“Kamu mengatakan bagaimana dia bisa mengetahui identitasku? Seharusnya aku yang bertanya padamu, Will!” teriak Amber, masih merasakan kesal karena rencananya yang gagal. “Oh ayolah, Amber. Sekarang kamu melemparkan kesalahanmu itu kepadaku? Seharusnya kamu bisa lebih berhati-hati. Aku sudah beberapa kali mengingatkanmu, kan?” ucap Will sembari memutar bola matanya.
Tak pernah sekalipun terlintas di kepalanya kalau Dominic akan mengetahui identitas wanita itu terlebih dahulu. Amber merasakan amarahnya meluap mendengar jawaban dari lelaki itu, mengingat ketika Selena menghampiri Amber di kamar hotel dan memberi informasi baru terkait pekerjaan Dominic yang sebenarnya. “Hati-hati? Kamu bahkan tidak memberitahuku sosok Dominic yang sebenarnya, Will! Apa kamu pikir bisa semudah itu untuk mengetahui profil lelaki yang ternyata merupakan seorang mafia bengis?!” Amber mendengus kesal di telepon.
Meskipun kesal, Amber tidak akan melupakan sosok Will yang merangkulnya dulu. Ketika SMA, hanya Will seorang yang ada di sisinya ketika tak pernah ada yang mendekatinya. Cacian dan hinaan dari semua orang berhasil dilupakan olehnya karena Will yang selalu menutup telinga Amber. Tapi sayangnya, untuk kejadian terakhir, Amber terpaksa kecewa.
Pria itu tidak pernah muncul di saat-saat terakhir dirinya dirundung sedemikian parah. Will menghilang di saat yang genting, bahkan ketika dia memohon dan mengemis pada para perundung, tidak ada yang mendengarnya. Menurut Amber, Will dan Dominic sama saja. Dia tidak tahu siapa yang bisa dipercaya dan tidak kali ini. Hanya saja, Will lebih tahu cara mengambil hati Amber, dia mampu bermulut manis di hadapan wanita itu.
Will terdengar frustasi saat berbicara dengan Amber di telepon, dia mendesah jengah, “Apakah itu penting memberitahumu mengenai siapa Dominic?” “Tentu saja penting bagiku. Bukankah sebelum aku menerima perjanjian untuk bermalam dengannya, aku sudah mengatakan padamu untuk memberikan seluruh informasi mengenai pria itu? Tapi rupanya, kamu tidak peduli dengan permintaanku!”
“Ya Tuhan, Amber. Aku sudah melakukan banyak hal untukmu. Bahkan, aku melakukan semua ini bukan tanpa resiko. Apa kamu mengerti itu?” Will terdiam untuk sesaat, berusaha mencari kata-kata yang lebih tepat. Dia tidak ingin kalah begitu saja saat berbicara dengan Amber. Amber yang saat ini dia kenal sangat berbeda dari wanita yang dia tahu sembilan tahun lalu.
Amber menyisir rambut dengan jari-jari lentiknya seraya terus mematut dirinya di depan kaca, “Terserah, yang jelas kamu benar-benar membuatku sulit untuk mempercayaimu lagi, Will.” Will mulai merasakan gerah, dia sudah membantu Amber dengan segala cara. Bukannya berterima kasih, wanita di seberangnya justru memakinya.
“Amber, aku sudah meletakkan diriku sendiri di dalam bahaya! Jangan kamu pikir bahayanya kecil, apa yang kulakukan untukmu dapat membuat diriku terbunuh!” Mengingat sifat Dominic yang detail dan perfeksionis, aktivitas yang dia lakukan saat ini jelas membahayakan posisinya.
Tidak mendengar jawaban dari Amber, Will masih memberikan pembelaan terhadap dirinya, “Apa kamu tidak ingat, aku tidak pernah berbohong padamu selama ini? Hanya satu kesalahan kecil ini, lantas kamu memaki aku?” Sejak dulu, Will sering kesal oleh sifat Amber yang keras kepala.
