“Bagaimana keadaannya, Dok?” Ariyanto bertanya pada dokter yang biasa merawat Nazila. Dia memutuskan untuk memanggil Dokter Thomas Pratama ke kediamannya setelah sang adik menunjukkan berbagai macam reaksi dan respon atas keadaan sekitarnya terutama pengaruh dari kedatangan Alayya ke rumah itu. “Ini sungguh keajaiban, Tuan. Apa yang saya dapatkan dari pemeriksaan kali ini benar-benar mengejutkan saya. Nyonya Nazila dalam keadaan sangat baik. Seperti yang Anda tadi lihat kalau dia udah bisa merespon kedatangan saya,” ujar Dokter Thomas mulai menjelaskan. “Apa itu artinya dia akan kembali normal, Dok?” Kali ini pertanyaan datang dari Maura. Sejak tadi wanita itu tidak henti-hentinya bersyukur akan perubahan yang dialami adik iparnya itu. Dokter Thomas tersenyum. “Untuk kembali normal mungkin hal yang nggak masuk akal untuk saat ini, tetapi paling nggak, kita bisa melihat Nyonya Nazila dapat berkomunikasi dengan lebih baik dari sebelumnya. M
“Apa kamu bilang? Ayya adalah putri dari adiknya Ariyanto yang hilang dan dinyatakan meninggal dua puluh tahun yang lalu?” Mustika tidak bisa menahan diri untuk tidak memekik horor dengan berita yang Oscar sampaikan. Wanita tua itu ternyata tidak kehilangan akal. Setelah tidak mendapatkan jawaban dari Ibrahim, dia langsung memanggil Oscar dan bicara di dalam kamarnya. Pria tinggi dan bertubuh proposional itu mengatakan semua apa yang ingin mustika ketahui. “Seperti yang anda dengar, Nyonya. Dengab begitu, Tuan Ariyanto akan menjadi wali Nona Ayya di hari pernikahannya nanti. Dan ada satu berita mengejutkan lagi untuk Anda.” Oscar melanjutkan perkataannya. Mustika yang tadi membelakangi Oscar pun kembali menoleh pada pria itu. “Apa lagi?” tanyanya datar. “Kemungkinan setelah menikah Nona Ayya akan membawa ibu kandungnya tinggal di sini, dan itu udah dapat izin dari Tuan Ibrahim, Nyonya.”“Astaga! Kenapa harus bawa orang sakit dan lumpu
“Oscar udah pulang?” Alayya memejamkan kedua matanya kuat-kuat. Jelas dia terkejut dengan suara berat nan khas milik Ibrahim. Dia sampai memegang dadanya seakan-akan menahan jantungnya agar tidak copot. Alayya segera memutar tubuhnya sambil bersungut-sungut, “Abang mau bikin aku mati berdiri ya? Nggak bisa sih, nyapa dulu baru bicara?”Ibrahim tersenyum miring. Dia tegakkan kembali tubuhnya yang sedang bersandar di salah satu dinding rumahnya sambil melipat tangan di dadanya.“Maaf mengejutkanmu. Salah sendiri jalan sambil melamun,” ujarnya masih mempertahankan senyuman di bibirnya meski gejolak di hatinya sangat menyesakkan dadanya. Bagaimana mungkin, orang yang dia percayai selama ini bisa menyukai wanitanya?“Aku nggak melamun, ya, Bang. Abang aja yang nanya tapi nggak pake basa basi dulu!” celoteh Alayya lagi dengan bibir manyun dan wajah memerah karena kesal. Sambil melangkahkan kaki mendekati Alayya, Ibrahim kembali berkata, “Okay, I'm sorry. Tapi ngomong-ngomong kalian ngobro
“Tuan muda bilang apa?” Dev bukannya tidak mendengar hanya saja, hal seperti ini sudah lama tidak diminta oleh tuannya ini. Dev tentu harus memastikan pendengarannya. Khrisna melepaskan tangannya dari cekalan kedua ajudannya lalu melangkahkan kaki mendekati Dev. Dia cengkeram kerah jas Dev dengan kedua tangan sambil berucap, “Sekarang juga carikan wanita buatku. Aku ingin bersenang-senang dengannya sampai pagi. Kamu dengar itu Dev.”“Ta-tapi Tuan, Anda sudah lama tidak membeli wanita, kenapa malam ini ….”“Diam!” desis Khrisna yang sukses membungkam mulut Dev. “Lakukan perintahku sekarang atau aku akan memecahkan kepalamu ini,” lanjutnya sambil menunjuk pada dahi Dev dengan jari telunjuknya. Tentu saja itu membuat Dev ketakutan. “Oke, Tuan muda. Aku akan carikan wanita itu. Biar Boy dan Miko yang antar Anda ke hotel, oke?” Seringai senyum terbit di bibir Khrisna, hatinya mendadak berbunga-bunga mendengar Dev bersedia mencarikan wanita untuknya. Khrisna yang hampir satu tahun ini ha
