Brian memandang ke arah belakang dimana Miko berdiri. Iya menatap ke arah Miko dengan tatapan tajam. Kesal karena sahabatnya malah tertawa.
Miko tidak peduli dia mengeluarkan tawanya yang sudah sedari tadi dia tahan. Masa bodo dengan Brian yang akan marah padanya. Asal dia tertawa. "Brian ... Brian, bisa-bisanya kamu seperti ini. Baiklah, aku pulang dulu nanti aku datang lagi menjemputmu nanti. Karena kamu tahu 'kan kalau kita mau ke mana. Kalian letak lah di sini biarkan dia yang bawa. Aku pulang, jangan lupa bersiap. Kita berburu," ucap Miko yang segera pergi meninggalkan Brian yang wajahnya terlihat kesal. Brian menatap kepergian Miko yang masuk ke dalam lift dan menghilang. Brian menoleh ke arah kepala pelayan yang saat ini terlihat menundukkan kepala bersama dengan pelayan lain yang membawa paper bag berisi pakaian untuk Bella. Sebenarnya, Brian sudah beli pakaian Bella sebagai dan yang sekarang hanya beberapa yang menurutnya ada yang kurang. "Kalian bawa ke dalam dan atur di lemari baju istriku. Dan siapkan makan malam. Aku mau pergi jadi aku mau istriku makan dulu," ucap Brian memberikan instruksi ke kepala pelayan untuk menyiapkan makanan untuk Bella. "Semuanya sudah saya siapkan, Tuan. Anda jangan khawatir. Kami akan menunggu Anda dan Nyonya di bawah," jawab kepala pelayan Tan. Brian menganggukkan kepala, mengiyakan apa yang dikatakan oleh kepala pelayan Tan. Brian sangat menghormati kepala pelayan Tan yang sudah lama mengabdi dengannya sedari kecil. Dia selalu bersama dengan kepala pelayan Tan setiap hari sedangkan kedua orang tuanya sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Brian anak tunggal dari keluarga Murdock, jadi dirinya dilarang untuk melakukan apapun yang dia inginkan, berteman saja harus di seleksi akan tetapi Miko anak jalanan yang berhasil menjadi sahabat baik Brian dan dia sudah anggap Miko sebagai saudaranya. Kalau sebelum ketemu Miko, Brian benar-benar sendiri dan tidak ada teman sama sekali dia hanya berteman dengan kepala pelayan Tan yang sudah dianggap sebagai orang tua. Jika dia lagi ada masalah kepala pelayan Tan yang akan memberikan masukan jadi dia menuruti apa yang dikatakan oleh pelayan Tan. Brian segera masuk ke dalam kamar untuk bersiap mandi. Bella yang baru keluar dari kamar mandi terkejut melihat Brian masuk. "Maaf, Tuan. Kenapa Anda masuk ke sini?" tanya Bella. Namun tidak dijawab oleh Brian, dia hanya diam dan berdiri di tempat. Kepala pelayan Tan memberikan intruksi ke bawahannya untuk masuk. Beberapa pelayan wanita masuk membawa beberapa paper bag dan menundukkan kepala ke arah Bella. Bella pun ikut menundukkan kepala, mereka segera masuk ke ruangan yang khusus menyimpan baju-baju. Dengan sigap para pelayan wanita menyusun dan merapikan barang-barang yang dibeli oleh Brian. Setelah itu, baru keluar kamar. Setelah pintu ditutup, Brian mendekati Bella dan menatap Bella. "Kamu ini kenapa bertanya seperti itu. Kamu tanya kenapa saya masuk ke sini ? Tentu saja jawaban karena ini kamar saya. Apa kamu lupa ini kamar saya dan juga kamar kamu. Itu artinya, ini kamar kita berdua. Sudah, ya. Pakai bajumu nanti aku akan memakanmu jika tidak pakai baju. Dan juga kita akan makan malam bersama." "Oh, ya aku ingin pergi dengan Miko. Kamu tidurlah dulu," ucap Brian yang segera masuk ke kamar mandi tidak lupa saat melewati Bella, Brian mengusap rambut Bella dan tersenyum ke arah Bella. Bella terdiam melihat apa yang dilakukan oleh Brian kepadanya sangat manis, tapi entah kenapa dirinya menghindar dengan perlakuan Brian padanya. Bella takut jika dirinya jatuh cinta dengan Brian. Karena dia pernah mendengar kalau pria kaya jika sudah mendapatkan wanita lain