“Sekarang sudah malam, dan kau harus istirahat secepatnya.” Evelyn menanggapi ucapan Zach yang menyinggung soal ‘mandi bersama’.Jika Evelyn mengiyakan ajakan Zach, pasti ujung-ujungnya mereka bukan hanya mandi, melainkan akan ada adegan tujuh belas tahun ke atas—yang mana Evelyn sedang berusaha menghindari hal itu.Mereka lalu meninggalkan ruangan, berjalan menuju kamar pribadi Zach. Pada saat pria itu membuka pintu kamar, ia melihat sosok Stella telah duduk di tepi kasur dengan sorotan mata memendarkan amarah.Kehadiran Stella membuat langkah kedua manusia berlawanan jenis itu berhenti di daun pintu. Evelyn hendak melepaskan tautan tangan dengan Zach, tetapi Zach malah menahan dan menggenggamnya semakin erat.Stella bangkit dari kasur, bersedekap tangan, lalu melangkah menghampiri Zach dan Evelyn. Ketukan dari sepasang high heels memecah keheningan malam—terdengar seperti genderang perang yang telah ditabuh.“Lagi-lagi Evelyn.” Stella berhenti tepat di hadapan suami dan wanita yang .
Belum lama Evelyn memasuki harem untuk menemui Claudia. Namun, tiba-tiba Veronica melintas di hadapannya dan menumpahkan es jeruk dengan sengaja hingga mengenai gaun yang ia kenakan.“Ups! Maaf, aku tidak sengaja,” ujar Veronica sambil menutup mulut dengan ekspresi yang sama sekali tidak merasa bersalah. Justru ia menyunggingkan senyuman sinis setelahnya.Evelyn terbelalak. Mulutnya sedikit menganga merasakan sensasi dingin dari minuman tersebut. Begitu pun dengan Claudia yang tak kalah kesal, memandang sengit wajah Veronica.“Rupanya kau masih berani mengganggu Evelyn.” Claudia sudah bangkit dari posisi duduk. “Lihat saja! Aku akan melaporkan perbuatanmu pada Tuan Zach!” ancamnya.Claudia hendak melangkah mencari laki-laki penguasa mansion tersebut. Akan tetapi, Evelyn dengan cepat mencekal lengannya. “Jangan!” larangnya.“Kenapa? Dia harus diberi hukuman agar mendapat efek jera,” ucap Claudia, tidak terima Evelyn diperlakukan tidak sopan oleh Veronica.Wanita itu menggeleng. “Aku mal
Zach menaikkan volume suara, memutar ulang audio yang dikirim oleh Stella. Bersama Evelyn, ia ingin menyaksikan sendiri bagaimana reaksi perempuan itu kala mengetahui percakapannya dengan Veronica telah direkam dan dibeberkan kepada Zach.“Apa maksud dari semua ini?” Tangan Zach bergetar. Ia memegang erat ponsel agar tidak terlepas dari genggamannya.Evelyn tergugu, menggeragap, mencoba menemukan alasan di kepalanya untuk tidak membuat Zach lebih murka lagi. Tapi ... apa?Dalam kebingungan, Evelyn bersusah payah menyusun kata-kata agar bisa bicara dengan runtut dan jelas. Agar bisa meredam emosi di dada Zach yang tengah berkobar dahsyat.“Tuan, aku—”“Berhenti memanggilku Tuan!” sela Zach secepat kilat. Terpendar kemarahan yang begitu besar di balik tatapan tajam bola matanya. “Kau hanya berpura-pura menghormatiku,” ujarnya.Bentakan itu membuat Evelyn menundukkan kepala. Dapat ia rasakan sudut matanya yang terasa panas dan basah. Sepertinya ini akan menjadi akhir dari sandiwara yang
Zach melihat bagaimana Aldrick bergerak dengan sigap demi menyelamatkan Evelyn. Membawa wanita itu naik ke daratan tanpa banyak basa-basi. Bola mata Zach fokus memandang kedua tangan Aldrick yang menyentuh tubuh Evelyn. Benar-benar tak berjarak. Zach tidak suka menyaksikannya.Setelah berhasil menolong Evelyn yang tidak bisa berenang, Aldrick membaringkan tubuh perempuan itu di tepi kolam. Ia sangat panik melihat Evelyn yang sudah tak sadarkan diri.“Hey! Sadarlah,” ucap Aldrick seraya memeriksa denyut nadi Evelyn. Membuatnya merasa lega karena ternyata wanita itu masih hidup.“Menjauhlah dari Evelyn, brengsek!”Saat Aldrick hendak memberikan napas buatan, tiba-tiba sebuah pukulan melejit ke wajahnya, sehingga pria itu terpelanting ke belakang. Membuat orang-orang mundur beberapa langkah. Aldrick lalu mendongak seraya memegang pipinya yang terasa panas, mendapati pelakunya adalah Zach.Dengan rasa panik yang menjalar di dalam diri, Zach menempelkan bibirnya pada bibir Evelyn. Memberika
