“Apa yang kau lakukan pada adikku?!”Suara bocah laki-laki dari arah lain berhasil mengalihkan perhatian Bastian dan Freya, membuat keduanya menoleh ke sumber suara, lalu terkejut mendapati Fathe yang sedang menghampiri dengan raut marah tercetak jelas di wajahnya.“Fathe!” Freya bergumam, merasa bala bantuan sudah datang kepadanya.Di belakang Fathe, tampak Florez membuntuti dengan ekspresi khawatir.Ketika Bastian menurunkan kedua tangannya dari sisi tembok, Freya langsung memaanfaatkannya untuk berlari kecil dan bersembunyi di balik punggung Fathe.Fathe menatap tajam Bastian. Satu jarinya terangkat, menunjuk-nunjuk wajah Bastian. “Kau ... jangan sekali-sekali mengganggu adikku lagi, atau aku akan mematahkan kakimu!” ancamnya dengan suara kesal.Bastian terlihat ketakutan. “Ti–tidak, Fathe. Aku tidak berniat mengganggu Freya.” Lutut kakinya terasa lemas sekarang.“Pergi sana, sebelum aku benar-benar akan menghajar wajahmu!” gertak Fathe sambil mengangkat kepalan tangannya.Bastian y
Halo, Semuanya!Aku mau nanya, kira-kira ada gak yang masih mau baca novel ini kalau aku bikin S2?Tapi di S2 ini pemeran utamanya bukan Evelyn & Zach, melainkan karakter lain di dalam cerita ini. Nah, kalian mau aku bikin cerita lanjutan tentang perjalanan kisah siapa nih?Ada beberapa pilihan yang bisa kalian pertimbangkan—tentunya dengan konflik berbeda yang nggak kalah seru dan bikin senyum-senyum sendiri.1. Oliver2. Aldrick3. Bryan4. Fathe5. Florez6. Freya7. Atau ada request?Btw, terima kasih banyak buat yang udah baca S1—baik yang baru baca beberapa BAB atau udah sampe selesai. Semoga rezekinya selalu lancar dan berkah, biar bisa top up banyak-banyak dan ikutin terus karya-karya aku yang lain, hehehe. Luv♥️
“Pilihanku masih sama. Bahkan sampai mati pun aku tetap tidak mau menjadi kendaraan politik untukmu! SMTV bukan stasiun televisi yang bisa disetir oleh kubu mana pun.”Zach tersenyum licik mendengar ucapan lawan bicaranya via telepon, lalu ia menarik seorang gadis ke pelukannya dengan gerakan kasar."Aku sudah berbaik hati padamu dengan menawarkan keuntungan besar. Tapi sepertinya kau tidak suka diajak komunikasi secara halus," ujar Zach sambil memandang dengan tatapan yang seakan menguliti hidup-hidup gadis cantik di dekapannya. "Jika ini menjadi hari terakhir kau bisa melihat wajah putrimu, ingatlah selalu bahwa pelakunya adalah aku.""LEPASKAN AKU!" pekik gadis itu yang mulai menitihkan air mata tanpa diperintah.“HEY! JANGAN MACAM-MACAM DENGAN EVELYN! DIA TIDAK TAHU AP—”Sambungan terputus tiba-tiba. Zach mengakhirinya secara sepihak tanpa peduli dengan ocehan Victor, laki-laki berusia lima puluh tahun yang merupakan ayah biologis Evelyn—gadis yang kini berada dalam kungkungan Zach
"Ini adalah kamar para selir. Kau mungkin akan menjadi salah satunya." Daissy menjawab pertanyaan Evelyn seraya mengajaknya berjalan menuju kamar mandi."Kamar selir?" Sontak gadis berambut sebahu itu membulatkan mata. "Majikan sialanmu itu pasti mengidap penyakit kelamin. Dia bergonta-ganti pasangan di atas ranjang semudah menabur bubuk wijen di atas daging panggang. Iya, 'kan?""Cepat masuk, dan jangan banyak omong!" perintah Daissy yang baru saja membukakan pintu kamar mandi untuk Evelyn. "Sementara kau membersihkan diri, aku akan mengambilkan handuk dan menyiapkan pakaian."Banyak pertanyaan muncul di benak Evelyn. Namun, gadis itu menahan lidahnya agar tidak mengeluarkan suara. Walaupun merasa kesal dan curiga secara bersamaan, tapi ia mencoba sabar dan memilih patuh pada perintah Daissy.Selesai mandi, Evelyn diajak ke ruang ganti untuk mengenakan pakaian. Daissy memberinya gaun selutut berpotongan rendah yang kelihatan sangat mahal. Akan tetapi, alih-alih senang dan bangga, Evel
