Bab 9Menyaksikan dengan mata kepala sendiri, bagaimana manusia bercinta dengan makhluk gaib, sepertinya aku harus berpikir kritis. Tak mungkin bila hanya drama percintaan antar dua alam.Pasti ada mutualisme di baliknya. Yaitu si Pria meminta wangsit kesuksesan dan Nyi Roro Kidul butuh kepuasan. Bagaimanapun, Nyi Roro Kidul berasal dari manusia biasa yang butuh cinta. Kesaktianlah yang membuatnya bersemayam di alam gaib. ***Setelah kejadian itu, aku jadi sulit tidur. Bahkan rasa kantuk pun tak mampir karena otak dan batinku tak sejalan.Andai kalian jadi aku, pasti akan merasakan fase ini. Di mana otak menuntut kelogisan duniawi, lalu batin terkoneksi dengan alam supranatural.Dua hal yang bertolak belakang dan aku tak bisa mengendalikannya. Aku hidup di tengah, hanya sebagai penonton. Menyaksikan semua yang tak sepenuhnya kuinginkan.Berawal dari brosur lowongan pekerjaan misterius, aku seperti dituntun ke mari. Bahkan tanpa memperkenalkan diri, si pemilik vila sudah tahu namaku.
Bab 10"Baik, Ndoro." Aku mengangguk pelan, lalu menunduk hormat."Arini ...." Ia bangkit dari kursi, lalu setengah berbisik. "Kamu harus bekerja optimal malam ini. Pastikan tak ada tamu yang mengeluh dengan pelayanan kita.""Baik, Ndoro.""Aku percaya padamu, Arini. Oleh karena itu, mari kita senangkan hati Nyi Roro Kidul dengan menciptakan suasana nyaman bagi semua tamu." Ia berpesan lalu menghilang di ambang pintu, sementara aku mulai sibuk membereskan segala sesuatu.***Malam semakin pekat usai hujan berhenti total. Kilat-kilat kecil kerap muncul menerangi langit dan guntur sesekali masih terdengar. Segerombolan gagak terbang mengelilingi atap vila. Teriakan garang dan kepakan sayap mereka, menjadi pertanda kedatangan makhluk gaib.Sedari tadi, aku dan Ndoro Putri berdiri anggun di lobi vila. Menyaksikan perubahan aura, di mana dimensi supranatural kian membesar. Menyamai besarnya dimensi dunia nyata."Bersiaplah, Arini." Ndoro Putri bergumam di sampingku.Aku menutup mata sejen
Bab 11Tamu mulai berdatangan sebelum jam 12 malam. Deretan mobil mewah terparkir rapi di halaman vila.Bertugas sebagai resepsionis, aku mendaftarkan setiap tamu yang masuk. Mulai dari nama, scan KTP hingga nomor handphone. Tak lupa pula memberi sepiring melati. Setelah itu, mereka diantar Bang Satro ke kamar vila atau ke ruangan Ndoro Putri.Untuk kekasih Nyi Roro Kidul, mereka dipandu ke kamar masing-masing di mana sang Nyai telah menunggu. Sementara para penyembah seperti dukun, pesulap dan artis, mereka dibawa ke ruangan Ndoro Putri untuk bersama melakukan ritual penyembahan.Tak terasa, beres juga menerimai tamu. Tinggal duduk santai sembari menunggu selesainya ritual mereka. Jarum jam pun merangkak ke puncak malam, menatapku yang tersenyum kecut. Ah, jadi ingat saat pertama kali bertugas dulu, selalu saja ngantuk berat. Sekarang sudah terbiasa. Malah lebih senang bertugas malam hari karena lebih banyak santainya.Bosan di ruang resepsionis, aku melangkah ke lobi vila. Sejenak
Bab 12Pada jam empat dini hari, ritual akhirnya selesai. Dikarenakan mereka harus pulang sebelum fajar menyingsing.Satu per satu mobil meninggalkan halaman vila. Para penyembah yang datang tanpa kendaraan, pulang dengan cara terbang menghilang.Hal yang kunanti adalah kembalinya Nyi Roro Kidul dari kamar-kamar. Ke-20 sosok itu bergerak ke lobi vila, lalu terhisap masuk ke tubuh yang asli.Kini tersisa satu Nyi Roro Kidul. Parasnya bertambah ayu dan bersinar cemerlang usai bercint* dengan 20 pria. Kurasakan aura supranaturalnya begitu kuat. Setidaknya bisa membuatmu terlempar saat dia lewat.Aku, Ndoro Putri dan Bang Satro, melepas kepergian Nyi Roro Kidul dengan bersujud di lobi vila. Seperti saat datang, pulang pun ia tak bicara sama sekali. Begitulah ritual malam Jumat kliwon, di mana fokus sang Nyai tak boleh terbagi.Nyi Roro Kidul melesat memasuki portal dimensi yang berupa pendaran cahaya, lalu diikuti oleh seluruh pasukan. Cahaya itu mengecil lantas lenyap. Seakan tak pernah
