Share

BAB 2

Aku keluar kamar saat hari sudah gelap, jika bukan karena perutku sudah meraung-raung minta diisi mungkin aku lebih baik mengurung diri. Kufikir keluarga Bang Azlan sudah pulang,ternyata mereka masih berkumpul di ruang keluarga sambil menikmati nugget yang selalu ku stock di kulkas. 

"Dik, abang mau ngomong!" ucap Bang Azlan saat melihatku. 

Aku hanya mengangguk seraya berjalan menuju dapur tak menghiraukan adik maduku yang terus menatapku dengan tatapan sinis.  

Kubuka kulkas yang isinya sudah sangat berantakan, bahkan nugget yang kustock begitu banyak habis tak bersisa, piring-piring kotor bertumpuk tumpahan minyak goreng berceceran dimana-mana.  

"Siapa yang berantakin dapurku?!" teriakku kesal. 

Kulihat Bang Azlan salah tingkah. "Sudah merusak rumah tangga orang, sekarang dapurku juga ikut dirusak!" 

"Maafkan Adelia, sayang, dia biasa memakai jasa pembantu di rumahnya," ucap Bang Azlan berusaha membela istri mudanya.  

Aku mendengus seraya menatap tajam Bang Azlan. "Dulu aku terbiasa hidup serba mewah bersama keluargaku, demi menikah denganmu kutinggalkan semuanya, menemanimu dari nol, memberikan modal untuk membuka usaha,tapi kamu kurang bersyukur!" Ucapku panjang lebar. 

Bang Azlan menunduk. "Aku yang menemanimu, dia yang menikmati! Enak sekali dia tinggal ongkang angking kaki di rumah!" Gerutuku kesal. 

"Seharusnya kamu menikahi dia dengan acara sederhana, seperti kamu menikahiku dulu! Biar adil, aku diajak hidup susah, sedangkan dia kamu manjakan dengan harta yang aku cari dengan susah payah!" Cercaku lagi. 

Bang Azlan menelan salivanya dengan susah payah,dia tak berani menjawab ucapanku.

Entah kemana keangkuhannya kemarin saat meminta izin menikah lagi, sepertinya hilang karena sudah tak ada lagi uang di kantongnya. 

"Heh,kamu! Jangan diam saja disitu, cepat bereskan kekacauan ini kalau kamu masih mau hidup dengan tenang dan nyaman!" gertakku pada Adelia yang berdiri diambang pintu dapur. 

"Maaas!" Rengeknya seraya menghampiri Bang Azlan. 

Aku mendengkus kesal melihatnya bergelayut dilengan Bang Azlan.

"Mas aku 'kan lagi hamil, masa kamu tega biarin aku beresin dapur?"

Aku terkejut mendengar ucapannya,hamil? Jadi Bang Azlan menikahi Adelia yang sedang mengandung. 

"Bang, kamu kemarin membawa dalil tentang poligami, seolah benar-benar memenuhi syari'at dan paham agama, tapi kamu menikahi Adelia yang sedang mengandung, padahal hadistnya sudah jelas tak boleh menikahi perempuan yang sedang mengandung!" Ucapku panjang lebar dengan tatapan tak percaya. 

Adelia mencebik. "Iri bilang,say! Kamu mandul, sedangkan aku wanita subur! 

Aku menaikkan alisku sebelah. "Untuk apa aku iri dengan pezinah seperti kalian?" 

Kuperhatikan ekspresi Bang Azlan berubah pias. 

"Sedari awal aku sudah yakin, abang nikah lagi pasti karena ada yang tak beres dibelakangku. Ternyata benar, gundikmu ini sudah hamil duluan dan memaksamu untuk menikahinya, kalian pasangan yang menjijikan!" cercaku seraya meninggalkan mereka yang mematung di dapur. 

