WARISAN ISTRIKU (18)Danu melangkahkan kakinya menuju gedung pengadilan agama dengan langkah kaki lebar.Hatinya sudah tak sabar ingin segera bertemu dengan Laras.Sidang kali ini boleh saja perempuan itu hadir dan merasa di atas angin, pikirnya. Tapi tunggu saja setelah ini, Laras pasti tak akan berdaya di bawah ancamannya, ucap Danu penuh percaya diri pada dirinya sendiri.Laki-laki itu kemudian mendekati meja petugas pendaftaran lalu mengabsenkan diri di sana, menyatakan jika dirinya sudah datang menghadiri sidang. Setelah itu ia duduk di ruang tunggu dan mulai mengamati keadaan sekitar. Hmm ... sepertinya Laras belum datang. Di kolom nama penggugat, nama itu masih kosong, belum diisi.Ia pun kemudian meneruskan duduk menunggu hingga tiba-tiba sudut matanya menangkap kedatangan seorang lelaki tampan dengan pakaian rapi dan tas kerja terjinjing di tangannya melangkah penuh percaya diri menuju meja pendaftaran.Begitu berhadapan dengan petugas pengadilan agama, keduanya langsung ter
WARISAN ISTRIKU (19)"Gimana, Dick sidangnya? Lancar?" tanya Laras yang menunggu Dicky di depan kantor lelaki itu saat lelaki itu tiba.Dicky mengangguk singkat lalu berjalan cepat mendahului Laras masuk ke dalam ruang kerjanya."Kamu yakin sudah jujur sama saya, Ras?" tanya lelaki itu tiba-tiba.Laras mengernyitkan keningnya. Tak mengerti maksud pertanyaan Dicky."Maksud kamu?""Ada yang kamu sembunyikan dari saya." Dicky menatapnya tajam. "Tadi, saya bicara sama Danu dan dia cerita soal uang pemberian orang tua yang kamu dapatkan yang jumlahnya tidak main-main. Sepuluh miliar rupiah, benar?"Laras mengangguk."Benar, tapi masalahnya apa kamu bilang aku nggak jujur?" Laras bertanya bingung."Uang sepuluh miliar itu bukan jumlah yang sedikit. Saya nggak ingin tahu dari mana, kamu atau orang tuamu mendapatkan uang itu, tapi kamu perlu tahu kalau di luar sana banyak sekali orang yang sedang kesulitan keuangan. Apalagi kamu pasti tahu persis kalau saat ini ada laki-laki yang tahu jika k
WARISAN ISTRIKU (20)(Aku Tak Tahu Istriku Banyak Warisan Saat Kutalak Tiga Dirinya)Danu menghentikan laju sepeda motornya tepat di depan bangunan perkantoran yang di depannya tertera nama kantor tersebut yakni Lembaga Bantuan Hukum Dicky Prasetya, S.H, M.H & Partner.Laki-laki itu menyeringai lebar sambil menatap dengan penuh kebencian.Sialan, pikirnya. Gara-gara pengacara ini, niatnya ingin bertemu Laras dan menculik perempuan itu menjadi gagal total.Laras tak pernah hadir dalam persidangan dan hanya mewakilkan kasusnya pada pengacara kondang itu saja untuk berperkara di depan sidang pengadilan sehingga rencana yang ada di kepalanya, ingin melarikan dan memaksa Laras menuruti kemauannya untuk berbagi harta warisan miliknya tidak sedikit pun membuahkan hasil.Karena itu, ia pun akhirnya memutuskan, mencari keberadaan Laras dengan mengintai kantor pengacara Dicky tersebut.Ia berpikir pasti Laras akan datang ke kantor ini juga seusai sidang digelar untuk bertanya sehubungan dengan
WARISAN ISTRIKU (21)(Aku Tak Tahu Istriku Banyak Warisan Saat Kutalak Tiga Dirinya)"Bu Laras, ibu nggak papa?" tanya Reno saat Danu sudah pergi dari hadapan mereka.Laras menghela nafas lalu menggangukkan kepalanya."Nggak papa, Ren. Yuk, antar saya pulang," sahut Laras sambil merapikan dirinya lalu masuk ke dalam mobil.Reno mengangguk lalu mengikuti Laras, masuk ke dalam mobil dan menghidupkan mesin yang tadi sudah dimatikan.Namun, belum sempat memasukkan persneling mobil, dari arah kantor, sosok Dicky tampak berlari menghampiri."Laras, kamu nggak papa? Tadi ada Danu ya? Saya lihat dari atas, barusan dia pergi. Bikin masalah apa dia sama kamu?" tanya lelaki itu dengan raut wajah cemas."Nggak apa-apa, Dick, cuma mau maksa aku ikut sama dia, terus Reno datang," terang Laras."Kalau gitu, kamu harus selalu bersama Reno ya. Jangan sekali-kali pergi tanpa pengawalan," sahut Dicky lagi.Laras mengangguk, lalu kembali masuk mobil saat Dicky mengizinkannya ia pergi. Bu Risma dan Pak H
