Home / Rumah Tangga / Wanita Kedua Milik Pria Arogan / Bagaimana Kalau Nanti Malam?

Share

Bagaimana Kalau Nanti Malam?

Author: Istyanah
last update Last Updated: 2024-08-12 14:28:44

Pergi ke kampus menggunakan sepedanya yang Harjuna sebut “butut” itu jauh lebih membahagiakan untuk Arumi daripada satu mobil dengan Harjuna dan tidak terlintas sedikit pun Arumi ingin pergi bersama pria itu.

Brugh!

“Aw!!”

Arumi merintih cukup keras saat dirinya jatuh di pinggir jalan dan sepeda yang dia kendarai itu menimpa tubuhnya.

Terlalu banyak yang Arumi pikirkan terutama memikirkan nasibnya yang sudah menjadi istri kedua Harjuna hingga Arumi tak fokus saat mengendarai sepedanya.

Arumi menunduk, meringis sedih saat menatap rok midi yang dia kenakan di bagian lututnya robek, pun melihat kaki dan telapak tangannya yang sedikit terluka.

“Ya ampun, aku harus cepat-cepat ke kampus. Kalau sampai telat Pak Harjuna bisa mengusirku!” Arumi memekik, dia hampir melupakan hal penting itu.

Meski kakinya masih terasa nyeri setelah terjatuh tadi, Arumi segera mengayuh sepedanya cepat-cepat menuju kampus, dosen yang mengajar mata kuliah pagi ini adalah Harjuna!

Dosen yang terkenal arogan.

“Keluar!”

Bencana yang Arumi bayangkan saat di jalan tadi pun terjadi, dia terlambat dan Harjuna mengusirnya.

“Maaf Pak tadi saya—“

“Kamu sudah terlambat sepuluh menit dan saya hanya mentoleransi keterlambatan selama lima menit. Kamu pasti sudah paham bukan peraturan ketika mengikuti mata kuliah saya?” Dari depan seluruh mahasiswa yang berada di dalam ruangan itu Harjuna menatap tajam Arumi yang baru beberapa senti melangkah melewati pintu ruangan.

Dengan berat hati Arumi mengangguk, dia terpaksa mengakui kesalahannya. Arumi mundur perlahan dari ruangan itu kemudian keluar dan menutup penuh pintu ruangan.

“Kunci pintunya agar tidak ada yang lancang menerobos masuk dan mengganggu materi yang sedang saya sampaikan!”

Suara Harjuna yang khas dan mampu membuat bulu kuduk berdiri saat mendengarnya terdengar keras sampai ke telinga Arumi, kini Arumi hanya bisa mendesah kesal dan duduk meratapi nasibnya.

Selesai mengajar, Harjuna meminta Arumi datang ke ruangannya dan Arumi pun bergegas untuk menemui pria itu.

“Rupanya kamu sudah pintar menyombongkan diri!”

Kalimat dengan nada menyindir itu menyambut Arumi yang baru masuk ke dalam ruangan yang Harjuna tempati.

“Maksud Pak Harjuna apa?” tanya Arumi mengernyit bingung.

Harjuna melipat kedua tangan di depan dada dan mendongak angkuh memperhatikan mahasiswi di depannya itu yang juga merupakan istri keduanya meski Harjuna tidak sudi mengganggap Arumi sebagai istrinya.

Jika bukan karena menuruti kemauan papanya yang sudah sering sakit-sakitan, Harjuna tidak akan menikahi Arumi, putri dari sahabat papanya. Harjuna hanya menginginkan satu wanita untuk melengkapi hidupnya yaitu Kinara.

“Kamu sekarang sudah menjadi istri kedua dari cucu pemilik kampus ini. Makanya kamu langsung menyombongkan diri dengan sengaja datang terlambat di mata kuliah saya!”

“Maaf Pak Harjuna, saya bukan sengaja datang terlambat, tapi saat di jalan tadi saya sempat terjatuh.” Arumi menjelaskan dengan berusaha mengumpulkan seluruh ketenangannya saat berhadapan dengan dosen arogan itu.

“Alasan klise!”

“Pak Harjuna tidak percaya? Lihat ini, Pak.” Arumi nekat menaikkan rok midi yang dia kenakan sampai ke atas lutut dan menunjukkan luka-luka di kakinya disusul dengan menunjukkan bagian roknya yang robek dan luka di telapak tangannya.

“Saya tidak peduli Arumi! Saya hanya peduli kamu mematuhi peraturan di mata kuliah saya dan satu lagi!” Harjuna bangun dari tempat duduknya, berjalan mendekati Arumi dan menghujani wanita itu dengan sorot tajam matanya.

