WANITA YANG MERINDUKAN SURGA

WANITA YANG MERINDUKAN SURGA

Oleh:  Isna Arini  Tamat
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
4 Peringkat
67Bab
10.8KDibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Tinggalkan ulasan Anda di APP

Sejak awal duniaku sudah hancur oleh perbuatan lelaki yang harusnya bisa jadi pelindungku. Kepergianku untuk menghindarinya nyatanya membuatku tetap terjerumus kedalam lembah dosa, entah karena terpaksa ataupun karena kenikmatan dunia. Namun satu hal yang tetap aku inginkan, ingin kembali ke jalan yang benar. Jalan yang kata orang-orang lurus, jalan yang diridhoi oleh sang pencipta. Entah kapan aku bisa kembali, apakah kata surga hanya akan menjadi sebuah kata yang hanya bisa kurindukan?

Lihat lebih banyak
WANITA YANG MERINDUKAN SURGA Novel Online Unduh PDF Gratis Untuk Pembaca

Bab terbaru

Buku bagus disaat bersamaan

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen
user avatar
Mblee Duos
Hadir kak. kak saling support yuk, di cerita aku MAMA MUDS VS MAS POLISI. Terimakasih......
2022-10-29 07:18:21
1
user avatar
Enisensi Klara
Ada yg baru lagi
2022-10-13 09:12:56
1
user avatar
Rini Rahma
suka sama ceritanya
2022-10-03 15:46:18
1
user avatar
Isna Arini
Selamat membaca, kasih ulasan dan vote yaa teman. Biar semangat update-nya ...️
2022-09-28 22:09:00
0
67 Bab
Mentari yang Tidak Bersinar
Aku tersentak kaget, terbangun dari tidurku saat merasakan sebuah sentuhan terasa di bagian dadaku. Reflek aku menepisnya sekuat tenaga. "Layani aku dengan tenang jika tidak mau pisau ini meng0r0k lehermu," suara berat itu terdengar mengintimidasi diriku. Dalam remang cahaya lampu kamarku, aku melihat sosok yang sedang menindih tubuhku adalah bapak sambungku. Pria yang berapa bulan lalu menikah dengan ibuku. "Ibumu sedang tidak ada di rumah kan, jadi percuma kamu berteriak. Selain itu kamu juga akan kehilangan nyawamu jika berteriak," bisiknya lagi. Aku merasakan benda dingin menempel di leherku, membuat tubuhku semakin ketakutan. Harusnya tadi aku ikut ibu pergi ke rumah simbah yang sedang sakit, daripada aku harus tinggal sendirian di rumah ini dengan lelaki yang tidak ada hubungan darah denganku. Tangan kasar itu mulai menjamah tubuhku kembali, aku hanya bisa diam ketakutan dibawah tekanannya. Bagaimanapun juga aku yang masih belia ini takut jika harus menghadapi kematian den
Baca selengkapnya
Pekerjaan yang Tidak Biasa
Nay, aku hari ini gak pulang ya. Harus menemani Alex hingga besok. Hari ini kontrakku dengannya berakhir," ucapku pada Nayla teman kosanku sekaligus orang yang tahu segalanya tentang diriku.Karena dari dirinya lah semua pekerjaan dan aktivitas yang aku lakukan saat ini berasal. Kami bekerja di tempat yang sama, pekerjaan yang dijadikan sampingan dari pekerjaan kami sesungguhnya. Agar kami terlihat bekerja normal seperti orang pada umumnya. "Wow, akhirnya berakhir juga kontrakmu dengan bule tampan itu. Setelah itu kamu bebas mau ngapain saja, tapi kalau aku lebih memilih hidup nyaman bersamanya. Terjamin materi dan segalanya," ujar Nayla sambil berbisik dan tertawaSaat ini kami sedang makan siang di kantin kampus. Aku dan Nayla sama-sama kuliah di kampus yang sama meskipun beda angkatan dan jurusan. Nayla lebih dulu masuk ke kampus ini, dan aku satu tahun setelahnya. Dia semester empat sedangkan aku baru semester dua. Kami sama-sama mengambil kuliah di hari Sabtu dan Minggu saat ka
Baca selengkapnya
Ikutlah Denganku
