“Kalau setelah menikah kita tinggal di US kamu mau?” tanya lelaki itu tiba-tiba setelah mengecup kulit leher gadisnya.
Lea sukses meremang namun ditahannya sebisa mungkin.
“Mau sih, tapi …” Lea terlihat ragu mendengar pertanyaan dari lelaki yang kini sudah berhasil merengkuh tubuhnya di dalam pelukannya.
“Tapi apa Sayang?” tanya Damas menatap dalam pada mata gadisnya.
“Kuliah dan karirku, juga kedua orang tuaku. Aku masih belum bisa meninggalkan mereka, Mas.” Kata Lea yang memperinci apa yang membuatnya berat untuk mengatakan alasan pada Damas.
“Ya, aku tau. Tapi untuk karirmu aku rasa jika di US pasti akan semakin berkembang, Sayang. Karna kamu pasti akan masuk ke penikmat musik Internasional, Lea.” Damas menyingkirkan anak rambut yang menutupi pipi gadis itu dan menyelipkannya ke belakang telinga.
“Kita fikirkan nanti ya. Kita fo
“Saya terima nikah dan kawinnya, Kalea Pradipta binti Kafie Pradipta dengan mas kawin logam mulai seberat 150 gram dan 2 set perhiasan berlian dibayar Tunai!” kata Damas dengan sekali tarikan nafasnya. “Bagaimana para saksi? Sah?” tanya penghulu kepada kedua saksi dari pihak Damas dan juga Kalea. “SAH!” kata kedua saksi sambil mengangguk memberi persetujuan jika ikrar yang diucapkan Damas resmi. “Baiklah, saya nyatakan mulai hari ini mempelai wanita yang bernama Kalea Pradipta binti Kafie Pradipta dengan mempelai laki-laki yang bernama Damas Evans bin Baskoro Mahendra Evans resmi menjadi suami istri!” final penghulu yang menikahkan Kalea dan Damas. Damas dan Lea saling menatap sebentar melemparkan senyuman satu sama lainnya. Wajah bahagia langsung tergambar dari wajah kedua mempelai ini. Setelah dipanjatkan doa un
“Mba Ane,” panggil pa Hardi ketika Ane baru saja keluar dari kamar Marco. Ane menyeka air matanya. Sebelum menoleh pada pa Hardi. Ane masih mengenakan dress yang ia kenakan untuk ke acara pernikahan Lea dan Damas tadi. Hanya saja, rambut yang tadinya sedikit ditata dengan diikat ke atas, sekarang sudah digerai walau masih ada sisa curly pada bagian bawah rambutnya. “Ya Pa Hardi,” Ane kemudian menghentikan langkahnya. Pa Hardi segera menghampiri Ane. “Boleh saya bicara?” tanya lelaki pada Ane lebih dulu. “Kita bicara disana ya Pa.” Ane kemudian mengajak pa Hardi ke balkon tempat dirinya biasa sedikit berbincang dengan Marco. Mereka berdua langsung duduk di kursi yang ada. Saling berhadapan. Pa Hardi sudah tau jika ini adalah hari pernikahan dari kekasih Marco. Lelaki itu juga sudah bisa menduga jika Marco mungkin akan bisa bereaksi seperti ini k
Damas yang mendengar jawaban dari istrinya, langsung menyeringai dan memberikan sedikit kissmark di lehernya. Damas betul-betul dibuat terbang melayang jika begini keadaannya. Damas sungguh berterimakasih jika Lea benar mengizinkannya malam ini. Menyalurkan hasrat yang sudah ia pendam. Sebagai seorang lelaki normal, tubuh Lea begitu sangat menggoda. Mustahil jika ia akan melewatkan malam ini tanpa gadis itu melengkuhkan namanya. Ia bertekat untuk melakukannya setelah tadi mengizinkannya. “Apa aku boleh melakukannya sekarang?” tanya Damas memastikan. Kali ini yang sudah melepaskan kemeja putihnya dan membiarkannya jatuh ke lantai berbahan kayu yang sedang mereka pijak. Rasanya tidak adil jika harus membuat Lea sendirian yang bertelanjang daada. “Lakukan yang kamu ingin lakukan, Mr. Evans! Aku milikmu mulai hari ini!” Lea kini berserah pada suaminya yang sudah shirtless. Menampilkan daadanya
Mentari pagi, sudah mulai meninggi. Tapi, seorang gadis masih terus bergumul dengan selimut yang masih membalut tubuhnya. Gadis itu masih tidak mengenakan apapun setelah semalam ia melakukannya untuk pertama kali dengan sang suami. Sedikit perih di bawah sana walaupun suaminya masih tidak telalu memaksakan apa yang ingin ia lakukan. Sungguh, hanya lelaki itu yang bisa menyetubuhinya setelah ia berstatus sebagai suaminya. Sedangkan sang suami, sudah berdiri di teras di depan kamarnya sambil memandang pantai dan hamparan pasir putih yang berada di depannya. Lelaki itu bahkan tak henti-hentinya mengulas senyuman di wajahnya karna begitu bahagia bisa menyecap madu di tubuh istrinya untuk pertama kali. Lelaki itu memakai celana boxer yang membalut tubuhnya. Shirtless dengan perut kotak-kotak yang terpatri sempurna di tubuhnya membuat lelaki itu semakin terlihat tampan. Walaupun shirtless lelaki itu sama sekali tidak kedingi