Kukunci pintu dapur supaya mereka terkurung berdua disana, memberi pelajaran sedikit kepada suami yang tak bersyukur  dan perempuan hina itu ternyata menyenangkan. 

"Bersihkan dapurku sampai kinclong! Kalau belum selesai, gak aku bukain pintu!" Teriakku.  

Adelia berteriak kesal dan menggedor pintu dapur. Aku hanya mengendikkan bahu seraya melangkah menuju ruang tamu,lebih baik aku delivery makanan sambil menunggu mereka membereskan dapur. 

Keluarga Bang Azlan tak ada yang berani menegurku, karna mereka tahu aku lah RATU di rumah ini. Kehidupan mereka yang hedon itu bergantung padaku, sebulan saja aku berhenti mengirim uang jatah bulanan pasti mereka akan kelabakan. 

Kuhemaskan tubuhku di sofa sambil memainkan gawaiku. Keluargaku tak ada yang tahu Bang Azlan menikah lagi, jika mereka tahu aku yakin Bang Azlan pasti akan hancur ditangan abang-abangku. Apalagi aku adik bungsu perempuan satu-satunya, jika aku tergores sedikit saja mereka sudah sangat panik. Apalagi dikhianati seperti ini, mungkin Bang Azlan sudah ditenggelamkan kesungai A****n.

Aku beranjak dari dudukku ketika mendapat notifikasi bahwa pesananku sudah datang, saat pintu terbuka aku terkejut melihat Papa dan kedua abangku yang masih lengkap dengan seragam kerja mereka datang kerumah. 

"Pah, kok kerumah gak ngabarin?" Tanyaku gelagapan. 

Papa memasang wajah datar, kulirik kedua abangku yang juga memasang wajah datar tapi terlihat jelas menyimpan emosi yang siap meledak. Ditangan kanan Bang Heru menenteng makanan pesananku, rupanya pesananku sudah dibayarkan.

"Mana Azlan?!" Tanya Beliau dengan suara menggelagar membuat jantungku berdetak kuat. 

Belum aku menjawab Papa dan Bang Hilman menerobos masuk kedalam,Bang Heru menatapku penuh kasih sayang layaknya adik dan kakak. 

"Kenapa kamu menutupi ini dari kami?" tanyanya dengan wajah kecewa. 

Bang Heru menyerahkan bungkusan Ayam Kapece kearahku lalu ikut masuk kedalam rumah menyusul Ayah yang sudah mengeluarkan lahar amarahnya dihadapan keluarga  Bang Azlan. 

Saat aku masuk kedalam, betapa terkejutnya aku melihat Adel dan Bang Azlan dalam keadaan setengah telanjang. Bukannya bersihkan dapur, mereka malah ingin berbuat mesum di dapur. Benar-benar pasangan menjijikan. Kulihat pintu dapurku juga sudah rusak,mungkin karena didobrak Papa dan Bang Hilman. 

"Hai Adelia? Bertemu lagi kita, baru putus sebulan ternyata kamu sekarang merebut suami adikku," 

Aku terkejut mendengar ucapan Bang Hilman,wajahnya terlihat  kecewa. Bang Azlan pun terlihat terkejut mengetahui bahwa istri keduanya ternyata mantan pacar kakak iparnya sendiri. Dunia benar-benar sempit. 

"Apa abang tahu dia sedang hamil?" Tanyaku. 

Bang Hilman mengangguk. "Tahu,dia sedang hamil anak sahabatku," jawab Bang Hilman.

Woah,ternyata Bang Azlan dijebak oleh wanita licik ini. 

"BOHONG!" teriak Adelia dengan wajah panik. 

Bang Hilman mengeluarkan amplop berlogo salah satu rumah sakit swasta yang cukup terkenal di kota ini. 

"Silahkan kamu baca sendiri, Zlan!" Ucap Bang Hilman seraya melempar kertas itu kewajah Bang Azlan. 

