공유

Segera Hamil

작가: Arrana
last update 최신 업데이트: 2024-04-06 00:24:23

Riana kembali ke kamar usai tamu yang menemuinya pulang. Padahal ia hanya diminta untuk memilih pakaian-pakaian yang sudah disediakan namun entah kenapa rasanya melelahkan sekali. Membuat Riana seketika langsung tertidur nyenyak usai makan siang hingga sore hari.

Ia sempat bermimpi jika Kelvin pulang ke rumah mereka. Namun Riana yang bangun harus menelan rasa kecewa karena semua ternyata hanya mimpi di siang bolong.

"Padahal aku merasa Mas Kelvin ada di sini," gumanya lantas menatap foto pernikahan yang dipajang di dinding di belakang tv besar di kamar mereka.

Dua hari yang lalu beberapa orang mengantar foto tersebut ke rumah. Dan Riana langsung meminta untuk di pasang menghadap tempat tidur. Agar setiap ia bangun ia bisa melihat wajah Kelvin yang sudah seminggu ini sangat ia rindukan.

"Kamu pergi ke mana sebenarnya, Mas?" lirih Riana lalu menghembuskan napas begitu berat.

Rindu yang menggelegak dengan segudang pertanyaan di kepalanya seolah membuat Riana kesulitan bernapas.

Di tengah lamunannya, suara pintu yang dibuka tiba-tiba membuat Riana langsung menoleh. Muncul lah Kelvin yang selama ini ia cari di sana.

"Mas, itu kamu?" tanyanya seolah tak percaya.

"Aku di sini, Riana," ucap Kelvin dengan posisi masih berdiri di ambang pintu.

Riana mengucek kedua matanya berulang kali. Seraya meyakinkan kalau yang dilihatnya bukanlah ilusi.

"Aku pulang, Riana." Kelvin kembali meyakinkan.

Suara dan sosok yang nyata itu akhirnya membuat wajah Riana seketika sumringah. Kelvin menutup pintu lantas menghampiri sang istri yang sudah lebih dulu berlari dan memeluknya begitu erat.

"Mas ke mana saja?"

"Maaf, membuatmu menunggu lama," ujarnya lalu menggendong Riana dan membawanya kembali ke atas kasur.

"Aku rindu."

"Aku juga," bisik Kelvin tepat di wajah Riana sebelum mencium bibirnya.

Kelvin lantas mengajak Riana berbaring dalam pelukannya. Matanya terpejam rapat meski sebetulnya Kelvin tidak tidur. Ia hanya merasa lelah dan sejenak ingin menikmati keheningan dalam dekapan tubuh Riana yang hangat.

"Aku tidak tahu harus menghubungi Mas ke mana. Kenapa tidak ada kabar lama sekali?" cicit Riana protes.

Kelvin tak merespon, Riana pikir memang bukan waktu yang tepat untuk bertanya tentang Kelvin dan pekerjaannya lebih jauh.

Alih-alih semakin protes, Riana mencari ide apa yang harus dilakukannya untuk membuat Kelvin nyaman saat ini.

"Pejamkan matamu. Jangan bergerak-gerak."

"Kenapa?" tanya Riana mengulur pelukan.

"Bulu matamu membuat leherku geli."

Riana terkikik kecil lalu kembali memeluk Kelvin dan mengusap-usap punggung sang suami.

"Mas mau mandi?" tawar Riana memecah keheningan setelah hampir setengah jam mereka hanya berbaring dan saling memeluk dengan mata terpejam.

Kelvin sempat tertidur sesaat namun langsung tersadar ketika Riana mengulur pelukan mereka dan bertanya.

"Mandi?"

"Iya. Berendam di bathub?" ujar Riana membuat mata pria itu akhirnya terbuka. "Kamu terlihat lelah sekali, Mas. Mau aku siapkan air hangatnya sekarang?"

Kelvin menatap wajah teduh dan tulus itu untuk beberapa jenak sebelum akhirnya mengangguk.

Riana langsung bangun dan bergegas menuju kamar mandi dengan riangnya. Membuat Kelvin tak ayal menatap perempuan itu dengan senyum di wajahnya.

"Seperti anak kecil, " gumanya lalu berbaring kembali dengan kedua telapak tangan menumpu kepalanya.

Kelvin memejamkan matanya sementara Riana sibuk menyiapkan keperluan mandinya.