Arumi mundur-mundur perlahan, nyalinya menciut kembali saat berhadapan dengan Harjuna dalam jarak sedekat ini, bahkan aroma parfum yang khas dari pria itu begitu menusuk indra penciumannya membuat pijakan Arumi sedikit goyah.

“Jangan sampai orang-orang di kampus ini tahu kalau kamu istri kedua saya!” lanjut Harjuna menegaskan di depan wajah Arumi.

Bagi Harjuna akan sangat memalukan jika pernikahannya dengan Arumi yang diselenggarakan secara rahasia dan hanya dihadiri oleh keluarga Arumi, papanya dan beberapa kerabat terdekat kepercayaan papanya itu terbongkar dan diketahui banyak orang.

“Baik Pak Harjuna dengan senang hati saya akan menjaga rahasia itu.” Arumi membalas sedikit menunduk di depan pria itu, tidak sanggup lama-lama memandang wajah Harjuna yang tajam.

“Permisi.” Arumi menarik mundur kakinya dari depan Harjuna kemudian berbalik keluar dari ruangan itu sebelum Harjuna memintanya keluar.

Selepas Arumi keluar dari ruangannya, Harjuna mendaratkan dirinya kasar ke kursi, dia bersandar penuh ke punggung tempat duduknya yang empuk itu.

‘Pria tua ini sudah tak sabar ingin menggendong cucu, Harjuna. Mengingat Kinara yang sudah keguguran dua kali dan sekarang sering sakit-sakitan setelah kecelakaan, papa ragu dia bisa memberikan cucu secepatnya untuk papa. Jadi papa sangat berharap pernikahanmu dengan Arumi bisa memberikan cucu secepatnya untuk papa!’

Harjuna menggeram marah sambil mengacak beberapa berkas dan buku yang menumpuk di atas meja di depannya, dia frustasi memikirkan keinginan papanya.

“Aku tidak mungkin melakukan hal itu dengan Arumi, aku merasa mengkhianati Kinara. Bahkan dengan setuju menikahi Arumi saja sudah membuatku merasa sangat bersalah ke istriku.”

***

Arumi berjalan tergesa sambil memperbaiki letak kacamatanya yang sedikit melorot, dia menghela napas lega setelah keluar dari ruangan Harjuna tadi, sekarang Arumi akan menemui teman kuliahnya di kantin kampus.

“Bagaimana rasanya setelah diusir dari ruangan?” tanya teman kuliah Arumi—Novita yang kini menatap prihatin Arumi.

“Jelas aku malu dan pengin menangis tadi,” balas Arumi menunduk murung.

“Sabar ya Arumi. Pak Harjuna memang begitu. Dengar-dengar sih ya, istrinya itu sering sakit-sakitan. Aku curiga kayaknya istrinya itu sering sakit karena tekanan batin hidup sama Pak Harjuna.”

Arumi terbatuk-batuk kemudian meraih botol berisi air mineral miliknya yang tadi Arumi beli saat baru masuk ke kantin.

“Ya mungkin aja,” sahut Arumi santai.

Arumi sendiri tahu istri Harjuna sakit-sakitan setelah kecelakaan yang menimpa wanita itu dan mengingat Harjuna sangat mencintai istrinya, Arumi yakin Harjuna tidak mungkin membuat istrinya tekanan batin.

Namun, membuatnya tekanan batin dan menderita sangat mungkin. Arumi bergidik takut membayangkan nasib hidupnya ke depannya setelah menjadi wanita kedua di kehidupan pria arogan itu. Semalam dan pagi ini saja Harjuna sudah bertubi-tubi melontarinya dengan ucapan yang menyayat hati.

“Oh iya Rum, nanti malam kamu datang kan ke pesta ulang tahun Soraya?”

Lamunan Arumi terputus, dia segera mendongak menatap Novita yang duduk di depannya. “Iya aku datang,” balas Arumi cepat, Arumi tidak enak hati jika tidak datang di pesta ulang tahun Soraya, apalagi wanita itu dia kenal baik.

***

‘Berikan papa secepatnya cucu, Arumi. Papa sangat berharap besar sama kamu!’

Arumi melamun di taman kampus menunggu mata kuliah berikutnya dan ucapan papa mertuanya di hari pernikahannya itu terus terngiang-ngiang menghantui Arumi.

“Bagaimana ini? Apa yang harus aku lakukan? Memberikan cucu untuk papa itu artinya aku dan Pak Harjuna harus melakukan….” Arumi menutup mulutnya yang menganga.