Selesai memberikan kabar kepada keluarga mereka. Damas dan Lea akhirnya memutuskan untuk berjalan-jalan di pasir putih yang sedari tadi sudah menggoda untuk dijejaki. Tapi sebelum mereka benar-benar keluar dari kamar mereka, Damas malah menggoda Lea lagi dan akhirnya terjadi lagi pergumulan yang membuat Lea tak mungkin menolak yang diinginkan suaminya lagi. Setelah puas dengan pergumulan di atas ranjang yang membuat mereka akhirnya mandi lagi setelah melakukannya. Lea akhirnya berusaha untuk menjauhkan dirinya ketika lelaki itu sedang asyik di bawah pancuran di bilik shower kamar mandi di kamar mereka. Lea memilih untuk mengaplikasikan skin care di kamarnya agar tidak tergoda lagi dengan lelaki itu. Walupun sebenarnya, siapa yang akan tahan melihat godaan tubuh suaminya sendiri yang juga sudah memintanya untuk mandi bersama. Damas masuk ke kamarnya dan hanya melilitkan handuk putih disebatas pinggangnya. Lelaki itu munc
Dua bulan kemudian. “Faster Lea!” titah sang suami yang sedang berada di bawah kendali tubuh gadis itu. Lea terus bergerak untuk memanjakan inti milik suaminya dan semakin bisa untuk bisa menyenangkan suaminya. Setelah kepulangannya dari bulan madu waktu itu, Lea langsung diboyong ke sebuah penthouse mewah yang dibeli Damas khusus untuk Lea. Lelaki itu sengaja memboyong Lea kesana sebelum mereka berdua memiliki anak. Ketika di Sumba, Damas memberikan penawaran pada Lea dimana mereka berdua akan tinggal setelah sampai di Jakarta. Lea memilih untuk tinggal di penthouse. Begitu sampai di Jakarta Damas langsung membawa gadis itu kesana. “Mas … ah … ahhh.” Lea masih terus melengkuhkan kenikmatan yang hadir dan tubuhnya masih bergetar ketika sudah mendapatkan klimaksnya. “Terima kasih!” kata Damas yang langsung merentangkan tangannya minta Lea untuk masuk
“Mas! Aahh …” Lea terus saja bergerak perlahan di atas suaminya dengan melingkarkan tangannya di leher lelaki itu. Bahkan suaminya itu sedang melumat nipplenya dan terus melakukan gerakan memutar untuk membuat gadis yang sedang bergerak itu kewalahan menerima serangan dari bibirnya. Damas bahkan terus membujuk Lea dengan kenikmatan tanpa akhir malam itu. Lea yang tadinya ingin langsung berendam dan tidur setelah merenggangkan otot-otonya yang terasa kaku, malah dibuat melengkuhkan nama suaminya itu berkali-kali. Bahkan mereka terus saja melakukan penyatuan tubuh mereka tanpa bisa dicegah lagi. Damas semakin gemas dengan lengkuhan yang Lea perdengarkan di telinganya dan membuat dirinya terus mengigit dan mengulum juga menggerakkan lidahnya beberapa kali agar gadisnya terus diberikan rasa nikmat yang takkan pernah habis. Damas yang menaikkan tubuh Lea di atas bahu bathtubnya dan melebarkan kaki gadisnya. Le
Damas memegang gagang pintu berwarna putih dan hendak menekan knop berwarna silvernya. Tiba-tiba … “Leee …. Aaa … Le … aaa … Leaa …” suara serak itu terdengar di belakang tubuh sepasang suami istri itu. Lea dan Damas langsung sontak membalikkan tubuh mereka begitu mendengar suara yang seperti sedang memanggil Lea. “Coco!” Lea langsung sedikit berlari dan menghampiri lelaki yang tengah terbaring di ranjangnya. Marco seperti sedang meminta bantuan karna tangannya diikat lagi oleh pa Hardi sejak mereka datang. Coco juga seperti ingin mengucapkan sesuatu. Namun, Lea tidak berani membukakan ikatan yang terpasang di tangannya. “Mas, tolong panggil pa Hardi!” titah Lea pada Damas yang sedang berdiri di sampingnya. Damas langsung meninggalkan Lea dan Damas di kamarnya dan memanggilkan pa Hardi. “Co, apa yang kamu rasakan?” tanya Lea yang langsung mengambil tangan Marco agar lelaki itu juga s