08.30 PM
SETIBANYA di rumah, Arvin langsung menuju ke kamar. Meletakkan tasnya di atas meja belajar. Lalu, menghempaskan tubuhnya, yang terasa begitu lelah, di atas ranjang yang empuk. Netranya menerawang menatap atap dinding kamar yang berwarna biru langit. Pun, kini benaknya telah berhasil menembus batas waktu, akan kejadian pagi tadi di sekolahnya.
07.15 AM
Tiba-tiba saja, Arvin merasakan tubuhnya terasa remuk dan sakit di bagian kepala. Ia pun memilih untuk izin keluar kelas, menuju ke UKS. Mau tak mau Arvin harus rela tak mengikuti mata pelajaran pertamanya.
Namun, Arvin terkejut saat mendapati Happy, setelah sampai di UKS.
SMU PELANGI memiliki bangunan kantin yang cukup luas. Di bangunan berbentuk persegi yang terbuka itu, berjejer lima stand makanan dan minuman yang dibangun dengan menggunakan tembok permanen. Kendati begitu, di bagian tengah masing-masing stand tepat di samping kanan pintu, sengaja dibiarkan terbuka dengan tembok yang hanya beberapa meter saja di bawahnya. Hal itu bertujuan supaya bisa digunakan sebagai tempat bertransaksi jual beli antara para siswa dan penjual. Pun, kursi dan meja berjejer rapi di depannya. Atap kantin yang terbuat dari genting beton membuat para penghuninya terlindungi dari terik sinar matahari. Pepohonan hijau yang tumbuh di arena Kantin, membuat suasana semakin tampak sejuk.Seperti saat ini, suasana kantin tampak begitu ramai, walau cuaca sedikit terik. Para penghuni kantin menyantap makan siangnya diiringi dengan denting suara sendok dan juga garpu. Tak sedikit dari mereka, yang hanya memesan Pop Ice mbak Wi
ARVIN memandang langit yang tak berbintang dari balkon kamarnya. Sepertinya, malam ini hujan akan mengguyur Ibu Kota. Bisa dilihat dari gumpalan awan berwarna hitam pekat yang terus bergerak maju menyembunyikan indahnya sinar rembulan dan juga bintang. Perlahan, angin dingin berdesir lembut menerpa siapa saja yang berada di bawahnya. Arvin pun memilih beranjak dari pembatas pagar untuk segera masuk ke kamarnya. Sebab, tak ingin dinginnya malam terus menggerogoti tubuhnya.Arvin memilih untuk duduk di kursi meja belajarnya. Membuka buku pelajaran untuk dibaca dan diserap ilmunya. Ia baru ingat, jika besok akan ada ulangan harian di kelas. Oleh sebab itu, kini di antara jari-jemarinya telah terselip bolpoint yang siap untuk bergerak lincah, menuliskan kata demi kata di buku tulisnya. Kebiasaannya, yang suka merangkum apa saja yang dibaca, dan akan dibaca ulang nantinya.
HUJAN semalam, masih terus mengguyur Ibu Kota hingga sampai pada pagi hari ini. Oleh sebab itu, upacara bendera yang sudah menjadi rutinitas di hari senin pagi, terpaksa harus ditiadakan. Hal tersebut, membuat seluruh penghuni sekolah masih memiliki waktu 30 menit sebelum jam mata pelajaran pertama dimulai.The Richest memilih menghabiskan waktu mereka, untuk berkumpul. Kali ini, kelas Raja menjadi tempat utama untuk berkumpulnya anak konglomerat itu. Walaupun pada kenyataannya, kini mereka berempat sibuk dengan aktivitasnya masing-masing. Mereka semua asyik menatap layar ponsel. Kendati begitu, Gavin lebih memilih membaca buku mata pelajarannya, sebagai bekal ulangan hariannya nanti.Kevin memandang takjub layar ponselnya, yang memperlihatkan berita tentang pengeluaran miniatur sepeda motor balap terbaru, dari
