Share

BAB 3

Adelia mengamuk tak karuan mendengar Bang Azlan lebih memilihku, Bang Azlan terlihat bingung ingin menenangkan istri mudanya tapi Papa terus menatapnya tajam. Sedangkan aku tetap memasang wajah polos menyaksikan drama gratis yang disuguhkan Adelia, sambil menikmati ayam kentucky.

Aku bersorak gembira didalam hati, tanpa perlu mengotori tanganku kebusukan Adelia terbongkar.Ternyata selera Bang Azlan sungguh rendah sekali,Bang Azlan seperti pemulung yang memungut barang yang telah dibuang orang lain. Sungguh kasihan. 

"Ini anakmu!" Teriak Adelia lagi seraya memukuli perutnya sendiri. 

Adegan yang sangat dramatis, Bang Azlan akhirnya meraih tubuh Adelia. "Iya aku percaya itu anakku," 

Sungguh bucin sekali, sudah diberi barang bukti tapi tetap saja percaya dengan gundiknya. Entah memakai pelet apa Adelia sampai-sampai Bang Azlan seperti takut kehilangannya. 

Sedangkan aku,dipertahankan hanya untuk menjadi ATM berjalan. Sungguh miris. 

"Hilman dan adiknya itu iri pada kita, apalagi adiknya mandul, makanya dia membuat surat keterangan palsu. Mereka tak senang melihat kita bahagia," 

Aku dan Bang Hilman saling pandang dengan tatapan takjub. Adelia ini ternyata selain licik, dia juga pintar membual. 

"Hiks, mas aku takut!" rengeknya seraya mengeratkan pelukan pada Bang Azlan. 

Astaga dua manusia ini, benar-benar memancing emosiku! 

"Walaupun kamu bertahan dengan Bang Azlan, tetap saja kamu tak bisa menikmati hartaku! Silahkan berjuang dari nol bersamanya!" Ucapku dengan wajah angkuh. 

Adelia mendelik kearahku. "Hey! Jangan serakah kamu jadi perempuan, sudah syukur Mas Azlan mau menerimamu yang penuh kekurangan, sudah mandul, tamak lagi!" Ucapnya tak sadar diri. 

Aku tertawa lirih. "Aku hanya menyelamatkan apa yang sudah menjadi hakku! Jika ingin banyak uang, usaha!Jangan hanya mau menikmati hasil panen orang!" 

Bang Azlan menatapku sendu. "Dik,tolonglah mengerti usaha itu kita bangun bersama-sama, kenapa sekarang kamu ingin menguasai semuanya?"

Kuhela nafas kasar. "Perusahaanku itu kurintis dari nol seorang diri dengan modal seadanya, Bang, saat itu kau hanya bisa meremehkan. Tapi saat perusahaan  mulai berkembang pesat kamu baru mau ikut mengelola itupun kamu tak pernah terjun kelapangan langsung. Kamu hanya tahu,bagaimana caranya mengambil uang perusahaan tanpa sepengetahuanku!" Cercaku panjang lebar. 

Wajah Bang Azlan mendadak pias, Papa dan kedua abangku hanya diam mungkin membiarkan aku melepas segala unek-unek dihati. 

"Sudah berapa ratus juta kamu keluar uang untuk gundikmu itu?" Tanyaku sinis. 

Bang Azlan menunduk.

"Lima ratus juta,dalam sebulan, belum DP untuk pernikahan kalian sudah hampir enam ratus juta, jika aku membiarkan kalian memakai uangku untuk melunasi semuanya, mungkin 1,2 milyar uang perusahaan habis kalian keruk!" Ucapku lagi merincikan pengeluaran uang perusahaan yang diambil Bang Azlan secara diam-diam. 

Bang Azlan meremas jemarinya.

"Dulu kau memberiku jujuran hanya lima juta, aku tetap terima. Tapi aku tak terima, jika uang hasil usahaku kau buat foya foya bersama gundikmu!" Semprotku lagi. 

Kuhela nafas panjang. Tak rela rasanya melepaskan Bang Azlan begitu saja,aku harus membuatnya menderita baru kucampakkan.

"Dik,tolong jangan seperti ini," rengek Bang Azlan. 

