Adel beranjak dari kasur, dengan badan yang masih lemas ia berlari sempoyongan mengejar Mamanya.
"Mah tunggu dong! Jangan pergi dulu! Kasih tau Adel, memangnya Papa punya rencana apa?" ucap Adel menarik lengan Mamanya.
"Kalau sudah waktunya nanti juga kamu tau sendiri, Del!"
"Ih, Mama! Jangan bikin Adel penasaran dong! Cepet kasih tau aku, rencana apa sebenarnya? Jangan bilang jika Papa mau masukin Adel ke asrama?" Tebak Adel. "Kalau beneran itu rencananya, Adel nggak mau! Sampai kapanpun Adel nggak mau tinggal di asrama!" Mendengar celotehan anak semata wayangnya itu Nyonya Wina hanya mengangkat bahunya tak acuh. Ia pun kembali melanjutkan langkahnya menuruni anak tangga membuat Adel semakin kesal.
"Iiih, Mama! Nyebelin banget' sih! Diajak ngomong malah pergi gitu aja? Argh, nyebelin!" Beo Adel. Ia pun kembali ke kamarnya dan membanting pintu kamar dengan kencang.
■■
Siang berganti malam, Anton masih berkutat dengan pekerjaannya yang
Malam berganti pagi, kondisi Adel sudah stabil. Ia nampak cantik dengan balutan dress berwarna navy. Wajahnya pun terlihat cerah dengan sentuhan make up flawles.Hari ini adalah jadwal kepulangan Papanya dari Jogja. Adel tidak sabar untuk meminta oleh-oleh yang sudah dipesannya jauh-jauh hari.Deru mesin mobil terdengar masuk ke pekarangan rumah, tak lama kemudian suara bel pun berbunyi. 'Sepertinya itu Papa,' gumam Adel.Sebelum turun ke bawah untuk menemui Papa nya, Ia pun kembali berdiri di depan cermin, memastikan jika penampilannya sudah sempurna.Adel memang wanita perfeksionis, ia selalu ingin tampil maximal walaupun hanya dirumah."Papa!
Sudah hampir sepuluh menit, tapi Adel tak kunjung kembali ke meja makan. Bahkan sampai kedua orang tuanya selesai makan pun gadis itu tak juga turun."Adel teleponan sama siapa' sih, Ma? Ko lama banget?""Mama juga nggak tau, Pah! Tuh anak memang nggak bisa dibilangin, bebel! Liat nih' nasinya aja belum dihabisin!" sahut Nyonya Wina."Mama susul gih! Siapa tau tuh anak ketiduran di kamarnya," seru Pak Tio pada istrinya. Dengan cepat istrinya pun mengangguk mengiyakan lalu beranjak dari meja makan dan berjalan menuju anak tangga.••Sedangkan di dalam kamar, Adel tengah emosi mendengar ocehan Gerald yang dinilai merendahkannya. Pria blasteran itu terus saja menguji kesabaran Adel."Mau lo itu apa' sih, Ger? Bisa nggak sih Lo nggak usah hubungi gue lagi?""Ckckck, santai dong cantik! Ngomongnya biasa aja! Nggak usah nge gas kayak gitu! Bukannya lo juga menikmati?" sahut Gerald dengan nada mengejek."Apa lo bil
"Adel!!! Kamu itu apa-apaan' sih, Del? Untuk apa kamu masih berhubungan dengan cowok brengsek itu? Kamu itu bener-bener keterlaluan Adel! Dimana harga diri dan logika kamu? Kamu tau' kan Gerald itu cowok yang hampir saja menghancurkan masa depanmu? Ngapain kamu masih komunikasi dengannya?" teriak Nyonya Wina geram. Ia sangat kecewa dengan apa yang dilakukan anak gadisnya itu."Mama jangan salah paham dulu! Adel bisa jelasin semuanya, Mah!""Jelasin apa lagi, Del? Riwayat panggilan ini sudah sangat jelas! Barusan kamu telponan sama Gerald' kan?" Adel terdiam sesaat sebelum akhirnya menjawab pertanyaan Ibunya."I-iya, Adel memang telponan sama Gerald! Tapi Mama santai dulu, jangan keburu emosi. Gerald yang nelpon Adel duluan, dan tidak mungkin Adel membiarkan ponsel Adel terus berdering. Adel juga harus minta penjelasan dari Gerald! Aku harus tau apa maksud perbuatannya malam itu!"Nyonya Wina menatap lekat wajah Adel, dadanya bergemuruh tak men
