Share

Teror?

"Maafkan Lail, Kak, Lail tidak bermaksud buat Kakak marah."

Lail berujar itu setelah sejak tadi kami sama-sama diam. Ia menyusulku ke pantai beberapa saat setelahnya dan jadilah kini kami sama-sama duduk di atas batu-batu kecil. Perahu-perahu nelayan sudah tidak ada, dan itu karena rata-rata untuk saat ini mereka memancing di waktu siang.

"Sudahlah, Lail, tak perlu bahas itu. Lebih baik kamu pulang, temani Ibu, jangan biarkan Ibu kelelahan sampai terjadi hal tak diinginkan lagi."

"Maaf, Kak, sepertinya itu bukan karena kelelahan tapi mungkin karena suasana hati Ibu."

"Maksud kamu?"

Lail tak langsung menjawab. Ia seperti ragu mengatakannya.

"Beberapa bulan terakhir Ibu seperti menerima telpon dan SMS dari seseorang, saat Lail tanya, katanya bukan siapa-siapa. Tapi setiap kali Ibu menerima SMS atau telpon itu Ibu seperti orang cemas dan syok. Lail sudah coba cek tapi Ibu selalu menyembunyikan hp-nya."

Ucapan Lail mau tak mau membuatku mendadak bangkit, seperti ada sesuatu yang menarik
Locked Chapter
Ituloy basahin ang aklat na ito sa APP

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status