Menurut kalian, apa kalian setuju dengan pilihan yang diambil oleh Daisy? Mulai Bab selanjutnya kembali POV James ya.. Jangan bosan membacanya
POV James Hari ini adalah hari pertunangan kami, aku sudah menantikannya dari jauh hari. Jika aku boleh memilih, sebenarnya aku ingin langsung menikah dengannya. Namun pasti Daisy tidak akan setuju dengan keputusanku itu, dia selalu mengutamakan kebahagian orang lain dari pada dirinya sendiri. Itulah salah satu alasan aku bisa mencintainya sedalam ini, karena dia benar-benar penyayang. Aku sudah bersiap dengan tuxedo yang aku kenakan, dengan rambut yang kutata ke belakang yang membuatku terlihat sedikit lebih muda. Setelah merasa semua sudah pas dan sempurna, aku pun melangkahkan kakiku ke ruangan tempat acara ini akan berlangsung nantinya. Walaupun aku sudah pernah menikah sebelumnya, namun perasaan tegang dan gugup tetap ku rasakan. Aku mencoba mengatur napasku agar rasa gugupku tidak terlihat, dan juga agar Daisy tidak mengetahui kegugupanku ini. Aku ingin terlihat gagah di depannya, agar dia tidak akan bisa berpaling dariku. Acara pun akan segera dimu
"Kamu pasti ingat kami, kami selalu tahu kehidupanmu dari Mami. Ternyata ada untungnya kamu menjadi wanita panggilan, akhirnya kamu bisa mendapatkan pria kaya seperti ini."Kini aku paham garis besar keadaan ini, sepertinya kedua orang ini adalah orang tua kandung Daisy, namun Daisy selama ini bilang kalau dia yatim piatu. Daisy terlihat lebih gemetar dari tadi, sedetik kemudian dia langsung berlari keara Alice dan menyambar tasnya. Dia pun langsung berlari keluar, tanpa melihat ke arah belakang lagi. Aku berlari menyusulnya, berusaha memanggil namanya berkali-kali namun tidak menghentikan langkahnya untuk masuk ke dalam taksi yang dihadangnya. Aku mengambil kunci mobil yang ada di saku kemeja, dan berlari menuju mobilku yang terparkir di samping gedung. Aku mempercepat laju mobil, untuk mengejar taksi yang di tumpangi oleh Daisy tadi. Namun aku kehilangan jejak taksi itu, ketika terhalang oleh lampu merah yang lumayan lama. Disepanjang perjalanan aku masih tidak tahu
Beberapa jam setelah aku menjelaskan kepada keluargaku tadi, ponselku berdering dan memperlihatkan nama Lina terpampang di layarnya. Aku mengangkat panggilan itu dan mendengarkan perkataan Lina dengan seksama. Ketika panggilan berakhir, seluruh badanku terasa lemas tidak bertenaga. ***Kini aku sudah berada di dalam rumah Lina, aku mengangkat gelas berisi teh yang sudah disiapkan dan menyeruputnya perlahan. Tadi aku lansung bergegas menemuinya, setelah aku berhasil menguatkan tubuhku untuk mendengarkan penjelasan Lina lebih lanjut. Lina mulai duduk, di kursi seberang tempatku duduk menunggunya. Dia menyerahkan secarik kertas kepadaku tanpa mengatakan sepatah katapun. Aku meraih kertas itu dengan ragu, kemudian membukanya secara perlahan. Air mataku menetes begitu saja, setelah melihat dan membaca tulisan tangan Daisy yang berada disana. *** Dear James, Maafin aku harus pergi, aku sudah tidak ada muka untuk bisa bertemu denganmu dan keluargamu. Aku sagat ma
Sudah sebulan sejak kepergian Daisy setelah pertunangan kami. Orang yang aku minta untuk mencari jejaknya, sampai sekarang masih belum mendapatkan hasil apa-apa. Aku merasakan kesepian yang mendalam, yang membuatku hanya bisa tidur setelah aku menenggak minuman.Orang tuaku semakin sering mengunjungiku untuk membawakan makanan, namun makanan itu tidak pernah aku jamah sedikitpun. Sebenarnya aku tahu perbuatanku saat ini akan menyakiti orang-orang disekitarku, tapi nyatanya pikiran dan hatiku yang sebelum ini terbiasa terisi penuh dengannya, sampai saat ini masih kosong dan tidak bisa melupakannya. Membuatku semakin rapuh dan terpuruk setiap harinya.Mungkin orang-orang akan mengataiku bodoh, karena aku menyia-nyiakan hidupku hanya karena seorang perempuan. Aku sangat tidak peduli dengan pemikiran orang lain, aku hanya merasa tidak pantas hidup seperti biasa, ketika aku tidak tahu bagaimana kondisi orang yang aku cintai saat ini.Aku hanya ingin mendapat kabar dariny