Aku memutar bola mataku malas. "Aku akan membantumu melunasi hutang-hutangmu,tapi ada syaratnya!" Ucapku seraya melipat tangan di dada. 

Adelia terlihat tersenyum sumringah mendengar ucapanku,mungkin dia kira aku berubah fikiran dan membiarkan dia menikmati semua hartaku. Ah tidak semudah itu, esmerelda! 

"Apa syaratnya?!" Tanya Bang Azlan antusias. 

Kuhela nafas kasar. 

"Dengarkan baik-baik dan jangan memotong ucapanku, paham?!" Tegasku. 

Bang Azlan dan Adelia mengangguk. 

"Syarat pertama, kalian berdua boleh tinggal disini tapi tidur di paviliun belakang, kedua, Bang Azlan tak boleh berhubungan dengan Adelia sampai anak itu lahir, karena pernikahan kalian tak sah!"

Adelia mendelik mendengar persyaratan dariku.

"Tinggal disini tak gratis, kamu harus menggantikan tugas pembantuku yang cuti karena pulang kampung, dan ketiga aku juga berhenti memberi uang bulanan untuk semua keluarga Bang Azlan. Sekarang sudah waktunya abang menanggung mereka semua sendiri!" Ucapku lagi. 

Bang Azlan terlihat ingin membantah, wajah kedua orangtuanya pun mendadak pias. 

"Tak ada bantahan, jalani atau pergi dari sini hanya itu pilihan kalian!" Tegasku seraya beranjak dari dudukku diikuti kedua abangku. 

"Ada mainan baru nih ye," goda bang Heru seraya menjawil pipiku. 

Aku mendengkus. "Bukan mainan,tapi ini ujian untuk mereka. Ujian yang tak ada akhirnya," sahutku asal. 

"Papa mengusap bahuku." Papa percaya kamu bisa menghadapi mereka,tapi ingat kamu tetap harus meninggalkan Azlan!" Ucap Papa seraya mencium keningku. 

Aku mengangguk. "Tenang Pa, urusan berpisah itu gampang, sekarang Nayra mau kasih pelajaran berharga dulu buat mereka!" Ucapku. 

Setelah berbasa basi sebentar akhirnya Papa dan kedua abangku pamit pulang. Aku kembali masuk kerumah,kulihat adik-adiknya Bang Azlan terlihat gelisah. 

"Hania, tolong kembalikan mobil saya!Kalau ingin terlihat mewah lagi, suruh abangmu usaha lebih giat lagi!" ucapku mengejek seraya mengulurkan tangan meminta kembali mobil yang pernah kuberikan. 

Hania mengerucutkan bibirnya,dengan wajah menekuk kesal Hania menyerahkan kunci mobil pajero sport milikku. Mobil yang selalu diakui miliknya dihadapan teman-temannya. 

Kualihkan pandanganku kearah Adelia yang sudah memakai baju kembali, kutatap dia tajam. 

"Ngapain masih santai disini? Beresin itu dapur!" Bentakku. 

Adelia mendecak kesal seraya beranjak dari duduknya. "Satu piring pecah, gajih suamimu ku potong!" Teriakku. 

Kedua orangtua Bang Azlan menatapku dengan tatapan memohon. Ku rogoh uang disaku gamisku, lalu kuberikan selembar uang berwarna merah untuk mereka pulang. 

"Ini, untuk ongkos angkot. Uang belanja minta sama Bang Azlan bulan depan pas dia gajihan ya! Jangan berharap sama saya lagi!" Ucapku lembut tapi menusuk. 

Aku berjalan kebelakang rumah,kulihat Bang Azlan sedang membersihkan paviliun kecil yang biasa  ditempati pembantuku. Paviliun itu terlihat kumuh karena sudah hampir tiga bulan tak ditempati semenjak pembantuku  berhenti, terlihat banyak sekali debu. 

"Bang, kalau sudah bersih kamu bisa ambil kasur lantai yang ada di gudang belakang ya, disana juga sudah ada bantal guling dan sprei, tinggal dibersihkan saja," ucapku. 

Bang Azlan menatapku dengan wajah sendu. "Dik,rumah kita kan banyak kamar, kenapa harus tinggal di paviliun?" Tanyanya. 

"Istri mudamu itu harus belajar hidup dari nol sepertiku!" Ketusku. 