Suara itu mengagetkan Evelyn dan Claudia. Keduanya menoleh ke ambang pintu, melihat sosok Aldrick melangkah memasuki kamar sambil membawa sepiring sandwich.“Siapa yang sedang hamil?” tanya pria itu dengan ekspresi penuh tanda tanya. Tak sabar ingin mendengar pengakuan dari kedua wanita itu.Jelas, pertanyaan Aldrick membuat Evelyn dan Claudia terdiam, menggeragap, bingung bagaimana harus mencari alasan.“Ti–tidak ada yang hamil di sini, Tuan. Anda salah dengar,” ucap Claudia. Berharap Aldrick amnesia saja hari ini.“Aku mendengarnya dengan sangat jelas.” Aldrick memastikan keyakinannya. “Kalian membicarakan tentang ‘hamil muda’ dan ‘kehamilan’. Katakan, apa yang sebenarnya kalian sembunyikan?”Jantung Evelyn seperti ingin melompat dari sarangnya. Terkutuklah Claudia jika akhirnya Aldrick mengetahui kehamilan yang selama ini disembunyikan olehnya!“Maksudku, seandainya Evelyn sedang hamil muda, kejadian tadi pasti bisa berakibat fatal pada kehamilannya. Tapi itu hanya bayangan saja, Tu
“Apa katamu?” Zach menatap intens Claudia. Lekat dan dalam. Memastikan apakah ia salah dengar atau tidak.Claudia tak berani menatap pria itu, hanya bisa menunduk dan bicara dengan nada takut-takut. “Ya ... Evelyn sedang hamil,” ucapnya.Sekujur tubuh Zach menegang. Mungkin ini menjadi kabar paling buruk yang ia dengar, atau justru malah membahagiakan? Entahlah, yang pasti Zach kelihatan sangat terkejut sekarang.“Anak siapa yang dia kandung?” Zach tahu, itu pertanyaan bodoh. Namun, kalimat itu melesat begitu saja dari pita suaranya tanpa diperintah.Barulah kali ini Claudia memberanikan diri menatap lawan bicaranya yang penuh kuasa. “Anakmu, Tuan. Evelyn tidak pernah melakukan hubungan di atas ranjang dengan siapa pun, selain hanya dengan Tuan Zach.”Pengakuan Claudia menghadirkan desir di dada Zach. Betisnya terasa lemas dan bergetar. Ia bahkan baru saja membenci Evelyn atas apa yang dilakukan wanita itu terhadapnya, tapi ... ini merupakan kabar buruk yang membuatnya terjerembap di a
Evelyn menolak permintaan Zach untuk menggugurkan kandungan. Baginya, janin yang tumbuh di rahimnya merupakan bintang kecil di hidupnya yang tak berdosa. Jadi, ia bersikeras untuk mempertahankan buah hatinya.“Anak ini tidak bersalah. Daripada menggugurkannya, lebih baik aku ikut mati bersamanya.” Evelyn menegaskan. Dengan segenap hati, ia akan melahirkan anak itu dalam kondisi apa pun.“Aku tidak mengharapkan anak dari hasil hubungan di luar nikah,” ucap ketua mafia itu berterus-terang. “Itu hanya akan mencoreng nama baik Zachary Muller di mata publik.”“Jangan takut,” ujar Evelyn seraya tersenyum getir. “Aku ... tidak akan menuntut apa pun. Bahkan aku sama sekali tidak mengharapkan uang sepeser pun darimu.”Mustahil!Zach terdiam. Memandang remeh Evelyn, seakan wanita itu mengatakan sesuatu yang menurutnya omong kosong belaka.“Izinkan aku pergi dari sini. Meninggalkan mansion ... juga segala kenangan bersamamu, bahkan termasuk hal menyakitkan sekalipun.” Evelyn mencoba tersenyum di
Stella terlihat gugup. Menyembunyikan tanda merah di lehernya dari pandangan Zach. Dalam waktu singkat, mencoba mencari alasan masuk akal untuk meyakinkan Zach.“Hanya bekas gigitan serangga. Bukan apa-apa,” alibi Stella. Berharap Zach percaya.Hening. Zach memilih diam tanpa mendebat ucapan Stella. Namun, bola matanya seakan mencari kebenaran tersembunyi di balik bola mata sang istri.Mati! Stella semakin tidak tenang. Takut Zach mencurigai kebohongan yang ia buat. Aslinya, tanda kemerahan di lehernya merupakan sisa kecupan panas yang dibuat oleh Justin kemarin malam. Mereka menghabiskan permainan yang ganas dan liar, sampai-sampai tidak sadar ada sesuatu yang tertinggal di leher mulusnya.“Aku menggaruknya karena gatal. Jadi, sekarang menyisakan bekas kemerahan.” Stella kembali menjelaskan tanpa diminta oleh Zach.Lagi-lagi hening. Sunyi. Zach belum membuka suara sama sekali. Tatap matanya juga ambigu, entah mengartikan apa.Stella hendak bicara, tetapi pria itu akhirnya mulai membu