"Masuklah," titahnya. Aku yang sejak tadi hanya bengong didepan pintu langsung masuk kedalam kamar mengikuti perintahnya. "Kamu masih saja terkesima saat melihatku, apa aku begitu menawan," ucapnya sambil memelukku dari belakang begitu aku sudah berada di dalam kamar tersebut. "Tentu saja tuan Alex, siapa yang tidak akan terkesima saat melihatmu. Kamu terlihat sempurna di mata wanita Indonesia." Pria yang sedang memeluk erat tubuhku itu hanya tertawa menanggapi ucapanku. Bibirnya memberikan kecupan ringan di pundakku."Aku bilang tidak suka di panggil tuan, itu tampak seperti aku sudah tua," protesnya. Aku hanya tertawa mendengar ucapannya. Dia seperti tidak sadar diri jika memang usianya jauh lebih tua dariku meskipun wajahnya tetap tampan dan rupawan. Tentu saja, usia tiga puluh tujuh tahun memang bukan usia orang tua. "Mandilah, dan berganti pakaian. Aku sudah menyiapkan baju ganti untukmu di dalam lemari," titahnya sambil mengurai pelukannya. "Apa tubuhku bau keringat?" tan
Baca selengkapnya
Akhir Sebuah Kontrak
"Aku masih kuliah di sini, baru satu tahun. Untuk apa aku ikut denganmu, aku tidak memiliki keahlian apapun. Mana bisa aku bekerja di luar negeri." Aku berkata sambil menatap matanya yang biru. "Kamu tidak perlu bekerja, bekerja saja padamu. Apa kamu masih tidak yakin jika aku adalah orang yang bisa mengaji dirimu?" "Oh, kamu mau aku tetap menjadi wanita simpananmu?" Ya tentu saja dia hanya ingin tubuhku saja, orang sepertinya bisa memilih wanita yang seperti apapun untuk melayaninya maupun di jadikan pendamping hidupnya. Apa yang aku impikan, ingin menjadi wanita yang istimewa untuknya. "Aku akan menjadikan dirimu ratu di rumahku," desisnya dengan menempelkan ujung hidungnya yang panjang bak perosotan pada hidungku. Kugigit bibir bawahku, untuk menetralisir detak jantung yang tiba-tiba berdegup kencang. Dia benar-benar berbeda hari ini. Pria bermata biru itu memiringkan wajahnya dan menempelkan bibirnya pada milikku. "Jangan mengigitnya, atau kamu akan terluka." Bisa-bisanya d
Baca selengkapnya
Bertemu Pria Brengsek
Sebuah tangan membekap mulutku, dan menarik tubuh mungilku ke arah rimbunnya semak belukar yang ada di kebun belakang rumah Simbah. Suasana tengah hari yang sepi karena sebagain besar orang kampung kembali beraktivitas di kebun atau sawah serta simbahku yang tidur siang didalam rumah membuat tidak ada yang melihatku diperlakukan seperti itu. "Kamu tidak bisa lari dariku anak manis, jika hanya pergi ke rumah ini aku masih bisa mendatangi dirimu," ucapnya sambil menyeringai. Lelaki yang menikahi ibuku itu, dengan beringas menggagahi diriku di antara rimbunnya semak-semak. Ternyata meskipun kabur dan tinggal bersama simbahku, dia tidak menyerah untuk bisa menikmati tubuhku. Apa mungkin tujuannya menikah dengan ibuku hanya untuk melakukan ini padaku. Aku hanya bisa menahan sakit dan meneteskan air mata menerima perbuatannya. Dering telepon mengagetkan diriku, menariku dari lamunan. Setelah mengakhiri kontrak dengan Alex, kenangan-kenangan masa laluku yang kelam dulu sering kali datan
Baca selengkapnya
Demi Ibu
"Kamu pikir aku takut denganmu? Sini maju jika kamu mau aku hajar," ucapku sambil memasang kuda-kuda. Aku memang sedikit belajar bela diri saat mulai mengenal dunia kelam itu. Aku pikir jika orang asing itu berbuat macam-macam atau memperlakukan diriku dengan buruk maka aku akan bisa membela diri. Ditambah lagi pengalamanku di lecehkan berulang-ulang membuatku ingin bisa menjaga diriku sendiri. Pria di depanku itu tertawa melihat apa yang aku lakukan, "Kamu pikir bisa melawanku?" tanyanya meremehkan. Meskipun aku juga tidak yakin, tapi disini bukan tentang tenaga siapa yang lebih besar, tapi tentang teknik. "Jangan meremehkan diriku yang sekarang, aku bukan Mentari yang dulu. Yang takut denganmu dan bisa kamu perlakuan dengan sesuka hatimu. Dan satu lagi, di kota sana aku juga kuliah, kamu pasti sudah dengar kan dari ibuku. Kamu tahu apa jurusan yang aku ambil? aku kuliah jurusan hukum biar bisa memasukkan orang-orang tidak beradab seperti dirimu kedalam penjara," ujarku mengancam
Baca selengkapnya
Haruskah Kutempuh Jalan Itu Lagi