"Laksanakan, Tuan!" jawab Joe dan Thomas secara bersamaan. Kompak sekali, karena sudah tak terhitung berapa banyak mereka mengatakan kalimat itu dalam sehari.Zach melangkah semakin jauh, diikuti oleh beberapa pria yang memakai seragam serba hitam—persis seperti Joe dan Thomas. Ia dikawal kurang lebih oleh sepuluh orang yang mengekor di belakang.***Daissy mengajak Evelyn ke harem setelah Joe dan Thomas menyampaikan pesan dari Zach untuknya. Tubuh ramping gadis itu didorong masuk hingga nyaris terjungkal.Ada seorang pria di dalam sana yang sedang sibuk memilih selir. Hingga kemudian, tatapan matanya berpaling ke arah Evelyn yang menurutnya cukup menarik perhatian. "Rupanya ada mainan baru di sini," ucapnya sambil melangkah mendekati Evelyn."Maaf, Tuan, tapi tadi Tuan Zach sudah berpesan kepada saya bahwa siapa pun tidak boleh menyentuh gadis ini—bahkan termasuk Tuan Oliver sekalipun," balas Daissy sesopan mungkin. Ia tak ingin membuat Oliver murka karena tersinggung dengan ucapannya
"Sialan!" Zach mengumpat. Bola matanya bergulir memandang supir di depan sana. "Kembali ke mansion sekarang," titahnya."Laksanakan, Tuan!" Tanpa bicara panjang lebar, supir itu langsung tancap gas menuju ke lokasi yang diinginkan oleh Zach."Siapa itu Evelyn?" tanya Stella di tengah perjalanan."Anak dari Victor Smith, pemilik SMTV.""Kau menjadikannya selir baru di mansion?"Seketika Zach berdecih. "Gadis itu sangat pembangkang dan tidak akan mau dijadikan selir," ujarnya. "Lagipula tubuhnya kurus dan tidak menggiurkan sama sekali. Mana mungkin ada lelaki yang mau tidur dengannya?""Lalu?" Stella terus menginterogasi."Aku ingin membuat Victor menyesal karena sudah menolak menjadi stasiun televisi yang mendukung resmi Zachary Muller," papar Zach. "Maka dari itu, aku sengaja menculik Evelyn untuk memberinya peringatan.""Tapi kenapa kau marah saat mendengar Oliver ingin menjadikan gadis itu sebagai teman penghangat ranjang untuknya?" Stella semakin penasaran. "Jangan katakan kalau kau
Zach berdecih remeh. "Aku bukan menyelamatkanmu, tapi menyelamatkan adikku dari gadis sampah sepertimu. Mana mungkin seorang kakak tega melihat adiknya menjamah perempuan sejelek dan sekurus dirimu?" ejeknya."Bajingan ...." Evelyn melotot geram. Entah sudah berapa kali ia dihina dan dipermainkan oleh Zach—padahal pertemuan mereka belum sampai satu minggu.Sejenak pria berperawakan tinggi itu memperhatikan wajah Evelyn. Ia melihat ada setitik darah yang keluar dari dagu gadis manis tersebut. Refleks Zach mengangkat tangan dan mengusap luka kecil itu pelan-pelan. Darahnya tampak kering dan membeku. "Apa yang sudah Oliver lakukan padamu?" Kali ini ia memandang serius wajah Evelyn.Sontak Evelyn menyingkirkan tangan Zach dari dagunya, lalu berkata, "Jangan pedulikan aku."Zach mengerling sembari terkekeh gusar. Ia bertolak pinggang, mengembuskan napas panjang karena tidak menyangka akan menerima reaksi seburuk itu dari Evelyn. "Padahal aku berniat mengobati lukamu dan sedikit berbaik hati
Seorang wanita sedang berjalan ke arahnya ketika Evelyn menoleh. Satu hal yang dapat dipastikan, Evelyn yakin sekali bahwa wanita itu adalah salah satu selir yang terjebak di harem. Wajahnya tak asing."Namaku Claudia." Wanita itu mengulurkan tangan, mengajak berkenalan. "Sepertinya kita bisa menjadi teman yang baik," imbuhnya.Meskipun sedikit ragu dan tidak minat, tapi pada akhirnya Evelyn mau berjabat tangan dengan Claudia dan tak lupa menyebutkan namanya. "Evelyn."Caludia menyandarkan tubuhnya pada sisi wastafel. Kemudian, melipat kedua tangan di bawah dada. "Jadi, seberapa panas permainan yang kau lakukan di atas ranjang, sampai-sampai Tuan Zach tidak membiarkan pria lain menyentuhmu?" Jujur, ia sangat penasaran sekuat apa daya tarik Evelyn, sehingga Zach tega memukul Oliver hanya karena adik kandungnya itu ingin menjadikan Evelyn sebagai selir."Sialan! Aku bukan jalang," bantah Evelyn. Jika orang lain berpikir bahwa dirinya telah melewati malam yang panas dengan Zach, jelas it