Home / Romansa / Video Pernikahan Suamiku / Berita Pernikahan Suamiku

Share

Video Pernikahan Suamiku
Video Pernikahan Suamiku
Author: Fetina

Berita Pernikahan Suamiku

Author: Fetina
last update Last Updated: 2022-02-17 11:30:28

Aplikasi hijauku berbunyi. Kubuka pesan yang masuk. Dari sepupuku di Bandung. Dia mengirimkan sebuah video padaku.

'Deg.' Aku tersentak saat melihatnya.

Video itu berisi akad nikah suamiku di sebuah ruangan, tapi entahlah itu ruangan apa. Ternyata sebuah kamar di rumah sakit. 

'Ya Allah, Mas Radit. Kamu menikahinya!' sontak mulut ini ditutup oleh telapak tangan kananku.

Tak lama ia kirimkan lagi video Mas Radit sedang resepsi di pernikahan itu. Gawai ini tak kuasa terpegang lagi olehku, aku terkulai lemas menepi di pojok kamarku.

Hati ini terasa teriris melihat video itu. Pernikahan Mas Radit dengan Seli. Tapi ... bukannya Angga yang menikahi Seli? Kenapa malah suamiku yang jelas-jelas sudah punya istri.

Aku menangis tersedu sembari mengelus-elus jabang bayi yang ada di kandunganku. Saat ini aku sedang mengandung usia delapan bulan, dan ini anak pertama kami.

Suara telepon membuatku terperanjat.

"Halo, Kania. Kamu nggak kenapa-napa, kan?" suara Lia mengkhawatirkanku di sebrang sana.

Ku seka air mata ini, lalu menghela napas kasar.

"Aku nggak apa-apa, Li. Aku butuh penjelasan, Li! Mengapa bisa seperti itu?"

"Panjang kalau harus diceritakan, Kania. Aku juga bingung semua terjadi begitu cepat," katanya.

"Nggak apa-apa, kamu cerita aja. Aku sangat penasaran dengan video yang kamu kirimkan ini. Bagaimana mungkin Mas Radit menikahi Seli yang jelas-jelas mau menikah dengan Angga." Aku berusaha tegar saat bicara dengan Lia.

"Tadi mobil pengantin laki-laki kecelakaan, Angga mengalami luka parah. Ia meminta Radit untuk menikahi Seli. Radit tadinya menolak, tapi Angga merasa umurnya tak lama, akhirnya dia terima. Terjadilah akad nikah itu di rumah sakit. Angga menyuruh mereka kembali ke tempat resepsi. Mereka pun melakukan resepsi, saat itulah Angga meninggal dunia," cerita Lia.

Aku syok mendengar cerita Lia. Mas Radit sudah sah mempersunting Seli. Itu berarti, ah ... Aku tak kuat memikirkannya.

***

"Dek, aku pergi dulu ya!" Mas Radit pamit akan ke pernikahan Angga dan Seli di Bandung.

"Iya, Mas. Hati-hati di jalan, ya!" ucapku sambil mencium tangannya. Ia pun mencium dahiku, lalu pergi meninggalkanku.

Aku tak bisa ikut karena kehamilanku sudah memasuki trimester ketiga. Aku disarankan banyak istirahat di rumah oleh Mas Radit.

Mas Radit ingin ikut rombongan pengantin laki-laki, jadi harus berangkat dari Bogor dini hari, saat semua masih terlelap. Semua kejadian tadi pagi terekam jelas di ingatanku.

Andai Mas Radit tidak pergi ke Bandung, mungkin pernikahan itu tidak akan terjadi. Aku hanya bisa berandai-andai, tanpa bisa mengembalikan semua.

Memoriku kembali ke masa lalu. Aku, Suamiku, Angga, Seli dan Lia adalah teman saat kami kuliah. Mas Radit dan Seli pernah menjalin hubungan spesial saat itu. Tapi, takdir menjadikanku sebagai istri Mas Radit.

Tak kusangka, sekarang mereka bersama kembali setelah takdir yang tadinya akan memberikan kami pasangan masing-masing, ternyata ia harus kembali pada suamiku.

'Ya Allah kuatkanlah aku,' batinku.

***

Seharian kemarin tak ada kabar dari Mas Radit. Mungkin dia sedang sibuk dengan istri barunya. Atau mengurus pemakaman sahabatnya? Hatiku bertanya-tanya. Sementara Lia juga masih belum bisa kuhubungi.

Kucoba menghubungi gawai Mas Radit terlebih dahulu. Nada sambung sudah terdengar, namun suamiku masih belum mengangkatnya. Hal ini membuatku memikirkan hal yang tidak-tidak tentangnya. 

'Mungkin dia sedang memadu kasih dengan Seli.' Aku bergidik saat memikirkannya.

Bagaimana mungkin aku bisa membayangkannya membingkai kasih dengan wanita lain. Aku tak siap dengan hal itu, dan itu tak ada dalam kamus hidupku.

Bagaimana nanti pandangan orang tuaku, orang tuanya? Apakah mereka sudah tau tentang hal ini?