Merasa jengah dengan kata-kata Will, Amber hanya bisa mendengus, “Sungguh, aku tidak peduli, Will.” Dia tidak semudah itu mempercayai mulut-mulut manis para pria buaya yang hanya bisa mempersulit dirinya. Dengan nada memelas, Will kembali meyakinkan Amber untuk tetap memercayainya. “Amber, aku tahu kamu kecewa denganku. Tapi, biarkan aku membantumu untuk menebus kesalahanku di masa lalu. Aku ingin kamu melupakan itu semua," ucap Will dengan nada memelas.
"Melupakan?" Suatu hal yang mudah dikatakan. Setelah kebahagiaannya terenggut, harga dirinya tergadaikan di hadapan banyak orang, hingga dibuang oleh ayahnya sendiri, apakah mudah untuk melupakan? “Aku akan membantumu, tapi aku harus tetap berhati-hati kepada Dominic. Bagaimanapun, dia adalah atasanku, dia juga pemimpin Black Mask, salah satu gembong mafia prostitusi yang ditakuti di beberapa kota."
Amber tersenyum kecil mendengar pengakuan dari Will, tak menyangka semudah itu sang lelaki membeberkan informasi atasannya sendiri. “Basi, Will. Aku sudah terlebih dahulu mengetahui itu semua. Informasi yang kamu berikan itu sudah tidak berguna.” Belum sempat Will membalasnya, wanita itu kembali bersuara, “Sudahlah, jangan hubungi aku lagi.”
Tepat sebelum Amber menurunkan ponselnya dari telinganya, dia mendengar lelaki di seberang berteriak dengan kencang, “Saat ini, perusahaan Dominic terlibat kasus pencucian uang! Jika hal itu tersebar di media, seluruh saham yang dimiliki oleh Keluarga Grey di beberapa perusahaan akan menurun drastis.” ucap Will, berusaha meyakinkan Amber dengan informasi rahasia yang baru saja dia dapatkan di hari itu.
“Bicaramu sudah selesai? Teriakanmu membuat aku sakit kepala. Kita lanjutkan saja pembicaraan ini di lain waktu.” Meneruskan percakapan dengan Will hanya akan membuat Amber amarahnya meluap. Dia pun memutuskan hubungan di telepon, menggantung percakapan keduanya begitu saja.
"Biarkan aku membantumu untuk menebus kesalahanku ...” Suara Will yang terdengar tulus membuat Amber memikirkan kembali perlakuan Will terhadapnya dulu. Namun, lamunannya terhenti ketika mengingat informasi yang ditumpahkan oleh lelaki itu barusan. Seraya menatap wajahnya yang sudah dipoles ke cermin di hadapannya, Amber tiba-tiba mendapatkan ide.
“Halo, Ayah. Bisakah kita bertemu sekarang?”
Brak!Suara gebrakan di meja cukup menyita perhatian beberapa pengunjung yang ada di dalam restoran. Bukan hanya gebrakan, tapi dua orang lelaki menawan dengan warna mata yang sama itu memang sudah cukup menarik perhatian bagi siapapun yang melihat keduanya.“Perjodohan? Ayah sudah gila, ya? Memanfaatkanku sebagai alat transaksi?” Dominic sedikit mencondongkan tubuhnya, kedua matanya menatap tajam ke lelaki paruh baya dengan rambut sedikit memutih yang ada di hadapannya. “Kecilkan suaramu,” balas lelaki itu, seraya memberikan Dominic segelas air mineral dingin dan meletakkan di depan Dominic. Dominic merasakan wajahnya memerah, melihat ayahnya sendiri memasang wajah yang santai, tanpa ada rasa bersalah sedikitpun. Zaman sekarang, mana ada lelaki yang ingin dijodohkan? “Aku tidak akan pernah setuju.” tegas Dominic sekali lagi, tidak ingin menerima perintah ayahnya. Dominic bukanlah pria menyedihkan, untuk apa mengikat diri dengan satu wanita, jika dengan wajahnya saja dia bisa mendat
