Share

Kepergok

Sapuan lembut dari indera pengecapnya membuat tubuhku kehilangan setengah kesadaran. Aku hanya bisa pasrah menerima sentuhan-sentuhannya. Meskipun dulu kami sering melakukannya, tapi kali ini terasa berbeda. Aku merasakan cinta dalam setiap sentuhan itu.

"Bolehkah aku melakukannya?" tanyanya, kedua tangannya membingkai wajahku setelah ciuman panas kami tadi.

Aku tidak menjawab, hanya kembali memeluknya dengan erat. Menyembunyikan wajahku yang memerah di dadanya. Aku harap dia sudah tahu dengan jawabanku.

"Jawablah, iya atau tidak," bisiknya di telingaku.

Jika aku harus menjawabnya, aku bisa gila karena malu. Kenapa dia tidak faham dengan bahasa tubuhku, haruskan aku mengatakan kata "iya".

"Jawablah, Mentari," ucapnya lagi.

Tidak mau menjawab, aku memilih untuk membuka kancing bajunya. Kaos yang dia gunakan memang berkerah dan berkancing. Setelah terbuka aku mendaratkan kecupan didadanya yang bidang, hingga suaranya merdu menyebut namaku.

Tanpa menunggu lama lagi, lelaki yang su
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status