Karena insiden sore kemarin di penginapan tempat mereka berlibur, Aera dan teman-temannya memutuskan kembali ke Jakarta pukul 06.00 pagi hari agar tidak terjebak macet selama diperjalanan. Sejak saat itu pula, Aera jatuh sakit karna shock menerima paket bangkai hewan disaat mereka sedang berlibur.
“Siapakah dia? Apa yang dia inginkan? Kenapa dia mengincar Aera?”, Pertanyaan itu terus menguasai pikiran Aaron yang tengah mengemudi saat ini. Pikirannya terbagi fokus antara harus tetap mengemudi sama memikirkan keadaan Aera yang sudah tidak baik-baik saja. Karena fikirannya yang semakin kalut, ditambah Aera yang tertidur di kursi samping kemudi dengan keringat yang bercucuran, Aaron memutuskan untuk memberhentikan mobilnya dan diikuti mobil Dimas dibelakangnya.
“Kenapa berenti Aaron?” Tanya Gabriel khawatir.
“James gantiin gue nyetir dong bro, pikiran gue kalut. Ditambah Aera makin gak baik-baik aja, gue mau mindahin dia ke kursi belakang”. Jelas Aaron to the point.
James pun menyanggupi dan pindah ke mobil Aaron untuk menggantikan Aaron mengemudi, sedangkan Aaron dan Aera pindah ke kursi belakang, dan Dimas berdua dengan Gabriel. Selesai pindah posisi, mereka pun melanjutkan perjalanan.
“Gimana keadaan Aera?” Tanya James dari kursi kemudi ke Aaron.
“Makin demam, dari tadi keringat nya nyucur terus. Kita langsung ke Rumah Sakit aja kali ya?” jawab Aaron khawatir.
“Oke, kita langsung ke Rumah Sakit aja.” Lanjut James.
Setelah mengambil keputusan untuk ke rumah sakit, Aaron pun mengirim pesan ke Gabriel untuk memberitahu bahwa mereka akan langsung ke Rumah Sakit Family dan meminta Gabriel untuk langsung ke rumah Aera saja dan memberitahukan ke orang tuanya Aera terkait keadaannya saat ini. Aaron pun meminta Gabriel untuk bertemu di Rumah Sakit saja bersama orang tua Aera nanti.
Sesampainya di Rumah Sakit, Aera langsung masuk ke ruang UGD dan langsung ditangani oleh dokter. Karena demamnya yang sangat tinggi dan terus mengeluarkan keringat sehingga Aera harus di pasang infus dan diberi obat penurun panas, sesaat setelah perawat memasang infus ke Aera, dokter menanyakan keluhan yang Aera rasakan sehingga Aaron pun memberitahukan semua insiden kejadian yang menyebabkan Aera seperti ini kepada dokter.
Selagi Aaron sibuk mengurus Aera di dalam ruang UGD, James berinisiatif menunggu kedatangan Gabriel bersama orang tua Aera di ruang tunggu depan UGD.
Tak lama kemudian, Gabriel dan orang tua Aera datang bersama Dimas dan segera menghampiri James yang sudah menunggu di depan UGD.
“Bagaimana keadaan anak tante James?” Tanya mama Aera dengan sangat khawatir.
“Masih ditangani dokter tante di dalam, ada Aaron yang nemenin.” Jawab James cepat. Setelah mendengar itu, mama Aera langsung masuk ke dalam UGD ditemani oleh papa Aera, sedangkan James, Dimas dan Gabriel menunggu di ruang tunggu.
“Om, tante” sapa Aaron saat melihat orang tua kekasihnya itu masuk ke ruang UGD.
“Aera mana nak Aaron?” kali ini papa Aera yang buka suara menanyakan keadaan putri semata wayangnya itu.
“Habis ditangani dokter om. Kata dokter Aera hanya shock dan panik jadi dia langsung down kaya gini. Hanya butuh waktu untuk istirahat beberapa hari setelah itu jangan sampai merasa tertekan agar Aera cepat pulih. Dokter pun menyarankan Aera untuk dirawat selama beberapa hari karna keadaannya yang masih membutuhkan perawatan lebih lanjut.” Jelas Aaron panjang menyampaikan apa yang disampaikan oleh dokter tadi.
“Ya Tuhaan… Sebenarnya apa yang terjadi nak?” kali ini mama Aera sudah sangat penasaran atas apa yang menimpa putrinya secara tiba-tiba.