"Baiklah, apa syaratmu?" Kucoba meladeni permintaan Lina, akan aku lakukan apa saja asal aku bisa mengetahui apa alasan Daisy sampai pergi meninggalkanku. "Aku hanya minta satu hal, tolong balaskan dendam Daisy kepada orang-orang yang telah menhancurkan hidupnya. Terutama orang tuanya, aku sudah tidak tahan lagi dengan kesengsaraan yang Daisy alami karena mereka." Terlihat tatapan mata Lina yang penuh dengan dendam, bahkan orang lain yang tidak merasakan langsung bisa sebegitu dendamnya. Aku semakin penasaran dan sedikit resah mengetahui seluruh kehidupan Daisy. Orang kepercayaanku hanya bisa mengorek kehidupan dan masa lalu orang tuanya, tanpa tahu kehidupan Daisy sebelum bertemu denganku. "Baiklah, aku akan menepati janjiku. Aku pun tidak akan tinggal diam, jika mengetahui orang-orang yang telah menyakiti orang yang aku cintai." Aku sangat bersemangat ketika menjawabnya. "Oh iya, jangan menyelaku saat aku bercerita. Dengarkan saja sampai ceritaku selesa
Kami tenggelam dalam pikiran sendiri-sendiri, setelah Lina menghentikan ceritanya karena tidak dapat menahan air matanya. Aku menggunya hingga tenang, sambil membayangkan kehidupan Daisy sebelum ini sesuai apa yang diceritakannya tadi. Aku benar-benar tidak menyangkanya, bagaimana orang tua bisa berperilaku begitu kejam terhadap anaknya? Bahkan hewan pun memiliki naluri untuk melindungi anak mereka, sedangkan mereka berperilaku lebih buruk dibandingkan seekor hewan.Setelah hampir setengah jam tidak ada dari kami yang membuka suara, aku pun bersiap untuk berpamitan. Aku berpikir mungkin Lina butuh ketenangan setelah menceritakan itu semua. Namun ketika aku berdiri tanganku ditahan oleh Lina, tangisannya yang kini sudah berhenti, membuat dia kembali menunjukkan tatapan tajamnya. Matanya terlihat masih tersimpan kemarahan yang amat sangat besar, lebih dari ketika dia mencerikan orangtua Daisy tadi. Aku pun langsung paham, dia masih belum selesai bercerita.Aku kembal
"Aku sangat benci diriku sendiri waktu itu, karena tidak bisa melakukan apapun untuknya. Aku hanya mencoba menghiburnya hingga kini, tanpa berani bertanya tentang apa yang sebenarnya terjadi waktu itu.Jangan bilang kepada Daisy, kalau aku menceritakan semua ini padamu. Aku hanya ingin melihatnya bahagia, dan itu mungkin bisa terjadi melihat keteguhanmu selama sebulan ini James.Semoga aku tidak salah ambil keputusan dengan menceritakan semua yang aku ketahui."Prang....Suara kaca pecah terdengar nyaring menyelimuti ruang tamu itu, darah mulai menetes di buku jariku. Ya, aku meluapkan emosiku kepada kaca yang tidak bersalah, satu-satunya barang yang masih utuh di ruangan itu akhirnya hancur juga. Emosiku benar-benar diuji untuk mendengarkan cerita Lina, ingin sekali aku menghajar laki-laki itu saat ini juga. "Kamu tidak akan menyesal sudah cerita kepadaku, aku akan berusaha semampuku untuk membahagiakannya Lin. Apakah pria itu bernama Rendy?" Tebak
Baru saja mobilku melaju, terdengar suara deringan dari ponselku. Kulihat layar memunculkan nama Mama, namun deringan itu segera mati karena terlalu lama menungguku mengangkatnya. Kucoba cek riwayat telepon, ternyata sudah lebih dari dua puluh panggilan tak terjawab dari semua nomer keluargaku. Karena panik aku menepikan mobilku, aku menghubungi nomer Mama dan langsung diangkat di deringan pertama."Halo, Ma. Ada apa?"Aku langsung bertanya tanpa basa basi."Jesen sakit James, sekarang Mama sedang di rumah sakit. Dia sekarang sedang di periksa di dalam oleh dokter."Mama menjelaskan dengan suara yang terbata-bata karena khawatir."Di rumah sakit mana, Ma? James akan kesana sekarang.""Rumah sakit Pelita. Semua keluarga menunggumu disini."Aku pun memutar arah setir mobil, dan melajukannya ke rumah sakit yang disebutkan oleh mama tadi.Sesampainya aku di rumah sakit, aku langsung menuju ruang IGD. Kulihat semua keluarga sedang berkumpul disana, pe