Kutinggalkan Bang Azlan masuk kedalam,kuintip Adelia yang sibuk mengepel lantai dapur. Sedangkan keluarga Bang Azlan sudah pergi tanpa pamit, bagus lah aku juga sudah malas berbasa basi dengan orang munafik seperti  mereka. 

Aku masuk kedalam kamar, lalu kurebahkan tubuhku diranjang. Semua pintu ruangan penting kukunci, semua kunci cadangan kusimpan rapi agar Bang Azlan dan Adelia tak bisa mengambil barang-barang penting milikku. 

----

Saat bangun pagi hari aku melongo melihat ruang tamu dan ruang keluarga masih berantakan bahkan sisa nasi goreng yang mereka makan tadi malam masih ada di meja makan. Benalu tak tahu diri!

Bergegas aku menuju paviliun,kutendang pintu paviliun. Aku tersenyum sinis melihat mereka terkejut, rupanya mereka tak menggubris semua persyaratanku. Ingin bermain-main dengan Nayra rupanya. 

Kutarik lengan Adelia lalu kuseret tubuh bugilnya sampai masuk kedalam rumahku kembali, tak kupedulikan jeritannya. Kuhempaskan tubuhnya kelantai, lalu kusiram wajahnya dengan minyak jelantah. 

"Ini akibatnya kalau kamu melanggar aturanku!" Bentakku. 

Adelia menjerit histeris seraya menghentakkan kakinya seperti  anak kecil yang tak diberi permen. Tak lama Bang Azlan menyusul dengan wajah pucat. 

"Dik tolong jangan seperti ini," ucapnya berusaha meraih tanganku. 

Aku mundur menjauh dari Bang Azlan. 

"Kalian itu disini hanya numpang! Tolong tahu diri! Ini rumahku, jika masih ingin tinggal disini, ikuti peraturanku!" Cercaku. 

----

Jangan lupa kritik dan sarannya ya guys 😊

Adelia mengamuk tak karuan mendengar Bang Azlan lebih memilihku, Bang Azlan terlihat bingung ingin menenangkan istri mudanya tapi Papa terus menatapnya tajam. Sedangkan aku tetap memasang wajah polos menyaksikan drama gratis yang disuguhkan Adelia, sambil menikmati ayam kentucky.

Aku bersorak gembira didalam hati, tanpa perlu mengotori tanganku kebusukan Adelia terbongkar.Ternyata selera Bang Azlan sungguh rendah sekali,Bang Azlan seperti pemulung yang memungut barang yang telah dibuang orang lain. Sungguh kasihan. 

"Ini anakmu!" Teriak Adelia lagi seraya memukuli perutnya sendiri. 

Adegan yang sangat dramatis, Bang Azlan akhirnya meraih tubuh Adelia. "Iya aku percaya itu anakku," 

Sungguh bucin sekali, sudah diberi barang bukti tapi tetap saja percaya dengan gundiknya. Entah memakai pelet apa Adelia sampai-sampai Bang Azlan seperti takut kehilangannya. 

Sedangkan aku,dipertahankan hanya untuk menjadi ATM berjalan. Sungguh miris. 

"Hilman dan adiknya itu iri pada kita, apalagi adiknya mandul, makanya dia membuat surat keterangan palsu. Mereka tak senang melihat kita bahagia," 

Aku dan Bang Hilman saling pandang dengan tatapan takjub. Adelia ini ternyata selain licik, dia juga pintar membual. 

"Hiks, mas aku takut!" rengeknya seraya mengeratkan pelukan pada Bang Azlan. 

Astaga dua manusia ini, benar-benar memancing emosiku! 

"Walaupun kamu bertahan dengan Bang Azlan, tetap saja kamu tak bisa menikmati hartaku! Silahkan berjuang dari nol bersamanya!" Ucapku dengan wajah angkuh. 

Adelia mendelik kearahku. "Hey! Jangan serakah kamu jadi perempuan, sudah syukur Mas Azlan mau menerimamu yang penuh kekurangan, sudah mandul, tamak lagi!" Ucapnya tak sadar diri. 

Aku tertawa lirih. "Aku hanya menyelamatkan apa yang sudah menjadi hakku! Jika ingin banyak uang, usaha!Jangan hanya mau menikmati hasil panen orang!" 