Adelia terlihat hendak merebut kertas itu,tapi ditepis oleh Bang Azlan. Setelah membaca isi amplop itu, wajah Bng Azlan berubah merah padam,matanya melotot nyaris keluar. 

"Dasar penipu!" Bentaknya seraya menampar pipi mulus Adelia. 

Uwh, kasihan sekali. 

Aku menyaksikan pertengkaran mereka sambil memakan ayam goreng, kulirik keluarga Bang Azlan hanya bisa menunduk tak berani membela. 

"Kamu tetap harus tanggung jawab,Mas! Karna kamu juga menikmati tubuhku!" Teriaknya tak terima jika Bang Azlan menceraikannya. 

"Pernikahan kalian itu tak sah, jadi Azlan bebas meninggalkan j*l*ng sepertimu," ledek Bang Heru yang sedari tadi hanya diam. 

"Diam!" Bentak Papa. 

Adelia yang tadi menjerit histeris mendadak diam dengan wajah ketakutan. 

"Azlan tolong ceraikan anak saya! Dan pergi bawa keluargamu!" Tegas Papa. 

Aku terkejut,secepat inikah harus berpisah?  

"Pa, tolong beri saya kesempatan!" Ucap Bang Azlan seraya bersimpuh di kaki Papa. 

Bukannya iba, Papa menendang tubuh Bang Azlan.

"Jangan sentuh saya!"

"Saya janji akan meninggalkan Adelia, Pa!" Rengek Bang Azlan berusaha mengharap ampunan Papa. 

Kulirik Adelia yang terlihat  emosi mendengar ucapan  Bang Azlan. "Sampai kapanpun kita tak akan berpisah!" Teriak Adelia. 

---

Jangan lupa kritik dan sarannya ya gaes.

Bantu subscribe dan follow author, jangan lupa rating limanya ya

😊😊😊

Aku keluar kamar saat hari sudah gelap, jika bukan karena perutku sudah meraung-raung minta diisi mungkin aku lebih baik mengurung diri. Kufikir keluarga Bang Azlan sudah pulang,ternyata mereka masih berkumpul di ruang keluarga sambil menikmati nugget yang selalu ku stock di kulkas. 

"Dik, abang mau ngomong!" ucap Bang Azlan saat melihatku. 

Aku hanya mengangguk seraya berjalan menuju dapur tak menghiraukan adik maduku yang terus menatapku dengan tatapan sinis.  

Kubuka kulkas yang isinya sudah sangat berantakan, bahkan nugget yang kustock begitu banyak habis tak bersisa, piring-piring kotor bertumpuk tumpahan minyak goreng berceceran dimana-mana.  

"Siapa yang berantakin dapurku?!" teriakku kesal. 

Kulihat Bang Azlan salah tingkah. "Sudah merusak rumah tangga orang, sekarang dapurku juga ikut dirusak!" 

"Maafkan Adelia, sayang, dia biasa memakai jasa pembantu di rumahnya," ucap Bang Azlan berusaha membela istri mudanya.  

Aku mendengus seraya menatap tajam Bang Azlan. "Dulu aku terbiasa hidup serba mewah bersama keluargaku, demi menikah denganmu kutinggalkan semuanya, menemanimu dari nol, memberikan modal untuk membuka usaha,tapi kamu kurang bersyukur!" Ucapku panjang lebar. 

Bang Azlan menunduk. "Aku yang menemanimu, dia yang menikmati! Enak sekali dia tinggal ongkang angking kaki di rumah!" Gerutuku kesal. 

"Seharusnya kamu menikahi dia dengan acara sederhana, seperti kamu menikahiku dulu! Biar adil, aku diajak hidup susah, sedangkan dia kamu manjakan dengan harta yang aku cari dengan susah payah!" Cercaku lagi. 

Bang Azlan menelan salivanya dengan susah payah,dia tak berani menjawab ucapanku.