maka dia akan meninggalkan wanita yang lama. Untuk itu, dia akan menjaga diri agar tidak jatuh cinta dengan Brian walaupun sikap Brian saat ini sangat hangat kepadanya dan dia merasakannya itu, tapi tetap saja Bella harus melindungi hatinya agar tidak kecewa. Bella pun segera berpakaian, dia tidak ingin berlama-lama di kamar tersebut. Setelah berpakaian Bella segera keluar dan duduk di sofa sambil menunggu Brian. "Ayo, Bella kita turun," ajak Brian. Sikap Brian masih saja dingin dan cuek, dia tidak sedikitpun mengatakan apa-apa, saat di meja makan yang terdengar hanya dentingan sendok. Selesai makan, Brian pamitan dengan Bella. "Seperti yang aku katakan kalau aku pulang larut malam ini. Jadi jangan menungguku. Tidurlah, dulu. Bukannya besok kamu kerja. Jadi, jangan tidur terlalu lama, mengerti." Brian menatap ke arah Bella. Harusnya hari ini dia bersama dengan Bella, menemani Bella atau malam pertama dengan Bella. Walaupun, sudah pernah melakukan itu, tapi tetap saja dia menginginkan itu. Tapi, nyatanya dia harus pergi karena beberapa pemasok senjata api sudah datang di pelabuhan. Jadi, Brian ingin datang ke sana dan mengeceknya. "iya aku akan tidur cepat hari ini dan kamu jangan pulang terlalu lama. Ingat, umurmu tidak lagi muda. Sudah tua. Aku tidak mau kamu sakit. Sudah, ya. Aku mau ke kamar," jawab Bella yang segera berlari. Entah kenapa bibirnya mengatakan itu kepadanya. Padahal, dia tahu kalau Brian pasti menganggap dia aneh. Mendapatkan perhatian dari Bella, membuat hati Brian menghangat. Dia tidak menyangka kalau Bella perhatian sampai seperti itu. "Tidak salah aku menemukan dia. Aku benar-benar mencintaimu, Bella Murdock," gumam Brian dengan senyum di sudut bibirnya. Brian segera pergi karena mendengar suara deru mobil dari Miko yang sudah berada di parkiran rumahnya. Brian pun bergegas keluar menemui Miko dengan wajah yang sama datarnya seperti biasanya. Brian ingin melihat jumlah senjata api yang dikirimkan oleh kliennya dan dia akan menjual kembali ke pasar gelap tentu dengan harga yang fantastik. Bella yang berada di kamar berdiri di jendela. Dia melihat kepergian Brian bersama dengan asistennya Miko. Bella menghela nafas panjang, entah kenapa takdir seperti apa yang membawanya ke sini. "Waktu itu, aku ingin bertemu dengan Tuan Murdock di saat pertama kali aku melamar pekerjaan di perusahaannya, tapi tidak sedikitpun aku melihatnya. Tapi, sekarang seumur hidup aku harus bersama dengannya karena kejadian malam itu. Apakah ini takdir yang kau berikan kepadaku Tuhan. Dan apakah ini jawaban darimu atas apa yang aku inginkan selama ini," ucap Bella pada dirinya sendiri. Bella benar-benar tidak menduga kalau takdirnya seperti ini. Bella pun merebahkan tubuhnya di ranjang yang empuk dan cukup besar mungkin ranjang itu muat untuk 6 orang. Tubuhnya yang mungil hanya menjadi penghias di ranjang tersebut. Perlahan mata Bella tertutup, dia masuk ke alam mimpi dan keesokan harinya, Bella terbangun karena merasakan perutnya seperti ada benda berat yang menimpa dirinya. Semakin dia bergerak, semakin dirinya tertarik ke belakang. Bella membuka matanya dan saat dirinya berbalik melihat siapa yang ada di belakangnya, Bella terkejut. Ternyata Brian yang masih terpejam memeluk dirinya dengan erat. Bella ingin menjerit namun mulutnya langsung tertutup. Bella memandang ke arah Brian dengan sangat lekat. Bella tidak menyangka dia bisa sedekat ini dengan Brian pria yang sangat digandrungi para wanita. "Sudah selesai melihatku ? Jika belum, maka puas-puaskanlah kamu melihatku. Jika perlu kita akan melakukan sarapan pagi di ranjang ini," ucap Brian yang langsung membuat Bella melotot. Bella ingin melepaskan