Dominic mendongak cepat, terkejut melihat sosok wanita yang kini ada di depannya. Netranya disambut oleh manik keemasan milik Amber yang menatapnya dengan menggoda.Amber menaikkan satu alisnya sambil menyeringai, seakan mengejek Dominic dengan kehadirannya.“Kenalkan, ini putri saya, Amber Moore. Amber, ini Dominic Grey. Dia yang akan menjadi pasanganmu nanti.” Lelaki paruh baya dengan setelan berwarna biru dongker itu dengan bangga memperkenalkan putrinya pada kedua pria berbeda generasi di hadapannya saat ini. “Dominic Grey,” ucap Dominic seraya menyambut uluran tangan Amber. Keduanya beradu tatap, bersandiwara seakan tidak pernah mengenal satu sama lain. Jabatan itu tidak langsung dilepas, Dominic bahkan sempat mengelus jemari Amber sebelum melepas tangannya.Suasana di ruangan privat restoran itu terasa dingin ketika semua sudah duduk. Kedua lelaki paruh baya yang sudah lama tidak bertemu itu disibukkan dengan pembicaraan bisnis, membiarkan Amber dan Dominic. Amber membolak-bali
“Lakukan dalam dua minggu lagi.” Ucapan yang dikeluarkan dari mulut Dominic membuat Amber terkejut. Maniknya bergerak ke arah Dominic, mencari isyarat dari lelaki itu yang menunjukkan bahwa dia hanya bergurau. Namun, yang Amber dapatkan hanyalah wajah tampan Dominic yang menatapnya tanpa ekspresi. “Dua minggu? Apakah kamu yakin dengan keputusan itu?” tanya Jonathan, tidak percaya bahwa perjodohan atas dasar kerja sama perusahaannya akan berjalan dengan mudah. Ketika menjabat tangan Dominic untuk pertama kali, dia merasakan aura yang kuat dan dingin dari lelaki itu. Seakan, apa yang dia inginkan, pasti dia dapatkan. Oleh karena itu, Jonathan merasa terkejut dengan Dominic yang menerima perjodohan itu dengan senang hati.“Sangat yakin, Tuan Jonathan. Bahkan, saya sudah bicarakan ini dengan putri Anda tadi. Benar, Amber?” Dominic melirik Amber, menunggu jawaban. Wanita itu menatap Dominic dengan kilatan emosi di matanya, mencoba menahan amarah dengan menggigit bibirnya yang merah. Domi
Kedua mata Selena membelalak tidak percaya, belum lagi dia merasa telinganya barusan pasti salah mendengar.“Maaf, apa aku tidak salah mendengar nama yang baru saja kamu sebutkan?” Selena bertanya pada Amber, karena dia ingin meyakinkan dirinya jika telinganya tidak sedang bermasalah.Amber menggeleng singkat.“Bagaimana bisa, Amber?”“Sebuah keajaiban mungkin? Selena ... ucapkan selamat, aku akan menikah dengan pria itu. Jadi setelah ini kamu tidak akan bekerja mengurus masalah klien ranjangku,” kata Amber.Selena mendesah pelan, dia hanya mengikuti apa yang diinginkan Amber, karena selama ini dia hanya bekerja pada wanita itu.“Lalu?”“Lalu, kamu akan tetap menjadi sekretarisku. Kamu tenang saja, Selena. Kemana pun aku pergi, kamu akan tetap ikut,” jawab Amber dengan yakin.Setidaknya Selena sedikit merasakan lega, dia tidak akan kehilangan pekerjaannya.“Hilangkan apa pun pikiran buruk yang ada di dalam otakmu, Selena. Kamu tidak akan pernah beranjak dari sisiku. Hubungan profesion
“Tu-tunggu sebentar, Ayah mengundang mereka?” tanya Amber. Seringai tipis tersirat samar di wajah cantik Amber.Sungguh tidak terduga sama sekali dia akan bertemu kembali dengan Dominic dalam keadaan ‘normal’, bukan pertemuan yang menciptakan hawa panas dan juga penuh gairah. “Maaf, Ayah tidak memberitahumu. Awalnya aku ingin memberikan kejutan padamu, Amber. Tetapi setelah mendengar semua ceritamu, mari kita mengubah segalanya, apa kamu bahagia?” Jonathan bertolak pinggang, dengan anggun Amber menggandeng tangan kokoh ayahnya.“Hm, aku sudah tidak sabar.”Keduanya menuruni satu per satu anak tangga.Ada sedikit perasaan lega di dalam hati Amber, setidaknya akan ada Jonathan yang membantu meluluskan semua rencananya setelah ini. Berdamai dengan ayahnya, tetapi belum dengan masa lalu. Karena masa lalunya masih belum juga tuntas bagi Amber.“Maaf membuat kalian menunggu.” Kalimat Amber adalah pembuka percakapan di antara mereka malam ini.Kedua mata Dominic terpana untuk sesaat melihat