Riana memasukan wewangian sabun yang menurutnya sangat harum dan akan membuat Kelvin merasa nyaman serta rileks saat berendam nanti.

Tak lupa ia juga menyalakan lilin aroma terapi yang diletakan di beberapa tempat dan tepian bathub. Membuat suasana kamar mandi yang sengaja dibuat temaram semakin tentram dalam kesyahduan.

"Kalau ada hp aku bisa nyalakan musik relaksasi untuk Mas Kelvin."

Sepertinya Riana harus meminta ponsel pada Kelvin mengingat ia kehilangan ponselnya saat kejadian naas malam itu.

Selain itu dengan ponsel ia bisa menghubugi Kelvin nantinya jika pria itu pergi lagi dalam waktu yang lama.

"Mas, ayo bangun! Airnya sudah siap," Riana menggoyangkan tubuh Kelvin dengan lembut.

Mereka bergandengan tangan sambil berjalan masuk ke dalam kamar mandi lalu berdiri berhadapan.

"Kenapa?"

Riana segan melakukannya. Namun Kelvin meyakinkan kalau ia berhak melakukan apapun padanya.

"Kamu istriku. Lakukanlah tugasmu dengan baik."

Riana ingat kata-kata Kelvin dulu kalau ia hanya harus jadi istri yang baik dan menyenangkan. Karenanya Riana langsung fokus dengan apa yang dikerjakannya saat ini. Membuka satu persatu kancing kemeja Kelvin lalu melepaskannya.

Dadanya berdegup liar menatap tubuh Kelvin yang hanya mengenakan celana kain di hadapannya. Kelvin pun langsung melepaskan ikat pinggang dan celananya hingga menyisakan dalam saja. Membuat wajah Riana tertunduk dalam malu.

Gemas dengan reaksi sang istri, Kelvin langsung menarik Riana ke dalam bathub bersamanya.

"Mas! Pakaianku jadi basah."

"Kenapa kalau basah? Lepaskan saja kalau begitu," ujar Kelvin membuat Riana malah salah tingkah.

Kelvin tak menyia-nyiakan waktu. Tangannya bergerak cepat melepaskan pakaian Riana yang basah lalu mendudukkan sang istri dengan posisi membelakanginya.

Riana menyilangkan tangan di dada saat Kelvin hendak melepaskan kain penyangga dadanya.

"Mas jangan diremas," ucap Riana setengah mendesah karena kejahilan tangan pria tersebut.

Kelvin menahan senyumnya sambil menelusupkan jarinya ke bawah. Membuat Riana reflek memukul tangan suaminya yang nakal.

"Mas, jangan nakal."

"Kenapa? Kamu tidak mau?"

Riana terdiam.

"Aku sangat merindukanmu," bisik Kelvin sedikit menggigit telinga Riana, membuat sang istri meremang hebat.

"Sudah pernah cek?" lanjut Kelvin membuat Riana sadar kembali.

Kepalanya menengok ke samping. "Cek apa?'

"Tes kehamilan."

"Tidak. Lagipula aku sepertinya belum hamil. Kita kan..."

Riana menggigit bibir. Merutuk diri karena sudah keceplosan dan hampir mengungkapkan hal yang membuatnya malah jadi malu sendiri sekarang.

"Kita kenapa?" tanya Kelvin membalikkan tubuh Riana menghadapnya. "Katakan cepat!" ancam Kelvin sambil meremas pinggang Riana.

"Kita baru berapa kali melakukannya. Jadi mungkin saja..."

Kalimat Riana tenggelam dalam pagutan Kelvin yang begitu menuntut dan menggebu hingga membuat napas mereka terengah-engah.

"Tidak bisa di sini. Ayo mandi!" ajak Kelvin menarik Riana mandi di bawah shower.

Sayangnya hasrat yang tak bisa menunggu membuat Kelvin tak bisa menahan diri. Riana terpojok dan berakhir dengan dua kali pelepasan dalam posisi punggung yang menekan dinginnya dinding kamar mandi.

"Mas."

Kaki Riana rasanya lemas sekali hingga ia merasa tak sanggup menopang tubuhnya.

Kelvin lantas mendudukkan Riana di atas wastafel sementara ia mencari bathrobe dan mengenakannya pada Riana.

Mereka kembali ke kamar dan Kelvin merebahkan tubuh Riana lalu mengukungnya.

"Mas, basah."