“Kita bicara saja di luar ya om, tante.. gimana?” tawar Aaron ke orang tua Aera, karena mereka sedang di dalam UGD dan tidak enak jika harus membicarakan hal ini di dalam karena takut mengganggu pasien lain yang sedang ditangani.
“Boleh, ayuk kita ke ruang tunggu depan saja. Sekalian minta Gabriel untuk menjaga Aera di dalam.” Ajak papa Aera ke Aaron dan istrinya. Akhirnya mereka pergi ke ruang tunggu dan menghampiri Gabriel, Dimas dan James lalu mama Aera meminta Gabriel untuk masuk kedalam menemani Aera.
Setelah Gabriel masuk ke dalam, Aaron langsung membuka pembicaraan dan menceritakan insiden kemarin sore di penginapan setelah mereka pulang dari diving di pulau karang. Mama yang mendengar penjelasan dari Aaron, Dimas dan James akhirnya semakin takut dan khawatir akan keadaan putrinya saat ini.
“Kalian gak tau siapa yang mengirim paket bangkai hewan itu ke penginapan kalian?” Tanya sang papa sambil menenangkan istrinya yang sudah lemas karena shock.
“Kami gak tau om, karena paket itu sudah ada dikamar Aera dan Gabriel saat kami baru sampai dari pulau karang, bahkan pengurus penginapannya saat itu memang sedang tidak ada disana karena ia taunya kami check out dari sana hari ini.” Jelas Aaron panjang.
“Apakah Aera mempunyai musuh dikampusnya?” Tanya mama Aera tiba-tiba. “Bisa saja kan pa, ada yang gak suka dengan Aera lalu mengirim terror kaya gini.” Jelas mama ke suaminya itu.
“Aera di kampus dikenal sebagai mahasiswi yang ramah kok om, te… bahkan ia banyak disukai sama seluruh mahasiswa. Jadi tidak ada yang tidak menyukainya di kampus.” Jawab Dimas menimpali.
“Lalu siapa dong paa… kita gak bisa diem terus-terusan. Ini kedua kalinya putri kita dikirim terror paket seperti ini.” Rengek mama Aera sangat khawatir. Ia sampai tidak bisa berfikir jernih untuk masalah putrinya ini.
“Papa akan selidiki ini, mama tenang aja ya..” jawab papa menenangkan.
Selesai pembicaraan mereka, tiba-tiba Gabriel datang dan memberitahu bahwa Aera sudah siuman. Saat mendengar hal itu, akhirnya papa dan mama Aera menghampiri Aera di ruang UGD, sedangkan Aaron mengurus kamar rawat inap untuk Aera hari ini.
Ditengah kesibukan Aaron saat sedang menyiapkan berkas rawat inap di Rumah Sakit, handphone Aera yang ada di saku Aaron berbunyi menandakan ada telfon masuk. Aaron yang melihat nomor baru yang menelpon nomor kekasihnya itu hanya menatap layar handphone Aera sebentar sebelum mengangkat telfon dari nomor tak dikenal. Setelah berusaha mengingat nomor yang tertera tapi tetap tidak tau itu nomor siapa, akhirnya Aaron memutuskan untuk mengangkat telfonnya.
“Hallo sweet heart, apa kau sudah selesai liburan hahaha” sapa orang diseberang telfon.
“Siapa kau” jawab Aaron sarkas dan menggenggam handphone dengan erat karena menahan emosinya.
“Wait wait wait wait. Ternyata lelaki bodoh yang mengangkat telfon ku hm? Hahaha” jawab orang diseberang telfon dengan mengejek.
“Gue Tanya, lo siapa brengsek!” Tanya Aaron dengan penuh penekanan.
“Gak penting lo tau siapa gue, kalo mau Aera selamat, putusin dia.” Jawab orang diseberang telfon singkat lalu telfon pun terputus.
Saat telfon terputus, Aaron mencoba menghubungi kembali nomor tersebut tetapi tidak bisa terhubung. Akhirnya Aaron menyimpan kembali handphone kekasihnya itu disakunya dan ia akan memberitahukan kepada yang lain terkait telfon yang barusan ia terima.
