Share

Tiga Puluh Tujuh

Dering smartphone milikku yang berada di atas meja mengurai pertautan bibir kami. Aku menatap kearah pria yang saat ini menindih tubuhku diatas sofa.

"Bisakah kamu mengabaikannya?" bisiknya, tatapan memohon terpancar di matanya.

Aku membiarkan benda pipih itu terus berdering hingga mati sendiri. Laki-laki yang sudah menjadi suamiku itu kembali menyatukan bibir kami, namun lagi-lagi suara ponselku mengganggu kami.

"Aku angkat dulu, takut penting," ucapku sambil mendorong tubuhnya perlahan.

Ah, Nayla. Dia menelponku malam-malam begini, belum terlalu malam juga sih.

"Iya, Nay," sapaku.

Aku berjalan menuju balkon, membuka pintunya dan menerima telepon disana. Aku tidak mau menganggu Pak Bagas dengan obrolanku.

"Kamu di mana? Udah pulang apa belum? Tadi aku lihat berita di daerah sana ada tanah longsor dan hujan lebat kamu bisa pulang kan, tidak terjadi apa-apa denganmu kan?" tanyanya bertubi-tubi.

"Nggak Nay aku baik-baik saja," jawabku singkat.

"Yaa ampun, aku tanya panjang leba
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status