Kelvin tak peduli. Hasratnya tak bisa dijeda. Tubuh Riana yang polos membuat rasa candunya seolah mendidih.

Riana hanya bisa pasrah saat tergulung-gulung dalam kenikmatan yang dihempaskan Kelvin padanya. Membuatnya seketika tertidur usai menggapai puncak kenikmatannya berulang kali.

Kelvin lantas membetulkan posisi tidur Riana. Wajah yang lelap meski dalam kondisi yang berantakan membuat Kelvin tersenyum puas.

"Kamu harus segera hamil, Riana." lirih Kelvin lalu mengecup kening Riana sebelum berlalu menuju ruang kerjanya.

Entah apa yang dikerjakan pria itu namun menjelang pagi Kelvin kembali ke kamar dan berbaring di samping Riana. Mendekap tubuh hangat yang sebelumnya sudah ia pakaikan baju tidur lebih dulu.

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Wanita Kedua Pilihan Presdir   Janji Ayahku

    Kelvin menemui seseorang. Ia meminta orang tersebut untuk melakukan sesuatu. dan untuk hal tersebut Kelvin membayarnya cukup mahal."Ini data-datanya. Cari di mana keberadaan orang tersebut. Dan jika sudah bertemu, amankan sampai waktunya harus muncul.""Baik, Tuan."Kelvin mengangguk lalu pergi meninggalkan tempat pertemuan tersebut untuk menuju tempat yang lain.Namun di tengah perjalanan, ia melihat toko bunga yang sedang memajang rangkaian bunga yang sangat cantik.Kelvin teringat ayahnya yang sering memberikan bunga untuk ibunya. Ia lalu terpikirkan Riana. Berhenti lantas membelinya untuk dibawa pulang.Sayangnya karena Kelvin harus menemui kakeknya dan bertemu dengan Angela, ia terjebak dalam sebuah hal yang tak diinginkan.Angela sengaja menyewa wartawan. Membuat berita baru tentang hubungannya dan Kelvin sehingga berita tersebut menyebar cepat. Membuat Riana tahu kalau suaminya tersebut sudah memiliki tunangan."Jadi, aku adalah perebut laki-laki orang?" gumam Riana menitikkan

  • Wanita Kedua Pilihan Presdir   Bau Gosong

    Sepnjang perjalanan menuju rumah, Riana terus memikirkan tentang percakapannya dengan Reihan atau Gara. Ia lalu teringat akan keberadaan Renata di tempat David. "Tapi Mas Kelvin pasti tidak akan mengijinkanku menemui Renata," gumamnya lalu menatap ke samping.Mobil sedang berhenti di lampu merah. Riana menatap sekitar. Menemukan beberapa sosok anak yang sedang menjual tisu atau mereka yang sedang ngamen dengan alat musik buatan seadanya.Senyum terukir manis di wajahnya. Riana lalu menatap dan mengusap perutnya yang masih rata. Sambil bergumam seraya mengutarakan harapannya terhadap sang jabang bayi."Ada apa itu?" Riana ikut menoleh ketika sang supir mengatakannya."Ada apa memangnya, Pak?""Itu, Nyonya. Ada pria yang ditarik paksa.""Iya, benar. Kenapa nggak ada yang membantu?"Semua hanya diam. Begitupun pengawal yang duduk di samping supir."Sebaiknya kita tolong, Pak." Pengawal tak bergeming. "Pak!""Maaf Nyonya. Tapi tugas saya hanya mengawal dan melindungi Nyonya."Bukan Riana

  • Wanita Kedua Pilihan Presdir   Cinta Yang Tak Tersampaikan

    Kretek...Suara tulang belulang yang dipatahkan terdengar begitu kentara. Sang penonton hanya melihat tanpa ekspresi apalagi bersuara."Ah, ampun! Tolong jangan bunuh saya."Seorang pria nampak berlutut sambil memohon agar tangannya dilepaskan. Tidak ada luka pasti yang nampak di sekitar tubuhnya. Hanya saja, kaki dan kedua tangannya kini terasa sangat sakit dan tak berdaya.Hal tersebut tergambar jelas di wajah pria yang beberapa jam lalu tersebut sudah melecehkan Riana di toilet kafe."Ini peringatan pertama dan terakhir," ucap seorang dengan tato yang nampak memenuhi leher hingga telinganya.Jeda keheningan, hanya ada suara napas yang menghela panjang dan berat. Kelvin mematikan ponsel. Menyudahi tontonan video yang dikirim suruhannya.Meski tak seberapa. Namun ia merasa puas karena orang yang sudah mengganggu Riana mendapatkan balasannya.Kelvin meregangkan keduanya tangannya ke atas sebelum kembali ke kamar dan melanjutkan tidur yang terjeda karena rasa penasaran.Paginya...Rian

  • Wanita Kedua Pilihan Presdir   Beri Pelajaran!