Pak Tio dan istrinya sudah siap untuk pergi. Mereka berdua tidak ingin telat untuk menemui bos nya itu. Ini adalah kesempatan yang bagus, sepasang suami istri itu menyimpan harapan yang sangat besar."Mbok, tolong jaga rumah! Saya dan Tuan mau pergi sebentar, saya titip Adel. Jangan sampai dia pergi, jika ada apa-apa segera hubungi saya!" ucap Nyonya Wina pada wanita paruh baya dihadapannya."Iya, Nya! Si Mbok akan menjaga Non Adel dengan baik!" jawabnya meyakinkan sang majikan.Mereka berdua pun segera pergi meninggalkan rumah mewahnya. Sepanjang perjalanan mereka terus berdoa dan berharap jika usulannya kali ini akan diterima oleh Pak Romy.Tidak membutuhkan waktu lama untuk sampai di cafe. Mereka berdua segera be
Pertemuan selesai, Nyonya Wina dan suaminya segera pulang ke rumah. Mereka khawatir jika meninggalkan Adel terlalu lama. Adel adalah anak yang selalu membangkang, ia takut jika putrinya itu akan berbuat nekat. Bisa saja ia kabur lewat jendela atau mungkin melakukan hal yang lebih buruk lagi."Mbok, dimana Adel?" tanya Nyonya Wina saat tiba di rumahnya."Non Adel dari tadi di dalam kamar, Nyah! Sejak Tuan dan Nyonya pergi' Non Adel tidak keluar kamar sama sekali," jawab si Mbok."Baguslah! Berarti anak itu sudah menyadari kesalahannya," ucap Nyonya Wina, ia pun segera menyusul suaminya ke kamar.**Sedangkan jauh diluar sana, Anton tengah kebingungan karena tidak bisa men
Anton menarik nafas panjang, ia bingung harus bagaimana. Anton hafal betul karakter mantan istrinya itu seperti apa. Nisa adalah wanita yang selalu ingin diprioritaskan, dia selalu ingin jadi nomor satu dalam hidup Anton, tidak peduli dengan statusnya yang sudah bukan lagi istrinya."Biar sajalah, paling Nisa hanya kesal sesaat, ntar juga dia stabil lagi! Lagi pula, tidak mungkin aku mengecewakan Ayah. Dia sudah wanti-wanti agar aku hadir dalam jamuan itu," gumam Anton dalam hati.*Jarum jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam, sudah waktunya Anton untuk pulang. Semua pekerjaannya sudah selesai. Tumpukan kertas yang tadi berserakan kini sudah tertata rapi di map nya masing-masing.Sepanjang perjalanan pulang Anton masih
Usai pertemuan itu Adel dan keluarganya pun kembali ke rumah mereka, sepanjang jalan gadis itu terus saja protes dengan keputusan orang tuanya yang dinilai tidak adil."Sudahlah, Del. Kamu itu tidak akan rugi menikah dengan Anton! Selain baik, dia itu tampan dan juga mapan! Memangnya kamu mau cari calon suami yang seperti apa' sih? Udah dipilihkan yang sempurna' masih saja protes!" ucap Nyonya Wina."Tapi Mah, Adel belum siap nikah! Adel masih pengen ngejar cita-cita Adel dulu. Masa depanku masih panjang, Mah! Masa iya mama dan papa tega ngerampas impian anaknya,""Bukan ngerampas Adel, tapi menjamin masa depan yang terbaik untuk kamu! Walaupun kamu tidak menikah dengan Anton, mama dan papa tidak akan mengizinkan kamu mengejar cita-citamu menjadi seorang model!"
Adel pun bergegas ke kamar mandi, meninggalkan ibunya yang dilanda kesal atas ulahnya. Nyonya Wina keluar dari kamar Adel. Ia memanggil si Mbok untuk membereskan baju yang berserakan di lantai. Wanita paruh baya itu pun mengangguk mengiyakan dan segera menaiki anak tangga menuju kamar anak majikannya itu.Nyonya Wina berjalan menuju ruang keluarga. Belum sempat ia mendaratkan bokongnya di atas sofa, bell pun berbunyi. Wanita yang selalu berpenampilan elegan itu pun kembali bangkit dan bergegas membuka pintu. Dan benar saja dugaannya. Anton sudah berdiri di depan pintu untuk menjemput Adel."Eh, Nak Anton, ayo masuk!" Ajaknya."Iya, Tante, terima kasih!" Sahut Anton. Mereka pun duduk diruang tamu."Nak Anton tu