Aron POVSejak kejadian saat liburan kemarin, gue berfikir keras siapa yang mendalangi semua ini. Pesan, terror, telfon, dan paket. Hal ini gak bisa gue diemin karena menyangkut keselamatan pacar yang gue sayang. Tapi suara di telfon kemarin… rasanya tidak asing, siapa dia?“Aaarrrgghhhh” gue pun mengerang frustasi di dalam kamar karena memikirkan masalah ini.“Gue harus minta bantuan” yah itu yang ada difikiran gue saat ini, akhirnya gue memutuskan untuk meminta bantuan sama temen gue yang ada di Amrik untuk cari tau dalang dibalik semua ini. Tidak menunggu waktu lagi, guepun mendial nomor telfon temen gue yang ahli soal masalah ini.Tuuutt… tuuuttt… tuuuttt…“Hallo, Aaron .. tumben lo nelfon” sapa orang diseberang telfon.“Hai Lex, im sorry about that. But, I really need your help” jawab gue to the point ke Alex. Yah,
Ini hari pertama Alex tinggal di rumah gue, setelah tadi siang gue dan Alex menjemput Aera di rumah sakit untuk mengantarnya pulang, gue langsung memfokuskan pikiran gue untuk masalah ini. Rencananya gue dan Alex mau bahas soal ini dirumah aja, karna ini masalah yang bukan main-main, jadi Alex bilang harus meminimalisirkan orang lain tau kalau gue lagi nyelidikin ini diem-diem. Alex masih beristirahat karna perjalanan panjang nya hari ini. Jadi, sambil nunggu Alex istirahat, gue memutuskan untuk nelfon pacar kesayangan gue dulu. Tuuut tuuut tuuut deringan keempat Aera pun akhirnya mengangkat telfon gue. “Hallo Aaron” sapa nya dengan suara yang masih sedikit serak. “Hallo sayang, gimana keadaannya sekarang?” Tanya gue ke Aera. “Hmmm udah baikan, kamu sekarang dimana?” Tanya nya balik. “Syukur deh kalo udah baikan, aku dirumah ini lagi nyantai aja dikamar.” Jawab gue “Kamu udah munim obat? Jangan sampe telat loh!” lanjut gue lagi menging
“Jadi, kita mau kemana dulu?” Tanya gue ke Alex saat kami tengah sarapan pagi di ruang makan.“Toko perhiasan aja.” Jawab Alex singkat sambil fokus mengoles rotinya dengan selai coklat kesukaannya sejak dulu.“Cuma toko perhiasan?” Tanya gue lagi.“Iya.” Jawabnya singkat lalu langsung melahap roti yang sudah selesai ia oleskan dengan selai coklat tadi.“Oke deh” gue pun kembali fokus ke roti dan segelas susu yang udah ada didepan mata gue. Oh iya gue tinggal di rumah yang terpisah sama orang tua gue. Karena orang tua gue ada di Jogja dan gue di Jakarta.Selesai sarapan gue langsung manasin mobil dan bersiap untuk berangkat ke salah satu mall besar di Jakarta. Sesampainya di toko perhiasan, Alex langsung memilih kalung yang ada berlian kecil yang ada ditengahnya.“Mba saya minta yang ini ya… langsung bungkus aja” pinta Alex ke penjaga toko.“Kok lo yan
Aera POVHari ini gue seneng banget karena Aaron ngasih gue kalung dan cincin didepan temen kecilnya si Alex. Aaahhh beruntungnya gue punya pacar kaya Aaron yang perhatian nya sama kaya bokap gue perhatian ke nyokap. Bisa dibilang, Aaron adalah duplikat laki-laki yang mirip kaya bokap. Laki-laki idaman semua wanita pokoknya.Setelah mereka pulang tadi sore, gue gak berhenti tersenyum sambil megangin kalung yang dia pakein ke gue. Sangking bahagianya, gue sampe guling-guling di kasur kamar karna gak tau harus kaya gimana. Akhirnya ditengah rasa bahagia itu gue memutuskan untuk nelfon Gabriel dan menceritakan soal hari ini.Tuuuttt tuuutttt tuuuuttt… “Kok lama banget sih ni bocah ngangkatnya.” Gerutu gue karena sudah deringan ketiga Gabriel belum mengangkat telfon gue.Sampai di dering ke lima, “Hallo Ra, ada ape?” sapa orang diseberang telfon dengan suara serak khas bangun tidur