Bang Azlan menatapku sendu. "Dik,tolonglah mengerti usaha itu kita bangun bersama-sama, kenapa sekarang kamu ingin menguasai semuanya?"

Kuhela nafas kasar. "Perusahaanku itu kurintis dari nol seorang diri dengan modal seadanya, Bang, saat itu kau hanya bisa meremehkan. Tapi saat perusahaan  mulai berkembang pesat kamu baru mau ikut mengelola itupun kamu tak pernah terjun kelapangan langsung. Kamu hanya tahu,bagaimana caranya mengambil uang perusahaan tanpa sepengetahuanku!" Cercaku panjang lebar. 

Wajah Bang Azlan mendadak pias, Papa dan kedua abangku hanya diam mungkin membiarkan aku melepas segala unek-unek dihati. 

"Sudah berapa ratus juta kamu keluar uang untuk gundikmu itu?" Tanyaku sinis. 

Bang Azlan menunduk.

"Lima ratus juta,dalam sebulan, belum DP untuk pernikahan kalian sudah hampir enam ratus juta, jika aku membiarkan kalian memakai uangku untuk melunasi semuanya, mungkin 1,2 milyar uang perusahaan habis kalian keruk!" Ucapku lagi merincikan pengeluaran uang perusahaan yang diambil Bang Azlan secara diam-diam. 

Bang Azlan meremas jemarinya.

"Dulu kau memberiku jujuran hanya lima juta, aku tetap terima. Tapi aku tak terima, jika uang hasil usahaku kau buat foya foya bersama gundikmu!" Semprotku lagi. 

Kuhela nafas panjang. Tak rela rasanya melepaskan Bang Azlan begitu saja,aku harus membuatnya menderita baru kucampakkan.

"Dik,tolong jangan seperti ini," rengek Bang Azlan. 

Aku memutar bola mataku malas. "Aku akan membantumu melunasi hutang-hutangmu,tapi ada syaratnya!" Ucapku seraya melipat tangan di dada. 

Adelia terlihat tersenyum sumringah mendengar ucapanku,mungkin dia kira aku berubah fikiran dan membiarkan dia menikmati semua hartaku. Ah tidak semudah itu, esmerelda! 

"Apa syaratnya?!" Tanya Bang Azlan antusias. 

Kuhela nafas kasar. 

"Dengarkan baik-baik dan jangan memotong ucapanku, paham?!" Tegasku. 

Bang Azlan dan Adelia mengangguk. 

"Syarat pertama, kalian berdua boleh tinggal disini tapi tidur di paviliun belakang, kedua, Bang Azlan tak boleh berhubungan dengan Adelia sampai anak itu lahir, karena pernikahan kalian tak sah!"

Adelia mendelik mendengar persyaratan dariku.

"Tinggal disini tak gratis, kamu harus menggantikan tugas pembantuku yang cuti karena pulang kampung, dan ketiga aku juga berhenti memberi uang bulanan untuk semua keluarga Bang Azlan. Sekarang sudah waktunya abang menanggung mereka semua sendiri!" Ucapku lagi. 

Bang Azlan terlihat ingin membantah, wajah kedua orangtuanya pun mendadak pias. 

"Tak ada bantahan, jalani atau pergi dari sini hanya itu pilihan kalian!" Tegasku seraya beranjak dari dudukku diikuti kedua abangku. 

"Ada mainan baru nih ye," goda bang Heru seraya menjawil pipiku. 

Aku mendengkus. "Bukan mainan,tapi ini ujian untuk mereka. Ujian yang tak ada akhirnya," sahutku asal. 

"Papa mengusap bahuku." Papa percaya kamu bisa menghadapi mereka,tapi ingat kamu tetap harus meninggalkan Azlan!" Ucap Papa seraya mencium keningku. 

Aku mengangguk. "Tenang Pa, urusan berpisah itu gampang, sekarang Nayra mau kasih pelajaran berharga dulu buat mereka!" Ucapku. 

Setelah berbasa basi sebentar akhirnya Papa dan kedua abangku pamit pulang. Aku kembali masuk kerumah,kulihat adik-adiknya Bang Azlan terlihat gelisah. 