“Di tengah hutan, tertawa lepas, jauh dari kebisingan, dan dekat dengan alam.”Glamour Camping atau yang disingkat dengan glamping merupakan kegiatan berkemah dengan menghadirkan suasana kemewahan di tengah hutan. Berbagai fasilitas lengkap yang bisa didapatkan, seperti; tenda yang lebih besar serta alas tidur menggunakan kasur dan bantal.Ada listrik dan juga fan di dalam tenda untuk sirkulasi udara.Juga tenda yang dilapisi double layer sebagai pelindung dari hujan.Glamping akan dilaksanakan selama dua hari ke depan.Dengan mengikuti acara tersebut, semua peserta sudah pasti akan mendapatkan banyak pengalaman baru dan juga bisa menikmati alam dengan cara yang berbeda. Itulah alasan Arvin memilih glamping sebagai
"Ingat ya! Kalau ada yang mau keluar dari tenda, salah satu dari kita harus ada yang jaga tenda." Arvin tak henti memeringati Awes dan juga Yoga.Selama acara berlangsung, mereka bertiga akan berada dalam satu tenda. Dan kini mereka tengah mengatur barang bawaannya, untuk diletakkan di samping kasur mereka masing-masing."Oke," jawab Awes dan Yoga serempak. Ini sudah puluhan kalinya Arvin memeringati. Membuat Awes hanya tersenyum kecil sambil menggelengkan kepala."Kita masih belum tahu siapa Wolf. Bisa jadi dia diam-diam ikut acara ini, dan hanya tinggal menunggu kita lengah aja, buat dia bisa lancarin aksinya," sahut Arvin lagi.Awes dan Yoga kali ini hanya mendengarkan sembari menata barang-barang
HANGAT sinar mentari, masuk melalui celah di antara pohon-pohon pinus yang menjulang tinggi. Suara cicit burung bernyanyi silih berganti. Pun, udara segar mulai menyeruak masuk ke dalam tenda-tenda tanpa permisi.Di pagi menjelang siang ini, siswa kelas 10 sudah berbaris rapi di lapangan. Mereka semua terbakar semangat membara untuk mengikuti permainan outbond. Sebuah permainan yang telah disiapkan oleh para OSIS jauh hari, sebelum acara ini berlangsung.Outbond diwajibkan untuk kelas 10 dengan dibimbing langsung oleh anggota OSIS. Always telah berada di barisan terdepan dengan ke-10 anaknya yang telah berbaris di belakangnya. Begitu pula Arvin dan anggota OSIS lainnya, yang juga telah berada di barisan depan dengan ke-10 adik kelasnya. Di hari kedua ini, mereka semua yakin akan menghabiskan h
WOLF telah berada di tempat yang cukup ramai. Ia akan beraksi tanpa menggunakan jaket andalannya dan tanpa penutup wajah. Terlalu terlihat mencolok jika harus menggunakan atribut seperti itu. Sebab, atraksinya kali ini cukup menantang. Bagaimana tidak? Ia akan nekat melakukan aksinya di tengah keramaian seperti ini.Mendadak, rasa cemas mulai membalut diri. Cemas akan kegagalan yang tak diharapkannya. Namun, tekadnya sudah bulat. Wolf harus benar-benar melakukan aksinya, sesuai dengan apa yang sudah direncanakan semalam. Sampai-sampai ia rela bergadang demi membuat rencana dadakannya itu. Tak boleh ada kegagalan yang didapat. Bisa-bisa, semua penghuni hutan ini akan mengetahui identitas aslinya. Oleh sebab itu, Wolf harus sangat berhati-hati.Kini, Wolf telah berada di antara dua tenda. Pandangannya menjelajah ke arah sekitarnya yang masih tampak begitu ramai. Tak boleh gegab
"Pinky, kamu di mana?" Rosa sedari tadi bingung mencari sandal berwarna pinknya yang hilang."Ya, ampun. Nggak mungkin, 'kan, gue pake sandal cuma sebelah doang," gerutunya kesal. Pasalnya, ia sudah mencarinya di sekitar tenda, hingga sampai di bawah bantalnya. Namun, tak kunjung menemukannya.Happy yang baru masuk ke dalam tendanya pun turut dibuat bingung oleh sikap Rosa. "Kamu lagi nyari apa, Ros?" tanyanya ketika melihat Rosa yang tengah kebingungan mencari sesuatu."Sandal aku hilang sebelah, Py. Tolong bantu aku cari dong!" pintanya dengan masih mencarinya di sekitar kasur miliknya.Happy mengernyit heran. "Aneh, kok bisa hilang, sih?""Aku juga nggak tahu, Py. Tadi, aku ketiduran. Pas bangun, pinky aku udah hilang sebelah," terangnya yang masih enggan menatap lawan bicaranya. Rosa masih fokus mencari benda kesayangannya itu di sekitar kasur miliknya.Happy semakin bingung