diri dari Brian namun ditahan oleh Brian. Brian tidak akan sedikitpun memberikan peluang Bella kabur darinya. Apa yang Bella katakan untuk tidak menyentuhnya akan diaikan oleh Brian. Brian ingin mengulangnya lagi, tentu dalam keadaan sadar. Brian segera membuka mata dan naik ke atas tubuh Bella. Bella melihat tatapan lapar Brian membuat jantung Bella berdegup kencang. Walaupun dirinya pernah melakukan permainan ranjang, tapi itu berbeda. Malam panas itu, dia dalam keadaan tidak sadarkan diri karena pengaruh minuman keras, tapi sekarang dia sadar 100% dan melihat Brian tanpa memakai pakaian atas dan hanya menggunakan boxer tentu saja Bella ketakutan, tubuhnya meremang terlebih lagi Brian semakin dekat dengan dirinya. "Kenapa, Bella. Kamu gugup?" tanya Brian. Nafas Brian yang wangi membuat Bella terhanyut dengan apa yang Brian lakukan. "Jangan gugup, aku akan memulai pemanasan dengan perlahan dan lembut. Dan anggap saja ini malam pertama kita. Kamu sudah siap istriku? Jika kita melakukan malam pertama hari ini?" tanya Brian dengan cukup lembut. Dan satu kecupan di pipi Bella membuat wajahnya Bella bersemu seperti sebuah strawberry dan itu membuat Brian gemes melihatnya. Brian ingin segera memakan Bella kalau perlu dia tidak akan membuat Bella masuk pekerja hari ini. Bella miliknya, milik Brian Murdock seorang mafia kejam dan CEO tampan.Brian menatap mobil yang membawa Bella. Dirinya sedih tidak bisa mengejar Bella. Anak buahnya yang ikut mengejar mobil penculik juga tidak bisa mengejar karena sudah melaju dan menghilang. "You kejar sana. Jangan risaukan i. I baik-baik saja ayo sana kejar. Bella sendirian itu. Cepat kejar," pinta Ocha ke Brian dengan sisa tenaga yang ada. Brian geleng kepala dan dia tetap bersama Ocha. "Kamu jangan banyak bicara. Kamu terluka. Kalian cepat bawa Ocha. Ayo bantu aku mengangkat Ocha," teriak Brian dengan kencang memanggil anak buahnya untuk membantunya menolong Ocha yang terluka. Anak buah Brian yang dari belakang menghampiri Brian dan Miko yang ikut mengejar bergegas melihat kondisi Ocha yang sudah pingsan. "Ayo, Brian kita bawa ke rumah sakit. Kamu jangan khawatir kita akan mendapatkan Bella. Kamu tenang dulu," ucap Miko ke Brian. Brian menganggukkan kepala dia yakin Bella akan dia temukan. Ocha dibawa ke rumah sakit terdekat, situasi di jalan ramai semua orang melihat Ocha ditem
Ocha segera berdiri untuk mengejar Bella yang dibawa lari. Ocha tidak mau sampai Bella dilukai. Kalau sampai Brian tahu Bella diculik bahaya. Brian akan marah besar dirinya pasti akan menghabisi orang yang sudah menculik Bella. "Kejar Nona Bella. Cepat kejar. Jangan diam saja kalian," teriak Bruno ke anak buahnya untuk mengejar Bella yang saat ini sudah ditarik masuk ke dalam mobil. Tanpa menunggu lama anak buah yang menjaga Bella mengejar orang yang sudah berhasil menangkap Bella. "Lepaskan, dia. Cepat lepaskan dia," teriak rekan Bruno sambil berlari mengejar Bella. Mullen kesakitan menahan peluru yang bersarang di tubuhnya. Nyonya Sherly histeris melihat Bella diculik. "Cepat selamatkan anakku. Tolong dia, selamatkan dia," teriak Nyonya Sherly menangis melihat Bella diseret paksa. Mullen mengambil ponsel untuk menghubungi Brian untuk memberitahukan kalau Bella diculik. Situasi di parkiran ramai. Suara tembakkan juga terdengar. "Aku harus kasih tahu Brian. Kalian cepat sana se