Arumi bukan bocah yang tak paham tentang hal dewasa seperti itu, apalagi sekarang dia sudah menikah dan sudah seharusnya dia memberikan pelayanan itu untuk Harjuna.

Merasa sangat tersiksa memikirkan permintaan papa mertuanya, Arumi nekat menemui Harjuna di ruangan pria itu, ingin membahas hal penting itu sekarang juga dengan Harjuna.

Beruntung saat dia menghubungi Harjuna, pria itu mengatakan sedang sendirian di dalam ruangan dosen.

“Selamat siang Pak, maaf mengganggu.”

“Mau membahas apa tiba-tiba menemui saya? Membahas alasan keterlambatan kamu tadi pagi?”

Arumi menggeleng tegas.

“Yasudah cepat ada perlu apa sama saya! Habis ini saya mau mengajar lagi!”

Mulut Arumi mendadak kaku, satu kata pun terasa sulit terlontar dari mulutnya, masalahnya yang akan dia bahas dengan Harjuna adalah hal yang dewasa.

“Saya terus memikirkan permintaan papa yang meminta cucu cepat-cepat. Saya merasa sangat terbebani dengan itu, apa sebaiknya kita mencoba melakukannya secepatnya, Pak? Bagaimana kalau nan—ti malam?” Arumi menunduk penuh dan menelan rasa malunya dalam-dalam saat Harjuna hanya meresponnya dengan tatapan dingin.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Wanita Kedua Milik Pria Arogan   Melihat Bulan

    Harjuna berdiri di tengah pintu memperhatikan kepulangan Kinara dan Mika, dia menatap dingin istrinya yang sedang tertawa kecil bersama Mika.“Kamu dari mana Kinara? Kenapa semalam nggak pulang ke rumah?” tanya Harjuna menghadang di depan pintu rumah.Pertanyaan Harjuna dibalas dengusan kasar Kinara. Kursi roda yang Kinara duduki bergerak lagi, tapi dia tetap tertahan di depan pintu karena Harjuna tidak beranjak dari posisinya.“Aku semalam menghubungi kamu berulang kali, tapi kamu tidak juga merespons. Aku khawatir sama kamu, Kinara.” Harjuna sedikit membungkuk di depan Kinara memegang erat kedua sisi kursi roda itu.“Apalagi Mika juga sama-sama susah dihubungin.” Harjuna melirik tajam Mika, tampak dia jengkel ke Mika karena perempuan yang bersama Kinara itu semalam hingga pagi tidak merespons panggilan masuk dan pesan masuknya. Sementara Harjuna sangat membutuhkan informasi tentang Kinara dari Mika.“Bukankah kamu sedang fokus sama istri mudamu itu Mas? Kamu aja rela bertarung demi

  • Wanita Kedua Milik Pria Arogan   Sayang

    Kinara sudah mendengar tentang pertarungan yang akan suaminya lakukan dengan Radit, Kinara mendapat informasi itu dari Mika yang sempat menguping di rumah kecil yang Arumi tempati.“Apa tujuan kamu sampai mengajak Radit bertarung?” Kinara segera melontarkan pertanyaan yang sejak tadi mengganggunya itu saat Harjuna masuk ke dalam rumah.“Jawab aku Mas!” Kinara menyusul Harjuna, dia emosi karena pertanyaan pentingnya tadi tidak dijawab Harjuna.Langkah Harjuna sampai di dalam kamarnya, dia mengubrak-abrik beberapa bagian di dalam lemarinya, mencari baju dan beberapa keperluan lainnya untuk dia bertarung dengan Radit.“Kamu cemburu sama Radit sampai-sampai nantangin dia begitu? Kamu sudah beneran jatuh cinta sama Arumi, Mas?” Dada Kinara naik turun, telapak tangannya meremas erat sisi kursi roda dan tatapannya itu masih tertuju ke Harjuna yang sampai sekarang masih bungkam.Pria itu masih sibuk mengubrak-abrik isi lemarinya hingga menemukan boxing gloves yang sudah cukup lama tidak Harju

  • Wanita Kedua Milik Pria Arogan   Kejutan dan Sentuhan

    Radit dan Ina, dua orang yang setia menemani Arumi saat Arumi sedang sakit. Dia bisa saja meminta ibunya menemaninya agar tidak begitu kesepian, tapi Arumi tidak ingin masalah rumah tangganya diketahui ibunya. Arumi hanya ingin menunjukkan kebahagiaan di depan ibunya.Setiap ibunya bertanya tentang kabarnya, Arumi mengatakan baik-baik saja. Saat ibunya datang mengunjunginya secara langsung bersama Lily ke rumah, Arumi akan menunjukkan wajah bahagianya, menutup semua luka di hatinya.“Saya bantu Nyonya,” kata Radit bergegas memapah Arumi yang baru keluar dari mobil.Setelah dua hari dirawat di rumah sakit, sore ini Arumi kembali ke rumah, tapi sekarang hanya ditemani Radit karena Ina sibuk meladeni Kinara.“Saya bisa jalan sendiri Radit,” kata Arumi sebelum melangkahkan kakinya.Radit tidak mengindahkan, dia tetap memapah Arumi melihat Arumi yang masih pucat dan lemah.Dari kejauhan Harjuna melihat kedatangan istrinya bersama Radit.Harjuna yang masih mengenakan pakaian formal setelah