Bab 13RS Graha Sehat Medika.Dibantu beberapa perawat, Pria tampan ini dipindahkan ke brankar, lalu didorong menuju ruang IGD rumah sakit.Tenaga medis dan orang-orang di situ, sedikit risih padaku. Betapa tidak? Perhiasan emas yang bergelantungan di tubuhku terlihat sangat menyolok. Mereka mungkin berpikir bahwa aku wanita stres tapi aku tak peduli. Aku sibuk mendaftakan identitas si Pria ke bagian admistrasi, sementara Bang Satro sedang menjelaskan kronologi peristiwa pada dokter yang menangani."Siapa namanya?" Si petugas bertanya dari balik komputer."Hektor Aleksander," ketusku yang sudah hafal namanya sejak semalam."Apa anda istrinya?""Oh, bukan! Dia diserang penyakit saat menginap di vila tempat saya bekerja. Kami hanya beritiket baik mengantarnya ke mari.""Apa ada nomor keluarganya yang bisa dihubungi?" Si petugas bertanya tanpa menatapku. Netranya berfokus ke layar komputer."Mohon sabar, aku carikan," jawabku sembari mencoba mengutak-atik handphone si pria yang kebetula
Bab 14Meninggalkan vila dan akan pulang ke mess, kulihat Atika berdiri mematung di jalanan dekat danau. Berkacak pinggang serta dagu ditinggikan, sepertinya ia sengaja menungguku.Sorot mata penuh kebencian, ia tak berkedip menatapku. Aku tahu dia sedang berusaha menahan gejolak amarah yang memanas di ubun-ubun.Aku tetap santai berjalan. Sama sekali tak terkecoh pada ekspresi wanita gila harta ini. Sebab aku tahu isi hatinya hanyalah keserakahan dan dengki. Bahkan saat melewatinya, aku tak mau menegur."Arini ...!!!" Ia berteriak nyaring lalu berlari mendekatiku."Ada apa, Atika? Kamu sepertinya marah padaku.""Tentu, Arini. Tentu saja aku marah padamu!!" Suaranya meninggi.Aku lalu tertawa kecil, "Kamu aneh. Aku tak punya masalah denganmu.""Tidak bermasalah denganku, bukan berarti tidak menyakiti perasaanku! Paham kamu?!" Kulit wajahnya bergetar. Menandakan kegeraman teramat sangat.Aku tak menjawab. Melainkan memberi Atika peluang untuk berekspresi. "Dari awal aku sudah curiga
Bab 15Tepat jam 9 malam, Bang Satro datang ke dapur karyawan saat aku dan Bi Inem sedang makan. "Makan, Bang," tegurku."Udah tadi.""Jadi ke sini ngapain?" tanya Bi Inem."Mau manggil kalian berdua. Disuruh Ndoro agar kita ke ruangannya sekarang." Wajah Bang Satro sedikit gugup. Sementara aku mulai menerka, agenda apa yang akan dibicarakan.Usai makan, kami bertiga bersama menuju vila. Jalanan becek akibat hujan lebat beberapa hari. Kami melangkah hati-hati dan tidak terburu-buru. Kami terpaku, saat melewati danau. Tidak seperti biasa, kali ini energi supranatural meluap di permukaan air. Nampak pintu gerbang menuju laut selatan sedang terbuka. Apa artinya ini? Apa malam ini kami bertiga akan dibawa ke sana? Perasaanku jadi tak tenang. Bisa kurasakan Bang Satro dan Bi Inem pun demikian.Setibanya di ruangan Ndoro Putri, kami mendapati ia tengah bersemedi. Duduk bersila dengan jemari membentuk mudra khusus. Ia membuka mata dan mengode agar kami turut bersemedi dengannya.Kami lan
Bab 16Kedua naga itu sadar bahwa akan diberi makan. Liur kerakusan pun menetes dari rahang kokoh mereka yang membuka lebar. Bau busuk menyeruak dari dalamnya. Bayangkan saja, makanan pokok mereka adalah daging mentah, tapi seumur hidup tak pernah menyikat gigi."Apa mereka kenal siapa yang harus dimangsa? Jangan sampai mereka salah lalu menelan kita semua." Aku bergidik ngeri."Tentu saja naga-naga ini tahu siapa yang ditumbalkan saat ini. Kamu gak perlu ketakutan seperti itu, Arini!" Ndoro Putri menjawab sembari terus menyeret Atika mendekati naga yang berjaga di sebelah kiri gerbang.Kulihat Bang Satro melakukan hal yang sama. Menyeret si Pria ke arah naga yang berjaga di sebelah kanan gerbang. Aku dan Bi Inem hanya berdiri mengamati. Sesekali saling berpadangan gugup kala kedua naga menjulurkan kepala ke bawah. Ke arah tumbal yang mungkin terlihat lezat.Ndoro Putri dan Bang Satro berlari menjauh setelah berhasil menyerahkan Atika dan kekasihnya tepat di kaki kedua naga itu.Pema