Mullen merasa ada yang memperhatikan mereka tapi saat dia lihat ke segela arah tidak ada satupun yang mencurigakan. Ocha dan Bruno menganggukkan kepala mendengar intruksi dari Mullen. Mereka mengikuti Bella dan nyonya Sherly. Sampai di ruangan yang dituju. Nyonya Sherly melihat Tuan Karl datang dengan sahabatnya yang sudah mengkhianati dirinya. Rasa sakit itu ada tapi Nyonya Sherly berusaha tegar dan tidak lagi peduli. Bella yang tahu mengajak mertuanya duduk. "Mami, duduk dulu. Kita belum dipanggil. Ayo duduk, bersamaku," Pinta Bella ke Nyonya Sherly. Nyonya Sherly menganggukkan kepala dan duduk dengan Bella. Tatapan dari kedua orang tersebut sangat tajam. Akan tetapi, Nyonya Sherly tidak peduli. "Lihat mantan istrimu itu. Dia makin terlihat sombong tidak mau sedikitpun menegurmu. Dan dia makin arogan. Kamu harus temui Brian lagi untuk meminta perusahaan milikmu itu kamu tidak boleh membiarkan perusahaan itu jatuh ke dia. Itu perusahaan kamu yang jalani sampai berhasil jadi reb
"Aku akan meminta anak buah kita untuk berjaga lebih ketat lagi. Kamu jangan khawatir. Tidak akan aku biarkan dia pergi sendiri. Aku akan mencari tahu gerak gerik mereka. Secepatnya aku akan beritahukan ke kamu, Brian," ucap Miko meyakinkan Brian untuk mencari tahu gerak gerik Mark, Sherin dan Elly. "Bagus. Aku akan buat mereka menyesal kalau mereka berani menyentuh atau melukai istriku." Brian bersumpah akan membuat siapapun yang berani mendekati Bella akan dia habisi. Brian bersumpah tidak akan melepaskan siapapun yang melukai Bella. Sejak kepulangan Bella dan Brian, tidak ada situasi yang aneh. Semuanya tidak ada yang aneh dan malah biasa saja. "Brian, mama mau sidang besok. Dan mama mau ajak Bella apakah boleh? Mama tidak ada teman untuk ke sana. Apakah kamu kasih izin nak?" tanya Nyonya Sherly dengan hati-hati. Nyonya Sherly meminta izin ke Brian mengajak Bella untuk menemaninya ke pengadilan. Nyonya Sherly tidak punya teman hanya Bella yang menjadi temannya. Beruntung Bella
"Kalau Anda tidak mau hidup dengan ibu saya silahkan tanda tangan surat cerai Anda. Dan satu hal lagi jangan menganggu wanitaku. Jika tidak ingin aku habiskan kalian. Apa kalian tahu aku itu tidak suka ada yang menganggu wanitaku. Jika sampai kalian ganggu maka aku akan habisi kalian. Dan buat kamu, jangan bermimpi untuk mendapatkan harta dari keluargaku. Karena semuanya menjadi miliku. Ibuku sudah menyerahkan padaku, jadi menjauhlah dari kehidupan keluarga besarku. Sampai di sini paham!" tegas Brian yang berdiri meninggalkan Tuan Karl dan Nyonya Melisa begitu saja. Tuan Karl terdiam mendengar apa yang Brian katakan. Dia tidak menyangka kalau Brian bisa berkata seperti itu. "Sayang, dia sudah tahu kamu bercerai dengan ibunya. Apa Sherly yang katakan padamu?" tanya Nyonya Melisa ke Tuan Karl. Tuan Karl memandang Nyonya Melisa dan menggelengkan kepala. Dia tidak tahu apakah Nyonya Sherly sudah mengatakannya atau tidak. Tapi dari kata-kata Brian tandanya istrinya sudah tahu. "Aku bel
"Kenapa kamu harus seperti ini. Kita keluarga kenapa harus ada syarat?" tanya Tuan Karl lagi. Elly menoleh ke arah ayah biologisnya yang berkata seperti itu. Elly tidak suka dengan apa yang dikatakan oleh Tuan Karl. "Kau jangan ikut campur. Ini untuk ibuku. Kenapa kamu ikut campur, lebih baik diam," jawab Elly lagi yang kesal dengan Tuan Karl. Tuan Karl mengepalkan tangannya dia tidak suka dengan apa yang dikatakan oleh Elly dia terlihat sombong. Elly melihat ke arah ibunya yang tidak berkutik sama sekali. "Jadi, bagaimana?" tanya Elly ke ibunya. "Apa syaratnya?" tanya Nyonya Melisa menatap lurus ke arah Elly. "Baiklah, dengar perkataan aku baik-baik," jawab Elly. Nyonya Melisa dan Tuan Karl mendengar apa yang dikatakan oleh Elly. Tidak ada yang membantah atau protes. Mereka menyimak semuanya. "Bagaimana? Setuju. Aku rasa itu mudah. Kalian bisa mendapatkan apa yang kalian inginkan asal syaratnya itu," ucap Elly dengan senyuman kecil dan hampir samar tidak terlihat. Nyonya Mel