Seringai senyum tercetak jelas dari bibir seorang pria yang saat ini sedang berada di atas tubuh seorang wanita cantik. Tangan kanannya bergerak menyusuri sisi wajah wanita itu. Pelan, yang mana membuat bulu kuduk si wanita meremang seketika. Sama halnya dengan si pria, wanita cantik berkulit putih itu pun menebar senyum yang menggoda juga gerak tangannya yang melingkar pada leher kokoh pria yang tak lagi muda, tetapi tetap terlihat garis ketampanannya itu seketika mematik hasrat kelaki-lakiannya. “Malam ini kamu harus jadi milikku, Ayya,” bisiknya lirih tepat di telinga sang wanita yang biasa dipanggil Ayya itu. Embusan napas hangat yang menerpa wajahnya seketika membuat sekujur tubuh sang wanita membeku. Pria itu kembali tersenyum, lalu menatap penuh nafsu pada bibir berpemulas merah merona juga seksi itu. Perlahan dia gerakan bibirnya mendekati bibir wanita itu, tetapi sial. Baru saja kulit bibirnya akan menyentuh bibir seksi yang sedari tadi menggodanya itu, ketukan pintu kamar
Satu detikDua detikTatapan tajam dari iris mata sehitam jelaga milik Ibrahim berhasil membungkam mulut Alayya. Wanita cantik berhidung mancung itu pun sampai tidak bisa berkedip karena terpesona oleh ketampanan yang dimiliki pria di hadapannya ini. Jantungnya pun ikut berdentam-dentam seakan tahu siapa yang sedang ada di dekatnya. Refleks tangan kanan Alayya menyentuh dadanya sendiri. Dirinya tidak mengerti kenapa bisa merasa deg-degan seperti ini.“Kenapa diam? Apa jantungmu berbisik memberi tahu siapa saya?” tebak Ibrahim sambil tersenyum sinis kala melihat Alayya meraba dadanya sendiri. Alayya tidak terima, dengan kedua tangannya dia dorong tubuh Ibrahim menjauh. “Jangan asal bicara Anda, Tuan. Saya tidak mengenal Anda apalagi almarhum istri Anda. Lebih baik Anda pergi dari sini dan biarkan saya melanjutkan pekerjaan saya.”Wanita itu kembali membuang muka, sekuat tenaga dia mencoba mengingkari apa yang sudah dirasakan pada jantungnya sendiri. “Alayya Farhana Pramudhita, 24 ta
#ziya_khan21#tugas_revisi_1#CEO_3_terima_ayyaAlayya mendelik tak terima dengan penilaian Mustika. Benar dia memang wanita malam, tetapi dia bukan perempuan murahan yang bersedia tidur dengan sembarang pria.“Bisa jaga mulut Anda, Nyonya!” sentak Alayya dengan wajah geram.“Ayya, bersikaplah sopan pada Tanteku,” kata Ibrahim berang dengan ucapan Alayya.Alayya berdecak sebal, lalu menatap kesal pada pria rupawan itu. “Aku akan bersikap sopan pada orang yang sopan padaku. Jelas-jelas Tante Anda yang mulai duluan.”“Kamu pikir siapa kamu ini, berani bicara seperti itu di rumahku?” Mustika menyela dengan nada naik satu oktaf. Alayya tertawa sumbang. “Oh ya? rumah Anda? Saya nggak tuli ya, Nyonya. Ini rumah Tuan Ibrahim bukan rumah Anda!” Mustika melotot mendapati perlawanan dari orang yang bahkan tidak dia kenal sama sekali. Wanita paruh baya yang selalu dominan di dalam rumah besar ini pun tidak terima dengan sikap Alayya yang dirasa kurang ajar. “Ibrahim cepat katakan sama Tante si
Kalau saja menemukan gunting di dalam kamarnya, Alayya sudah pasti akan memotong gaun tidur panjang berbahan satin ini. Sayangnya, sudah membongkar semua isi laci yang ada di ruang ber-AC ini, wanita itu tidak juga menemukan benda tajam itu. Bagaimana tidak, Alayya tidak pernah tidur dengan baju sepanjang ini. Baju tidur yang biasa dia pakai hanya sebatas paha atasnya, sering kali hanya mengenakan pakaian dalam saja, tapi sekarang lihatlah dirinya. Baju tidur yang Alayya paham pasti harganya mahal ini melekat di tubuhnya. Tidak ingin memakai, tetapi protes yang dia lontarkan pada Christy juga Ibrahim sama sekali tidak di dengar. Apa tadi yang Ibrahim bilang, “Nggak akan ada baju-baju lama kamu di sini.”“Kenapa?” Alayya jelas terperangah saat itu, padahal dia tahu kalau Ibrahim akan menyuruh orang untuk mengambil baju-bajunya di kos-kosan. “Semua pakaian di lemari itu bukan selera saya.” protesnya lagi. “Saya tahu, tapi mulai sekarang kamu harus pakai itu, meski belum bisa seperti