Dua minggu kemudian pernikahan antara keduanya pun terjadi. Bukan resepsi yang diselenggarakan secara besar-besaran, memang mewah tapi hanya keluarga besar kedua belah pihak yang diundang.Amber selain meminta Jonathan mengundang keluarga besarnya, dia pun sengaja mengundang beberapa klien yang pernah melakukan transaksi dengan dirinya. Dia memang sengaja melakukannya.Dominic terus memperhatikan apa yang akan diperbuat wanita itu. Senyum Amber tak henti menghiasi wajah cantik dan angkuh miliknya, sesekali wanita itu sengaja melirik ke arah suaminya, hanya sekadar ingin mengetahui seperti apa reaksi Dominic.Amber memijat tengkuk lehernya, sedikit pegal, dan dia benci acara resmi seperti ini.“Sayang sekali gedung sebesar ini hanya dihadiri beberapa puluh orang. Kenapa kamu tidak mengatakan sebelumnya jika kamu hanya mengundang segelintir orang saja?” Ada sedikit nada keluhan dari mulut Dominic.Amber melihat perdana menteri yang pernah tidur dengannya pun ada di resepsi pernikahan mer
Dominic melepaskan dasi yang dikenakannya, lalu melemparkan senyuman tipis nan mematikan pada Amber.“Sebelumnya, kau hanya boleh menikmati. Kali ini aku tidak mengijinkanmu menatapku,” kata Dominic pelan.“Sialan, kau ingin mempermainkanku?”Dominic bergerak ke arah kepala Amber, mengangkatnya sedikit, lalu mengikatkan dasi miliknya untuk menutup kedua mata Amber.“Dominic Grey! Kau bajingan!” teriak Amber, kepalanya bergerak ke kanan dan ke kiri, dia mulai merasa panik, memikirkan apa yang selanjutnya akan dilakukan Dominic padanya. Tak lama kemudian, indera penciuman Amber menyentuh serangkaian bebauan yang begitu menenangkan.Seisi kamar dipenuhi aroma therapy jasmine.Dia merasakan sentuhan yang terasa basah pada bibirnya, Dominic mencium Amber, pelan, lembut, namun mampu mengoyak pertahanan Amber saat ini.“Ehmmph!” Amber menggigit bibir Dominic, dia tidak suka dipaksa!Dominic mengusap bibirnya, ada sedikit darah akibat gigitan Amber, tapi ... terasa menyenangkan baginya.“Aku i
“Kau harus makan, Amber,” ucap Dominic saat keduanya berada di meja makan. Hari ini tepat satu minggu Amber menjadi istri seorang Dominic, ada saja tingkah pria itu yang selalu mampu membuat Amber merasa kesal.Tidak pernah terlewati satu malam pun tanpa adanya percintaan yang panas di atas ranjang Dominic, dan Amber selalu saja kalah. Pria itu menunjukkan siapa yang berkuasa saat ini.“Malas. Setelah ini, aku ingin pergi keluar, menemui Selena. Serta membawanya kemari.” Selena belum lama menghubungi Amber, seluruh daftar pelanggan yang ingin membeli jasa Amber, terpaksa dibatalkan dan wanita itu mengembalikan seluruh dana yang telah dikirimkan ke rekening khusus.“Silakan saja, Sayang. Aku tidak akan membatasi gerakmu, kamu bebas ingin melakukan apa pun.” Oh, manisnya, di hadapan semua orang, Dominic terlihat seperti seorang suami yang begitu mencintai istrinya.Tapi di luar itu, terjadi persaingan di antara keduanya.Amber mendengus, di depan semua orang Dominic selalu memperlihatkan