Aku mengirim pesan pada Lia agar ia menyembunyikan hal ini dari orang tuaku. Mereka bisa-bisa menyuruhku untuk berpisah nantinya. Lia setuju dengan usulku. Ia juga menyuruhku untuk tenang agar tidak terjadi apa-apa pada kehamilanku. Lalu Lia meneleponku karena merasa khawatir.

"Sabar ya, Kania. Kamu harus berpikir positif. Ingat, di sini Radit juga terpaksa. Ia melaksanakan keinginan Angga," jelas Lia.

"Iya Lia. Aku tau itu. Tapi, aku nggak tau bakal sanggupkah nanti menjalankan poligami ini. Kamu tau kan mereka pernah ada hubungan spesial? Hubungan masa lalu mereka bisa dibangun kembali. Gimana denganku nanti, Lia? Huhuhu." Aku menangis lagi setelah menahannya sedari tadi agar air mata ini tak tumpah.

"Udah ... udah Kania. Aku jadi merasa bersalah telah memberitahumu. Mana kita jauhan. Aku tak bisa memelukmu dari sini. Kamu harus kuat ya. Aku tau kamu bisa!"

"Iya, Lia. Terima kasih. Kamu nggak salah. Kamu sudah benar telah menghubungiku," jawabku.

"Ya sudah, kamu istirahat ya. Jangan mikir yang aneh-aneh. Tunggu saja berita dari suamimu nanti. Insya Allah Radit orang baik. Dia pasti bisa mengatasi masalah kalian." Lia menenangkanku.

Aku meng-iyakan nasehat Lia, lalu  komunikasi kami akhiri. Setelah berbicara dengan Lia, aku mengeluarkan emosiku lagi dengan menangis.

Tak lama, ada suara mobil yang datang. Ternyata mobil Mas Radit sudah terparkir di depan rumah. Aku menyeka air mata ini, lalu bersiap bertemu dengannya.

Saat aku akan membuka pintu, ku lihat Mas Radit sedang berjalan bersama Seli untuk masuk ke rumah kami.

Apa yang harus kulakukan?

Bersambung

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Video Pernikahan Suamiku   I Love You Bang Haris

    "Di rumahmu aja, Kanda. Ini nanti dikontrakkan saja," ucapku."Okey. Kita harus mulai pindahan. Eh, tapi barang-barangnya gimana, nih? Masa mau ditimpa?""Di jual saja gimana?""Kania, aku ada usul untukmu. Bagaimana jika dijadikan pusat toko-tokomu. Jadi kamu bisa jualan juga di sini," usul Bang Haris.Aku mengangguk."Boleh juga usulnya!"Aku langsung membuat rencana ke depan. Jika jadi, ini menjadi cabang ke tujuh kami.***Rumahku menjadi toko herbal pusat plus kantor. Ternyata seru juga punya kantor sebelahan dengan rumah. Aku tak harus lama-lama di jalan."Kanda, terima kasih, ya! Atas usulmu, sekarang usahaku semakin berkembang. Banyak yang beli juga di sekitar sini.""Sama-sama, Dinda. Kamu adalah segalanya bagiku. Apa sih yang enggak buat kamu?""Ah, Kanda bisa aja!"Dia langsung mengecup dahiku. "Sayang, aku kan selalu mencintaimu.""Percaya, deh, Sayang!""Makasih ya, Dinda!""Sama-sama, Kanda!"***Hari ini Bang Haris libur nggak ada jadwal di rumah sakit maupun di tempat

  • Video Pernikahan Suamiku   Silaturahim

    Bang Haris membawaku ke tempat lain. Katanya agar aku bisa bersilaturahmi dengan orang-orang yang pernah mengisi hidupku.Pertama kami ke rumah Mas Radit. Saat ini rumahnya sederhana sekali. Kata Bang Haris, dia bekerja di toko herbal sainganku.Aku dan Bang Haris turun dari mobil, lalu mengetuk pintu rumahnya."Assalamualaikum. Permisi.""Waalaikumsalam." Terdengar suara dari dalam.Mas Radit terkejut melihat aku dan Bang Haris datang. "Mas, gimana kabarnya?" Bang Haris menyalami Mas Radit."Baik. Ayo masuk yuk ke dalam," kata Mas Radit."Nggak usah, kita di sini saja, Mas!" jawabku.Kami duduk di kursi yang tersedia di luar. Mas Radit ke dalam untuk sekedar mengambilkan air putih untuk kamu."Oh, ya sudah. Maaf ya rumahku sekarang amat sangat sederhana," sahut Mas Radit. Sesekali ia menunduk, mungkin merasa tak pede saat ini."Nggak apa-apa, Mas. Bisa diusahakan lagi," kata Bang Haris.Mas Radit mengangguk pelan."Ada angin apa nih pada ke sini sekarang?" tanyanya."Mau silaturahmi