    "Dari mana kalian?!"Langkah Riana dan Gabriella terhenti.Sial sekali memang. Kelvin ternyata pulang lebih awal. Pria itu terlihat sedikit pucat dan kelelahan."Kami habis belanja, Mas.""Iya. Kami tadi belanja ke supermarket. Tuh belanjaannya!" unjuk Gabriella kepada satpam dan pelayan pria yang sedang menjinjing belanjaan."Bibi bilang kalian pergi sebelum makan siang.""Iya. Tadi kami–""Kami mampir ke kafe untuk makan siang dan mengobrol." Gabriella menyela lebih dulu.Selain karena merasa bersalah lupa memberi kabar pada Kelvin, wajah sang sepupu yang terlihat suram membuatnya enggan membuat masalah.Tapi...Masa, sih? Apa Riana ngidam nongkrong di kafe? Batin Kelvin.Satu alis Kelvin yang menanjak ke atas menggambarkan pertanyaan yang enggan ditanyakannya tersebut."Kenapa tidak izin?" Alih-alih, Kelvin malah mengintrogerasi Riana dengan tatapan yang membuat wanita itu menunduk."Saya sudah bilang kalau kamu–""Maaf, Mas. Aku salah."Hah... Riana menangis lagi. Dan itu membua

  • Wanita Kedua Pilihan Presdir   Sial!

    Berbelanja itu seharusnya menjadi momen menyenangkan bagi kebanyakan wanita. Termasuk berbelanja kebutuhan rumah tangga. Hanya saja karena insiden yang terjadi sebelumnya mood Riana jadi berubah drastis. "Ri, kita nongkrong di cafe, yuk?"Perubahan mood yang nampak jelas di wajah Riana membuat Gabriella berinisiatif mengajaknya pergi lagi daripada pulang ke rumah.Dan lagi, sudah lama sekali Gabriella tidak nongkrong-nongkrong cantik di cafe. Apalagi ia juga berencana mengajak temannya untuk bertemu.Siapa tahu bukan, Riana jadi bisa terhibur dan melupakan kejadian buruk yang menimpanya di supermarket tadi."Aku izin mas Kelvin dulu, ya."Gabriella langsung merampas ponsel Riana."Loh, aku mau chat Mas Kelvin.""Nggak usah. Nanti aku yang laporan saja. Kalau kamu minta izin sekarang, pasti nggak dibolehkan."Riana terdiam. Gabriella ada benarnya. Meski dalam hati ia tetap merasa takut jika tidak menghubungi Kelvin dan meminta izin."Ya sudah. Tapi jangan sampai sore, ya. Aku harus mas

  • Wanita Kedua Pilihan Presdir   Orang Gila

    Riana terbangun dini hari karena perut yang bergejolak. Kelvin yang sedang memeluk Riana tentu saja langsung terbangun dan mengikuti istrinya ke kamar mandi.Tangannya dengan peka memijat tengkuk leher Riana. Sesekali juga mengusap pungungnya, menyalurkan kenyaman untuk sang istr yang terlihat kesusahan.Kelvin juga menggendong Riana hingga kembali ke ranjang karena tubuh Riana yang lemas setelah muntah-muntah.Aneh memang.Riana selalu muntah di waktu dini hari sementara ketika pagi hingga petang, perempuan itu malah terlihat sehat bugar bahkan selalu bersemangat setiap melakukan hal yang disukainya beberapa waktu ini, berkebun."Sepertinya anak ini ingin menjadi petani."Riana terkekeh setelah meminum obat mual yang diberikan dokter bersama segelas teh manis yang dibuatkan bibi kepala pelayan."Boleh?""Hmm?" Kelvin mengerutkan kening."Boleh tidak kalau dia nanti jadi petani?"Kelvin tak langsung menjawab setelah mengendiikan bahunya. "Mas?""Tidak masalah. Tapi dia harus jadi peta

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status