Aaron POVSaat Aera pamit ke toilet selesai makan, gue pun menunggu sambil memainkan handphone gue dan membuka applikasi instagram untuk sekedar mencari berita terbaru dan membalas beberapa pesan via DM yang masuk ke instagram gue.Gak kerasa udah lebih dari lima belas menit Aera pamit ke toilet, tapi gak kunjung balik ke kursi kami. Gue pun mencoba menelfon handphone nya, dan ternyata handphonennya ia tinggal di meja. Karena udah terlalu lama gue pun mulai bingung dan panik, gue berusaha nyamperin toilet wanita di cafe ini tapi hasilnya nihil gak ada orang sama sekali. Gue masih berusaha buat tetap tenang dan menanyakan keberadaan Aera ke beberapa pegawai wanita di cafe yang barangkali sempet ngeliat Aera masuk ke toilet.“Mba permisi, liat pacar saya gak yang duduk sama saya dimeja situ tadi masuk ke toilet ini?” Tanya gue dengan sopan ke pegawai cafe.“Oh pacar mas nya yang itu? Sa
Aera POVAlaska. 08.23 am.Hal pertama yang gue rasakan saat membuka mata adalah rasa sakit yang luar biasa yang menyerang kepala gue, seakan-akan habis di benturkan ke dinding dengan sangat kuat. Gue pun berusaha mengumpulkan kesadaran dan melihat ke sekililing. Silau, itu yang terlihat saat pertama kali membuka mata.Tempat yang sangat luas, lembab serta kotor dan bau anyir memenuhi indra penciuman gue. “Tempat apa ini?” fikir gue dalam hati. Saat gue mengedarkan pandangan ke sekitar, dengan tidak sengaja gua melihat beberapa orang yang tergeletak dengan anggota tubuh yang terbuka dan sangat banyak darah. Apa mereka semua mati?“Mati?” saat gue baru menyadari apakah gue akan bernasib sama dengan mereka yang tergeletak didepan mata gue saat ini? Pikiran gue udah melayang kemana-mana… takut. Rasanya gue ingin berteriak untuk meminta tolong. Tapi tangan,
“Sir, posisi nona Aera terlacak berada di Ted Stevens Anchorage Airport, Alaska” Jelas Reynald saat ia sudah berhasil melacak titik koordinat yang ada di kalung Aera. “What? Apa kamu yakin Rey?” Tanya Alex memastikan. “Im sure Sir, but..” jawab Reynald lagi. “Tapi kenapa Rey? Katakan!” pinta Alex tegas. “Titik GPS nona Aera tidak ada pergerakan sejak lima jam yang lalu, dan saya rasa, kalung nona Aera terlepas atau sengaja di lepas oleh pelaku. Karena tidak mungkin mereka berada di tempat keramaian hingga lima jam.” Jelas Reynald lagi. “Oh God! Lawan kita sepertinya cukup cerdik Rey.. pantau terus! Kerahkan semua anak buah untuk mencari Aera di Alaska!” perintah Alex telak. “Yes Sir!” jawab Reynald cepat dan telfon pun mati. Setelah menerima informasi dari Reynald, Alex pun menghampiri Aaron dan dua temannya yang sudah datang. Karena tidak mau berbasa-basi lagi, Alex pun langsung memberitahukan informasi yang baru ia terima.
Sesampainya Aaron dan Alex di bandara internasional Washington, mereka langsung disambut oleh Reynald yang sudah menunggu kedatangan mereka.“Apa kabar Rey?” sapa Alex saat Reynald menghampiri mereka.“Im fine Sir” jawab Reynald singkat. “Welcome to America Sir Aaron” lanjut Reynald menyapa Aaron.“Thank you Reynald” jawab Aaron singkat.“So, bagaimana perkembangannya?” Tanya Alex lagi ke Reynald.“Setelah kami menelusuri bandara internasional Alaska tempat titik terakhir GPS nona Aera yang tidak ada pergerakan, kami menemukan kalung seperti gambar yang tuan kirim ke saya saat itu.” Jelas Reynald sambil menyerahkan kalung milik Aera ke Alex. Aaron dan Alex pun seketika menghentikan jalannya dan memeriksa kalung yang Reynald dan anak buahnya temukan itu.“Ini bener kalung Aera.” Jawab Alex cepat. Lalu mereka pun melanjutkan perjalanan menuju mobil yang sudah m