"Hania, tolong kembalikan mobil saya!Kalau ingin terlihat mewah lagi, suruh abangmu usaha lebih giat lagi!" ucapku mengejek seraya mengulurkan tangan meminta kembali mobil yang pernah kuberikan. 

Hania mengerucutkan bibirnya,dengan wajah menekuk kesal Hania menyerahkan kunci mobil pajero sport milikku. Mobil yang selalu diakui miliknya dihadapan teman-temannya. 

Kualihkan pandanganku kearah Adelia yang sudah memakai baju kembali, kutatap dia tajam. 

"Ngapain masih santai disini? Beresin itu dapur!" Bentakku. 

Adelia mendecak kesal seraya beranjak dari duduknya. "Satu piring pecah, gajih suamimu ku potong!" Teriakku. 

Kedua orangtua Bang Azlan menatapku dengan tatapan memohon. Ku rogoh uang disaku gamisku, lalu kuberikan selembar uang berwarna merah untuk mereka pulang. 

"Ini, untuk ongkos angkot. Uang belanja minta sama Bang Azlan bulan depan pas dia gajihan ya! Jangan berharap sama saya lagi!" Ucapku lembut tapi menusuk. 

Aku berjalan kebelakang rumah,kulihat Bang Azlan sedang membersihkan paviliun kecil yang biasa  ditempati pembantuku. Paviliun itu terlihat kumuh karena sudah hampir tiga bulan tak ditempati semenjak pembantuku  berhenti, terlihat banyak sekali debu. 

"Bang, kalau sudah bersih kamu bisa ambil kasur lantai yang ada di gudang belakang ya, disana juga sudah ada bantal guling dan sprei, tinggal dibersihkan saja," ucapku. 

Bang Azlan menatapku dengan wajah sendu. "Dik,rumah kita kan banyak kamar, kenapa harus tinggal di paviliun?" Tanyanya. 

"Istri mudamu itu harus belajar hidup dari nol sepertiku!" Ketusku. 

Kutinggalkan Bang Azlan masuk kedalam,kuintip Adelia yang sibuk mengepel lantai dapur. Sedangkan keluarga Bang Azlan sudah pergi tanpa pamit, bagus lah aku juga sudah malas berbasa basi dengan orang munafik seperti  mereka. 

Aku masuk kedalam kamar, lalu kurebahkan tubuhku diranjang. Semua pintu ruangan penting kukunci, semua kunci cadangan kusimpan rapi agar Bang Azlan dan Adelia tak bisa mengambil barang-barang penting milikku. 

----

Saat bangun pagi hari aku melongo melihat ruang tamu dan ruang keluarga masih berantakan bahkan sisa nasi goreng yang mereka makan tadi malam masih ada di meja makan. Benalu tak tahu diri!

Bergegas aku menuju paviliun,kutendang pintu paviliun. Aku tersenyum sinis melihat mereka terkejut, rupanya mereka tak menggubris semua persyaratanku. Ingin bermain-main dengan Nayra rupanya. 

Kutarik lengan Adelia lalu kuseret tubuh bugilnya sampai masuk kedalam rumahku kembali, tak kupedulikan jeritannya. Kuhempaskan tubuhnya kelantai, lalu kusiram wajahnya dengan minyak jelantah. 

"Ini akibatnya kalau kamu melanggar aturanku!" Bentakku. 

Adelia menjerit histeris seraya menghentakkan kakinya seperti  anak kecil yang tak diberi permen. Tak lama Bang Azlan menyusul dengan wajah pucat. 

"Dik tolong jangan seperti ini," ucapnya berusaha meraih tanganku. 

Aku mundur menjauh dari Bang Azlan. 

"Kalian itu disini hanya numpang! Tolong tahu diri! Ini rumahku, jika masih ingin tinggal disini, ikuti peraturanku!" Cercaku. 

----





Komen (8)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
inilah salah satu contoh cerita sampah. biarpun cuma khayalan, minimal yg masuk akal dikit njing. alurnya kaysk orang gila nabuk krn keluar dari pakem kewarasan.
goodnovel comment avatar
Sugiarti Harijanto
tolong jangan di ulang"donk cerita nya. hanya memenuhi bacaan nya..
goodnovel comment avatar
Sugiarti Harijanto
tolong jang
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status