  • Wanita Kedua Milik Pria Arogan   Rasa Sakit

    Arumi mengusap-usap perutnya, pandangannya tertuju ke rumah besar itu, dia tersenyum miris dengan keadaannya. Hingga kehamilannya memasuki usia 8 bulan, Harjuna masih membencinya setelah kejadian Kinara yang keracunan.Arumi lelah menjelaskan, dia sudah pasrah membiarkan waktu menjawab kebenarannya. Namun, sampai sekarang kebenaran itu belum juga terungkap, dia masih dianggap sebagai seseorang yang meracuni Kinara.“Sudah sore Nyonya, sebaiknya Nyonya masuk ke dalam,” kata Radit kembali ke belakang Arumi setelah selesai menjawab panggilan masuk dari seseorang.Arumi berbalik menatap Radit tanpa menunjukkan ekspresi apa pun, dia melangkah pelan menuju kamarnya.Bersandar di atas tempat tidurnya, Arumi meraih ponselnya yang tergeletak di sampingnya. Arumi tersenyum tipis saat melihat fotonya dengan Harjuna saat liburan di villa beberapa bulan yang lalu.Hari itu dia merasakan kebahagiaan, sayangnya kebahagiaan itu membuat Arumi salah menilai sikap manis yang Harjuna tunjukkan.Tidak ada

  • Wanita Kedua Milik Pria Arogan   Luka dan Fitnah

    Arumi mencoba dahulu bubur ayam buatannya sebelum nanti dia berikan ke Kinara yang sedang sakit.Setelah pulang liburan dari villa Arumi mendengar kabar dari Ina bahwa Kinara sedang sakit. Setelah tahu kabar itu, Arumi berkeinginan untuk menjenguk Kinara sambil membawakan makanan untuk wanita itu.“Nyonya Arumi ini baik sekali ya. Padahal menurut bibi, Nyonya Arumi tidak usah jengukin Nyonya Kinara apalagi sampai masakin bubur ayam buat dia.” Ina geleng-geleng kepala pelan saat memperhatikan kesibukan nyonya muda itu yang pagi ini terlihat semangat memasak dan itu buat Kinara.Arumi menoleh sekilas menatap pelayan itu dan hanya tersenyum merespons ucapan Ina barusan. Arumi lalu menghidangkan bubur ayam buatannya itu ke dalam tempat makan berbentuk bulat yang sudah Arumi letakkan di atas meja makan.“Nyonya mau ke mana?” tanya Radit saat melihat Arumi keluar dari rumah.Seperti biasa sejak semalam Radit berjaga di depan rumah itu tidak peduli meski Harjuna beberapa kali memperingatkan

  • Wanita Kedua Milik Pria Arogan   Takut Jatuh Cinta

    Harjuna tidak begitu memperhatikan Kinara meski istrinya itu memintanya untuk melihat ke arah kamera, Kinara ingin mengabadikan momen bersama Harjuna di taman bunga milik Pak Aji yang berada di villa milik pria itu.“Mas, lihat ke sini dong!” Kinara meraih paksa wajah Harjuna saat tatapan pria itu sedang tertuju ke salah satu arah—tempat Arumi sedang berduaan dengan Radit.“Kamu foto-foto sendiri saja.” Harjuna merespons cuek seraya menyingkirkan tangan Kinara yang menahan wajahnya.“Kamu kok begitu sih Mas? Kamu nggak suka berduaan sama aku? Kamu pengin berduaan sama Arumi makanya sejak tadi kamu mandangin dia terus, hah?!” Kinara terpancing emosi.Sejak Sabtu kemarin saat Harjuna mengajaknya liburan ke villa milik papa pria itu yang berada di puncak, Harjuna lebih banyak memperhatikan Arumi walaupun tak secara langsung mendekati wanita itu dan itu membuat Kinara sangat geram.“Bukan begitu Kinara. Aku hanya sedang kepikiran sama penjelasan dia hari itu. Tentang dia yang katanya diga

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status