Tanpa banyak berpikir lagi, aku segera mendatangi rumah sakit tempat ibu di periksa dan di rawat dulu. Aku dan bulek mengecek kesehatan dan kecocokan organ ginjal kami. Semakin cepat melakukannya akan semakin baik, jika aku harus berbagi organ yang ada sepasang itu dengan ibu maka aku rela melakukannya. Setelah melakukan pemeriksaan yang cukup memakan waktu, kami bertiga tinggal menunggu hasilnya saja. Rasanya waktu berlalu dengan lamban, ada harapan dan kecemasan dalam diriku. Bagaimana jika diantar kami tidak ada yang cocok. Mencari donor untuk hal itu rasa-rasanya sangat mustahil bagi kami, melakukan cuci darah setiap saat pun sepertinya akan menyiksa ibuku. "Ya Allah, aku memang bukan hambaMu yang baik. Aku bahkan tidak pernah melakukan kewajibanku sebagai seorang muslim, tapi hanya padaMu lah hamba ini meminta jika dalam kesulitan. Hamba tidak ingin kehilangan ibu hamba," doaku dalam hati. Aku memang hamba yang tidak tahu diri, berdoa padaNya saat diambang keputusasaan. ****
Baca selengkapnya
Pekerjaan Baru
Aku sudah membayar biaya kuliah satu semester ini, uang di tabunganku benar-benar terkuras habis. Usaha mencari pekerjaan yang layak terus aku lakukan, setiap hari keliling kota yang panas dan macet ini sekedar mencari pekerjaan. Makan seadanya, kadang kala Nayla dengan suka rela memberiku makanan yang dia beli. Aku benar-benar mengirit semua pengeluaran dan mengencangkan ikat pinggang. "Kamu jangan selalu membeli makanan dua porsi begini, Nay. Lama-lama kamu bisa bangkrut," ucapanku malam itu saat kami makan nasi goreng berdua di kamar kosanku. Temanku itu lagi-lagi membawa dua porsi makanan untukku dan dirinya. Padahal aku baru saja akan membuat mie instan. "Aku tidak akan bangkrut hanya dengan membelikan dirimu makanan begini, Mentari," sahut Nayla santai sambil mengunyah makanannya. "Kamu sudah dapat pekerjaan?" tanyanya. Aku menggelengkan kepala dengan lemah sebagai jawaban atas perkataannya. Memang, mencari pekerjaan di kota ini tidak semudah membalikkan telapak tangan."
Baca selengkapnya
Kembali Berkubang Dosa
Mataku menatap nanar kearah benda pipih berlayar datar yang sedang aku pegang, baru saja bulek mengirim nominal uang yang harus dibayarkan untuk rawat inap ibu beserta obat-obatannya. Lima belas juta, uang sebesar itu dulu tidak ada apa-apa saat aku bersama Alex. Tapi sekarang dengan pekerjaanku yang hanya pelayan cafe, nominal itu sangat besar. Ditambah lagi aku baru bekerja enam bulan. Helaan nafas panjang, kuharap bisa membuat beban dihatiku sedikit berkurang. Di dalam rekeningku hanya ada lima juta, darimana aku akan mendapatkan kekurangannya? Bisakah meminjam pada tempatku bekerja ini padahal baru bekerja selama enam bulan. Ah, lebih baik aku coba terlebih dahulu. Akan kutemui Pak Bagas sebelum pulang. Segera kuderapkan langkah kakiku menuju ruangan atasanku itu. Aku mengetuk pintu begitu sampai didepan ruangan beliau. "Masuk!" terdengar suara berat dari dalam mempersilahkan aku masuk. Dadaku sudah berdebar-debar terlebih dahulu saat melangkah kaki menuju lelaki yang terliha
Baca selengkapnya
Keluar Kota
Mobil Pajero sport SUV berwarna putih membawa kami menjauh dari kota metropolitan. Entah ke mana atasanku ini hendak membawaku pergi saat ini, katanya dia sedang ada urusan di luar kota berkenaan dengan cabang cafe di sana. Sepertinya Pak Bagaskara memang memiliki usaha di bidang ini dengan banyak cabang di berbagai kota. "Bagaimana jika kamu menjadi sekretarisku saja," ucapnya sambil menggenggam tanganku.Apa-apaan ini, kenapa dia memperlakukanku seperti kami sepasang kekasih saja. Aku hanya diam tidak bisa menjawab perkataannya, bagaimana dengan karyawan yang lain. Aku takut mereka akan curiga jika tiba-tiba saja dari seorang pelayan menjadi seorang sekretaris. Lagi pula setahuku Pak Bagas tidak pernah memiliki sekretaris, dia selalu bekerja sendirian di tempat itu."Kamu bilang kuliah jurusan administrasi perkantoran bukan? Biasanya bidang profesi yang identik dengan jurusan itu adalah sekertaris. Itu bisa menjadi alasan untukku membuatmu menjadi sekretarisku," ucapnya tanpa mem
Baca selengkapnya
DMCA.com Protection Status