  • Video Pernikahan Suamiku   Jalan-jalan

    Aku mengekor langkah Bang Haris dengan tangan yang saling bergandengan. Ketika tiba di rumahnya, aku terkejut rumahnya lumayan rapi untuk ukuran jomblo seorang dokter."Kanda, aku suka di sini. Lebih adem dari rumahku.""Ya udah, kita tinggal di sini aja kalau gitu. Rumahmu dikontrakkan saja." "Boleh. Bisa jadi," kataku sembari melihat-lihat ke beberapa ruangan.Kemudian Bang Haris mengajakku ke kamarnya. Ternyata di sana rapi juga. Ranjang dengan seprey berwarna biru motif polkadot, dinding kamar berwarna abu-abu muda."Dinda, aku mencintaimu," katanya sembari menatapku penuh cinta."Sama, Kanda. Aku juga cinta padamu," balasku."Dinda, kamu ke sini, Sayang." Bang Haris menarikku ke ranjangnya."Gimana ranjangnya? Kamu suka di sini atau di rumahmu?""Di sini aja, Kanda. Aku suka.""Makasih ya, Sayang."Lalu Bang Haris mengecupku lembut, kami pun merengkuh manisnya cinta bersama."Dinda, terima kasih atas pelayananmu. Kanda sangat beruntung menjadikanmu sebagai istriku.""Sama-sama,

  • Video Pernikahan Suamiku   Kebahagiaanku Bersama Bang Haris

    Hari ini kami kembali ke Bogor, kota tercinta yang menjadi kediamanku dan Bang Haris selama ini. Rasa bahagia menyelimuti hati ini. Begitu berbunga-bunga saat berada di samping Bang Haris--suamiku saat ini.Bang Haris mengendarai mobilku, mobilnya Bang Haris ada di Bandung. Jadi mungkin nanti adiknya yang mengantar ke rumah.Belum ada kepastian kami akan tinggal di mana. Rumah kami yang bersebelahan, bisa saja nanti dikontrakkan atau mungkin dijual. Eh tapi sayang kalau harus dijual."Dinda, ada hadiah dari kanda yang mau kanda kasih liat sama Dinda," kata suamiku. Duh, hadiah apa ya kira-kira? Cukup penasaran dengan apa yang dikatakannya."Ya udah kapan mau dikasih lihat sama aku?" tanyaku."Secepatnya. Kita pulang dulu ke rumah, nanti Dinda ikut Kanda ya!" katanya. "Baik, Kanda. Pasti nanti aku ikut dirimu, Kanda!" Aku menoleh pada suamiku yang sedang fokus menyetir.Bang Haris melirikku sebentar, lalu fokus lagi ke depan. Wajah gantengnya kupandangi dari samping. Masya Allah, aku

  • Video Pernikahan Suamiku   Bang Haris yang Kucintai

    Tak lama Bang Haris datang. Tapi bersama Kyra. Aku jadi senang, kami mengasuh bersama di dalam kamar.Kami mengobrol hal-hal yang ringan, yang bisa membuat kami sesekali tertawa. Atau bahkan membuat kami menitikan air mata."Kanda, aku mau berterimakasih atas kebaikanmu selama ini. Aku benar-benar terbantu dengan semua hal yang kau berikan.""Dinda, aku ikhlas menolongmu. Tak ada maksud apa-apa. Aku memang mencintaimu saat itu. Tapi ku berpikir, jikapun kamu jodohku, kita pasti kan bersama.""So sweet banget, Kanda. Aku jadi malu jadinya.""Nggak usah malu, Dinda. Aku sekarang suamimu loh! Bisakah kamu mendekat padaku?" Bang Haris melirik pada Kyra yang tertidur."Ehm ... Kanda, sebentar lagi magrib, lalu Isya, dan nantinya subuh."Bang Haris terkekeh. "Dinda pinter ngeles deh. Mau magrib atau apapun itu, jika sudah terjadi, maka terjadilah. Hehe ... Becanda aku, Dinda! Yuk bersiap salat subuh dulu!""Hayuk, Bang!"Kami sudah mandi tadi sebelum ashar, saat menjelang magrib, kami hany

  • Video Pernikahan Suamiku   Panggilan yang Menggelikan

    "Kania ... Ayo sini, calon pengantin harus meng-Aminkan doa-doa ibu Ustadzah." Salah seorang tanteku berkomentar. Aku mengangguk tanda setuju padanya."Iya, benar. Kania diam di sini, jangan kemana-mana," sahut sepupuku."Insya Allah besok lancar ya, Kania. Kami berdoa untuk kalian nanti," timpal sepupuku yang lain.Alhamdulillah mereka semua mendukungku. Tak ada yang nyinyir dengan statusku. Mungkin semua karena kebaikan mamaku juga, ia benar-benar baik pada Tante dan para sepupuku."Terima kasih semua, aku sangat terharu dengan semua. Semoga Tante, kakak dan adik juga dilancarkan urusannya," timpalku pada mereka.Bersyukur dikelilingi orang-orang baik, sehingga aku bisa selalu berpikiran positif. Walau kadang terbersit rasa insecure kalau diri ini seorang janda yang akan menikahi lelaki ganteng plus mapan. Ah, kalau berpikir ke situ, rasanya tak sebanding.***"Kania, kamu cantik sekali. Walau kamu pernah juga seperti ini, aku menyukai riasanmu saat ini," kata Mama. Mama terus saja

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status