Entah kemana keangkuhannya kemarin saat meminta izin menikah lagi, sepertinya hilang karena sudah tak ada lagi uang di kantongnya. 

"Heh,kamu! Jangan diam saja disitu, cepat bereskan kekacauan ini kalau kamu masih mau hidup dengan tenang dan nyaman!" gertakku pada Adelia yang berdiri diambang pintu dapur. 

"Maaas!" Rengeknya seraya menghampiri Bang Azlan. 

Aku mendengkus kesal melihatnya bergelayut dilengan Bang Azlan.

"Mas aku 'kan lagi hamil, masa kamu tega biarin aku beresin dapur?"

Aku terkejut mendengar ucapannya,hamil? Jadi Bang Azlan menikahi Adelia yang sedang mengandung. 

"Bang, kamu kemarin membawa dalil tentang poligami, seolah benar-benar memenuhi syari'at dan paham agama, tapi kamu menikahi Adelia yang sedang mengandung, padahal hadistnya sudah jelas tak boleh menikahi perempuan yang sedang mengandung!" Ucapku panjang lebar dengan tatapan tak percaya. 

Adelia mencebik. "Iri bilang,say! Kamu mandul, sedangkan aku wanita subur! 

Aku menaikkan alisku sebelah. "Untuk apa aku iri dengan pezinah seperti kalian?" 

Kuperhatikan ekspresi Bang Azlan berubah pias. 

"Sedari awal aku sudah yakin, abang nikah lagi pasti karena ada yang tak beres dibelakangku. Ternyata benar, gundikmu ini sudah hamil duluan dan memaksamu untuk menikahinya, kalian pasangan yang menjijikan!" cercaku seraya meninggalkan mereka yang mematung di dapur. 

Kukunci pintu dapur supaya mereka terkurung berdua disana, memberi pelajaran sedikit kepada suami yang tak bersyukur  dan perempuan hina itu ternyata menyenangkan. 

"Bersihkan dapurku sampai kinclong! Kalau belum selesai, gak aku bukain pintu!" Teriakku.  

Adelia berteriak kesal dan menggedor pintu dapur. Aku hanya mengendikkan bahu seraya melangkah menuju ruang tamu,lebih baik aku delivery makanan sambil menunggu mereka membereskan dapur. 

Keluarga Bang Azlan tak ada yang berani menegurku, karna mereka tahu aku lah RATU di rumah ini. Kehidupan mereka yang hedon itu bergantung padaku, sebulan saja aku berhenti mengirim uang jatah bulanan pasti mereka akan kelabakan. 

Kuhemaskan tubuhku di sofa sambil memainkan gawaiku. Keluargaku tak ada yang tahu Bang Azlan menikah lagi, jika mereka tahu aku yakin Bang Azlan pasti akan hancur ditangan abang-abangku. Apalagi aku adik bungsu perempuan satu-satunya, jika aku tergores sedikit saja mereka sudah sangat panik. Apalagi dikhianati seperti ini, mungkin Bang Azlan sudah ditenggelamkan kesungai A****n.

Aku beranjak dari dudukku ketika mendapat notifikasi bahwa pesananku sudah datang, saat pintu terbuka aku terkejut melihat Papa dan kedua abangku yang masih lengkap dengan seragam kerja mereka datang kerumah. 

"Pah, kok kerumah gak ngabarin?" Tanyaku gelagapan. 

Papa memasang wajah datar, kulirik kedua abangku yang juga memasang wajah datar tapi terlihat jelas menyimpan emosi yang siap meledak. Ditangan kanan Bang Heru menenteng makanan pesananku, rupanya pesananku sudah dibayarkan.

"Mana Azlan?!" Tanya Beliau dengan suara menggelagar membuat jantungku berdetak kuat. 

Belum aku menjawab Papa dan Bang Hilman menerobos masuk kedalam,Bang Heru menatapku penuh kasih sayang layaknya adik dan kakak. 