WARISAN ISTRIKU (22)(Aku Tak Tahu Istriku Banyak Warisan Saat Kutalak Tiga Dirinya)Darmi tengah berjalan cepat sambil menenteng belanjaan saat tiba-tiba dari arah belakang, seseorang membekap mulutnya dengan sapu tangan beraroma aneh yang seketika membuat kepalanya terasa pusing tujuh keliling.Ia hendak menoleh untuk melihat siapa yang telah membungkam mulut dan hidungnya begitu rupa serta bermaksud minta tolong suaminya dari orang yang sepertinya ingin berniat jahat terhadapnya tetapi keburu tubuhnya limbung dan lemas.Darmi pun ambruk dan tak ingat apa-apa lagi. Termasuk saat dua orang pemuda tak dikenal yang barusan melumpuhkannya dengan cairan penghilang kesadaran tadi menaikkan tubuhnya ke boncengan roda dua mereka dan membawanya pergi ke tempat tujuan mereka.Sementara itu, Kiswo mulai menyadari jika dirinya telah kehilangan jejak istrinya karena sedari tadi dua orang pemuda yang tak dikenal sibuk mengganggunya dan menjegal langkah kakinya yang hendak mengiringi ke mana istri
WARISAN ISTRIKU (23)(Aku Tak Tahu Istriku Banyak Warisan Saat Kutalak Tiga Dirinya)Imas membuka matanya yang terasa berat dan serta merta merasakan sakit di sekujur tubuhnya terutama di bagian kewanitaannya yang begitu pedih dan perih ia rasakan.Ia bahkan sulit bangkit meskipun sudah berusaha untuk bangun dari posisinya yang tengah terkapar di atas lantai rumah kosong yang kemarin menjadi tempat rombongan Alex membawa asisten rumah tangga Laras ke sana.Gadis itu meraba tubuhnya yang terasa dingin dan terkejut sendiri saat menyadari ternyata di badannya tak lagi melekat barang selembar pun pakaian.Ia ternyata dalam keadaan telanjang bulat dan yang lebih membuatnya terkejut lagi adalah saat melihat cairan berwarna merah tampak membasahi kedua sisi pahanya.Ya, Tuhan. Apa sebenarnya yang sudah terjadi pada dirinya? Hati Imas berbisik nyeri dan kalut.Apakah barusan ia telah diperkosa? Tapi oleh siapa?Dan siapa pula laki-laki bertutup wajah yang barusan membekap mulutnya kuat-kuat s
WARISAN ISTRIKU (24)(Aku Tak Tahu Istriku Banyak Warisan Saat Kutalak Tiga Dirinya)"Kenapa ini ribut-ribut?" tanya Danu yang baru saja bangun tidur dan keluar dari kamarnya."Nggak tahu itu Imas, dari semalam bawaannya aneh. Marah-marah terus!" sahut Bu Sundari sembari kembali menjatuhkan tubuhnya ke kursi makan dengan gerakan kesal."Memangnya kenapa lagi dia, Bu?" Danu ikut duduk dan tak menunggu mandi atau cuci muka lagi, langsung mencomot makanan yang tersedia di meja makan, membuat Bu Sundari yang melihatnya, menatap penuh rasa tak suka padanya."Kamu itu ya, Nu. Mandi enggak, cuci muka enggak, langsung makan aja, apes bener ibu punya anak laki-laki kayak kamu! Pantes saja si Laras bener-bener nggak mau lagi hidup sama kamu, nggak mau lagi kamu ajak balikan, ternyata kelakuanmu parah begini! Pantes si Sonia juga nolak kamu, lha sifat kamu begini, siapa yang mau nerima kamu jadi suami?" cecar Bu Sundari sambil menjentik punggung tangan Danu yang asyik mencomot makanan.Ditegur
WARISAN ISTRIKU (25)(Aku Tak Tahu Istriku Banyak Warisan Saat Kutalak Tiga Dirinya)"Yuni," ucap perempuan itu sembari mengulurkan tangannya pada Danu yang terlihat kikuk.Danu pun terpaksa menyambut uluran tangan itu setelah Bu Sundari mengedipkan matanya sebagai kode agar Danu segera menyambut uluran tangan wanita itu."Danu," ucap Danu pula dengan suara lirih, sambil menarik kembali tangannya dengan buru-buru saat wanita sepantaran ibunya yang biasa dipanggil Mbak Yuni itu menggenggam erat-erat jemarinya seolah tak mau cepat-cepat melepas.Sementara Danu merasa risih karena jujur belum bisa menerima kenyataan jika wanita yang hendak dijodohkan padanya oleh ibunya itu ternyata setua dan senarsis ini."Oh ya, Mbak Yuni, duduk dulu yuk. Saya ambilkan minuman dulu," ujar Bu Sundari memecah keheningan yang sesaat tercipta saat dua sosok manusia di depannya usai berkenalan, sembari memegang bahu Yuni dan membimbingnya untuk duduk.Setelah itu, Bu Sundari pun berpaling pada putranya yang