“Aku bahkan sudah melupakan perasaanku, Flo. Aku sudah bangkit dari keterpurukanku. Tapi kau masih tidak mau melakukannya. Arion adalah sahabatku, Flo. Begitu juga denganmu. Dan aku ingin kedua sahabatku bisa bahagia bersama.”
* * * * *
“Lama tidak bertemu, Flora.”
Flora bisa melihat Xander duduk di kursi roda dengan senyuman lebar di wajahnya. Pria itu masih sama tampannya seperti terakhir kali Flora melihatnya. Seketika tubuh Flora membeku di tempat saat menyadari jika Xander telah menemukan dirinya. Lalu dia teringat dengan desain ruang kerja yang dibuatnya. Tatapan Flora tertuju pada kursi roda yang diduduki oleh Xander. Kursi roda yang dimiliki Xander tampak lebih canggih dari kursi roda biasanya. Bahkan dilengkapi dengan gadget yang terhubung dengan kursi roda itu.
Kasihan Xander. Apakah Xander benar-benar sudah melupakan perasaannya pada Flora?
I'm happy to see you happy. Even though it hurt me. * * * * * Arion memandang ponselnya di mana tampak pesan dari Xander yang memintanya untuk bertemu dengannya di sebuah kafe. Dia merasa aneh karena tiba-tiba saja Xander meminta bertemu di tempat lain. Biasanya Xander akan mengunjungi kantornya di London atau menunggunya di rumah untuk berbicara. Dia yakin ada hal penting yang ingin disampaikan oleh sahabatnya itu. Arion meraih cangkir kopi hitam dan meminumnya. Setelah itu dia meletakkan kembali cangkir itu ke atas piring kecil. Tatapan pria itu melihat sekelilingnya. Kafe itu sedikit ramai orang-orang yang sedang menikmati istirahat siangnya. Lalu tatapan Arion tertumbuk pada seseorang yang baru saja masuk ke dalam kafe. Bahkan saking terkejutnya, pria itu sampai berdiri dari ku
Tanggung jawab bukan hanya di mulut saja tapi juga dilakukan secara nyata. * * * * * Xander memandang gadis muda yang berbaring tak sadarkan diri di atas ranjang rumah sakit. Terlihat darah yang sebelumnya membasahi kulit putih wanita itu sudah dibersihkan. Sebagai gantinya kepala gadis itu sudah diobati dan diperban. Beruntung sopir Xander belum melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi sehingga luka gadis itu tidak parah. Xander tak mampu mengalihkan pandangannya dari gadis itu. Bahkan ketika sopirnya meletakkan gadis itu di belakang mobil dan membaringkan kepalanya di pangkuan Xander, pria itu tidak bisa berhenti memandang ke arah gadis itu. Xander memperkirakan usia gadis itu mendekati usia dua puluhan. Jauh sekali dengan umurnya yang saat ini mencapai usia tiga puluh dua tahu
“Courage is resistance to fear, mastery of fear, not absence of fear.” — Mark Twain * * * * * “Jadi kau akan kembali ke Athena minggu depan?” tanya Arion setelah mendengar cerita Flora mengenai Mareva yang hendak menikah. Flora menganggukkan kepalanya. “Benar. Mareva sahabatku. Dia selalu membantuku. Tentu saja aku harus datang ke pernikahannya. Apa kau bisa datang bersamaku?” “Apakah aku akan mendapatkan hadiah jika aku menemanimu?” goda Arion. Flora tertawa mendengar candaan Arion. Dia pun memutuskan ikut permainan pria itu. “Bagaimana jika aku membuatkanmu kue? Dulu kau menyukainya.” “Hanya kue?
Terkadang pertolongan tidak datang dengan mudah. Namun tetap ada jalan bagi seseorang yang ingin menolong orang lain. * * * * * Xander dan Arion yang menunggu di ruang tamu langsung mendongak saat mendengar suara langkah kaki. Kedua pria itu bisa melihat Flora berjalan menghampiri mereka. Pakaian Flora tampak sedikit basah. Tapi yang paling menarik perhatian kedua pria itu adalah ekspresi wajah Flora. “Apakah Keira baik-baik saja?” tanya Xander saat melihat Flora duduk di samping Arion. Flora menghela nafas berat. “Dia baik-baik saja sekarang. Keira kelelahan sehingga sekarang dia sudah terlelap.” Xander tampak bisa berna
Sometimes the eyes can say more than the mouth. Sometimes eyes speaks louder than words. Because the eyes are the only part of your body which can never hide the emotions you hold. * * * * * “Wow!” Flora tak bisa mengagumi keindahan kota London ketika dirinya, Arion, Xander dan Keira naik kapal pesiar menyusuri sungai Thames. “Sangat indah.” Arion memeluk sang kekasih dari belakang sembari menikmati pemandangan dari kapal pesiar itu. Flora menganggukkan kepalanya. “Ya, kau benar, Arion. Tempat ini sangat indah. Tapi tetap saja aku merindukan Athena.” “Kita akan segera pulang setelah menikmati
Trust is like a paper. Once it’s crumpled it can’t be perfect again. * * * * * “Kami pergi dulu.” Ucap Arion melambaikan tangan ke arah Xander dan Keira. “Xander, kau harus menjaga Keira baik-baik. Jika kau membuatnya menangis, aku pasti akan datang untuk mencekikmu.” Ancam Flora. Xander menatap Flora tak percaya. “Kau pikir aku monster yang bisa membuatnya menangis, Flo?” “Mungkin saja kau adalah manusia serigala yang muncul saat bulan purnama.” Flora terkekeh geli membuat Arion dan Keira tertawa. Lalu Flora menghampiri Keira dan memeluknya. “Kau sudah memiliki nomorku. Jadi jika Xander menyakitimu
Kita tidak berhak ikut campur dalam keputusan orang lain. Kita hanya bisa memberikan saran yang terbaik untuknya. * * * * * Andreas Cavill baru saja berjalan keluar dari sebuah bar kecil dengan botol bir di tangannya. Wajahnya memerah karena sedikit mabuk. Bahkan langkah pria itu tampak sempoyongan tak mampu menjaga keseimbangan tubuhnya. Dia meminum kembali bir dari dalam botol itu. “Aku hari ini menang besar. Aku harus menikmatinya dengan wanita-wanita muda. Dengan begitu aku bisa menikmati hidup ini.” Oceh Andreas dengan penuh semangat. Lalu pria itu teringat pada putri tirinya. “Sialan! Jika saja iblis kecil itu tidak lolos, aku pasti sudah bisa menikmati tubuhnya yang indah. Dia bahkan tidak memiliki pacar. Aku yaki
"Our life is very difficult, but there are millions of more difficult life out there." * * * * * Xander melihat Keira makan daging steaknya dengan sangat lahap. Gadis itu tampak jauh lebih baik dari terakhir kali Xander membawanya ke rumah. Pipi Keira yang semula tirus sudah terlihat berisi. Bahkan wajahnya yang sebelumnya pucat sudah memperlihat rona merah yang sehat. Dokter juga mengatakan luka di kepala Keira sudah membaik. “Apa kau masih sekolah?” tanya Xander menyantap daging steak miliknya. Keira menggelengkan kepalanya. “Tidak. Aku sudah lulus. Sebenarnya aku bekerja sebagai pelayan di sebuah restoran tidak jauh dari rumah. Tapi sepertinya aku harus mencari pekerjaan lain karena setelah beberapa hari tidak masuk,