"Kenapa kamu menutupi ini dari kami?" tanyanya dengan wajah kecewa. 

Bang Heru menyerahkan bungkusan Ayam Kapece kearahku lalu ikut masuk kedalam rumah menyusul Ayah yang sudah mengeluarkan lahar amarahnya dihadapan keluarga  Bang Azlan. 

Saat aku masuk kedalam, betapa terkejutnya aku melihat Adel dan Bang Azlan dalam keadaan setengah telanjang. Bukannya bersihkan dapur, mereka malah ingin berbuat mesum di dapur. Benar-benar pasangan menjijikan. Kulihat pintu dapurku juga sudah rusak,mungkin karena didobrak Papa dan Bang Hilman. 

"Hai Adelia? Bertemu lagi kita, baru putus sebulan ternyata kamu sekarang merebut suami adikku," 

Aku terkejut mendengar ucapan Bang Hilman,wajahnya terlihat  kecewa. Bang Azlan pun terlihat terkejut mengetahui bahwa istri keduanya ternyata mantan pacar kakak iparnya sendiri. Dunia benar-benar sempit. 

"Apa abang tahu dia sedang hamil?" Tanyaku. 

Bang Hilman mengangguk. "Tahu,dia sedang hamil anak sahabatku," jawab Bang Hilman.

Woah,ternyata Bang Azlan dijebak oleh wanita licik ini. 

"BOHONG!" teriak Adelia dengan wajah panik. 

Bang Hilman mengeluarkan amplop berlogo salah satu rumah sakit swasta yang cukup terkenal di kota ini. 

"Silahkan kamu baca sendiri, Zlan!" Ucap Bang Hilman seraya melempar kertas itu kewajah Bang Azlan. 

Adelia terlihat hendak merebut kertas itu,tapi ditepis oleh Bang Azlan. Setelah membaca isi amplop itu, wajah Bng Azlan berubah merah padam,matanya melotot nyaris keluar. 

"Dasar penipu!" Bentaknya seraya menampar pipi mulus Adelia. 

Uwh, kasihan sekali. 

Aku menyaksikan pertengkaran mereka sambil memakan ayam goreng, kulirik keluarga Bang Azlan hanya bisa menunduk tak berani membela. 

"Kamu tetap harus tanggung jawab,Mas! Karna kamu juga menikmati tubuhku!" Teriaknya tak terima jika Bang Azlan menceraikannya. 

"Pernikahan kalian itu tak sah, jadi Azlan bebas meninggalkan j*l*ng sepertimu," ledek Bang Heru yang sedari tadi hanya diam. 

"Diam!" Bentak Papa. 

Adelia yang tadi menjerit histeris mendadak diam dengan wajah ketakutan. 

"Azlan tolong ceraikan anak saya! Dan pergi bawa keluargamu!" Tegas Papa. 

Aku terkejut,secepat inikah harus berpisah?  

"Pa, tolong beri saya kesempatan!" Ucap Bang Azlan seraya bersimpuh di kaki Papa. 

Bukannya iba, Papa menendang tubuh Bang Azlan.

"Jangan sentuh saya!"


"Saya janji akan meninggalkan Adelia, Pa!" Rengek Bang Azlan berusaha mengharap ampunan Papa. 

Kulirik Adelia yang terlihat  emosi mendengar ucapan  Bang Azlan. "Sampai kapanpun kita tak akan berpisah!" Teriak Adelia. 

---


Komen (7)
goodnovel comment avatar
Isabella
kenapa ngulangnya banyak banget jadi baca ya ribet
goodnovel comment avatar
Zaitun Mamat
kenapa asyik ulang yang sama saja.. aduh.. jadi kurang minat mau baca
goodnovel comment avatar
Cindy Natalia
ini gmn ya Thor, ceritanya lumayan bagus tapi kok ngulang2 trs .. bisa habis koin sia2 klo terus baca cerita ini
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status