itu semua. Ia merasa jika pun akan menikah, pasti anak-anak butuh waktu untuk bisa menerima kehidupan baru bersama orang baru.Belum lagi usia Nindita yang tak lagi muda dan memiliki tiga orang anak yang sudah besar dan tentu butuh biaya banyak untuk kehidupan. Lalu, siapa yang akan menikahinya?Masih dengan kebingungan yang belum berakhir, tiba-tiba pandangnya beralih ke pintu di mana dua orang lelaki masuk ke rumah mereka. Dua orang yang Nindita kenal sejak dulu."Aa Wisnu? Imran?" Sungguh Nindita tak mengerti dengan semua itu. Mengapa tiba-tiba orang-orang di masa lalu Nindita berada di sini di

  • Video Pernikahan Papa   58. Sweet Eighteen

    Bab 58.Jadwal Angga semakin padat setelah memutuskan untuk aktif bernyanyi di YouTube dan media sosial lainnya. Namun, baginya pendidikan tetap nomor satu. Tahun terakhir harus lebih baik dari sebelumnya. Ia berusaha membagi waktu sebijak mungkin agar semua aktivitasnya terlaksana dengan baik. Angga dan Sam juga mengikuti serangkaian tes untuk bisa masuk ke perguruan tinggi. Melengkapi persyaratan sejak dini untuk bisa menjadi siswa yang akan dikenang dengan catatan baik.Video Angga dan Sam sering viral setelah malam itu. Keduanya mengcover lagu-lagu yang sedang viral di Tiktok, dan merekamnya di kamar Sam. Saat Sam memberitahu pada papanya, bahkan Surya membantu membelikan apa yang mereka butuhkan untuk merekam.Nama Angga dan Sam menjadi terkenal di sekolah, bukan lagi sebagai pembuat onar. Namun, kini sebagai siswa kreatif dan berbakat. Bahkan terkadang siswa-siswi di sekolah meminta berfoto layaknya selebritis."Sok ngartis lo," ejek Angga pada Sam yang terlihat begitu percaya

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status