Home / Romansa / Wanita Yang Kau Pilih / 277. Pembawa petaka2

Share

277. Pembawa petaka2

Author: Ajeng padmi
last update Last Updated: 2025-06-02 16:41:03

Ibunya baru saja ingin menikmati kebahagiaan, sebentar lagi akan menikah, kenapa hal ini bisa terjadi.

Penampilannya sungguh sangat menyedihkan, tangan dan bajunya penuh dengan darah sang ibu yang sudah mengering, hilang sudah sosok tampan dan berwibawa yang biasa dia tampilkan, tak ada niatan Laksa untuk sekedar membersihkan diri, dia hanya ingin menemani sang ibu di sini, dan berdoa untuk keselamatannya.

“Kak, bagaimana kondisi ibu?”

Laksa mengangkat kepalanya melihat sang istri yang berjalan ke arahnya dengan penuh kecemasan.

“Apa yang kamu lakukan di sini Luna, Dio dengan siapa?” tanya Laksa yang tanpa sadar meninggikan suaranya.

Luna menghela napas, berusaha tidak ambil pusing dengan sikap Laksa, dia tahu suaminya saat ini sedang kalut dan sangat khawatir.

“Ada dua orang suster yang biasa menjaganya, juga beberapa petugas kepolisian yang berjaga.”

Laksa menghembuska
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Wanita Yang Kau Pilih   281. Belum Tuntas2

    Luna tersenyum miris, kakinya lalu melangkah menghampiri kulkas dan menemukan beberapa buah jeruk yang sepertinya sudah di sana dari beberapa hari yang lalu. Melihat isi kulkas yang penuh dia yakin ibu mertuanya baru saja mengisinya, tanpa tahu sebentar lagi dia tidak akan bisa menikmati ini semua. “Ada jeruknya?” Luna menoleh dan tersenyum saat sang tante ternyata membuntutinya. “Ada tante.” Sejenak Luna larut dalam kegiatannya membuat jus jeruk, tapi saat teringat sesuatu dia lalu meninggalkan sebentar mesin juicer yang masih menyala dan menemui sang tante. “Apa ada yang harus Luna bantu, Tante, maaf tadi Luna malah istirahat di kamar dan tidak membantu.” “Bukan masalah, Nak, tante tahu kamu pasti lelah, apalagi yang tante dengar anakmu juga masih di rumah sakit.” “Iya tante, sekarang di jaga salah seorang keluarga. Ehm... tante apa tidak sebaiknya kita pesan makanan sa

  • Wanita Yang Kau Pilih   280. Belum Tuntas

    Ada sebagian orang yang memang bisa dengan legowo menerima musibah yang telah terjadi pada dirinya, dan menganggapnya sebagai takdir Tuhan yang harus mereka jalani, tapi sebagian lagi tidak dapat menerima hal itu dengan baik, balas dendam dan mencari kambing hitam adalah hal yang paling lumrah dilakukan. Pembalasan yang mereka lakukan pun sangat beragam ada yang hanya dengan nyinyiran, tak saling tegur atau yang paling ekstrem sampai pada tindak kriminal yang nantinya juga bisa merugikan diri sendiri. Dirga sangat sadar akan hal itu. Sebagai orang yang pernah mengalami kemarahan dan kekecewaan yang sama, tapi tentu saja dia tidak sudi untuk terus menerus jadi korban, apalagi jika dirasa kemarahan orang itu membabi buta. “Aku dengar kamu mengancam ibu Raya,” kata Laksa saat mereka duduk berdua setelah pemakaman sang ibu usai dilakukan , beberapa sanak saudara terlihat membantu dalam prosesnya. “Kenapa kamu tak terima,” kata Dirga ketus. Laksa langsung menoleh pada sepupunya i

  • Wanita Yang Kau Pilih   279. Pembalasan 2

    “Laksa sekarang sedang sangat berduka, jika dia ada di sini aku tak yakin dia bisa berpikir logis.”“Aku juga berpikir begitu, aku baru tahu kalau tante Nirmala bukan ibu kandung Laksa,” kata Adnan, seorang petugas polisi dan juga salah satu sahabat Laksa juga. Dirga terdiam, benar juga tidak ada orang yang tahu kalau wanita yang menjadi korban adalah ibu kandung Laksa, berita itu memang pernah mencuat tapi seiring waktu redup juga, kasus ini bisa menjadi skandal, dan banyak pihak yang akan memanfaatkannya. “Ceritanya panjang, tapi hubungan mereka selama ini baik-baik saja.” “Aku tak meragukan itu, yang penting sekarang kamu perlu pengacara dan mencegah berita  ini menjadi skandal, kamu ahlinya dalam hal itu.” “Aku akan mengurus itu semua tapi tentu saja aku butuh bantuanmu.”“Tentu saja, aku juga tidak terima wanita itu bebas begitu saja, apalagi targetnya  tadi anak kecil.” “Pertemukan aku dengannya.” “U

  • Wanita Yang Kau Pilih   278. Pembalasan

    “Bagaimana kondisi ibu kalian? Apa yang sebenarnya terjadi?” Laki-laki itu bertanya sambil mengatur napasnya yang memburu, dia pasti berlari ke mari. Luna hanya bisa memandang laki-laki itu dengan wajah pias, sedangkan sang suami yang ada di sampingnya menundukkan kepalanya seolah tak mampu menyampaikan apa yang baru saja di sampaikan dokter. “Laksa... Luna apa yang terjadi, tolong katakan pada, om?” “Maafkan saya, Om, ibu telah tiada,” kata Laksa denganpasrah membuat laki-laki di depan mereka membelalak tak percaya. “Kamu jangan bercanda, ibumu sangat sehat sewaktu bertemu dengan om tadi pagi, kenapa tiba-tiba meninggal itu nggak mungkin, dimana?” Dengan pasrah Laksa menunjuk ruangan di depannya, bertepatan dengan sang dokter yang telah selesai melepaskan semua alat penunjang kehidupan sang ibu. “Benarkah calon istri saya meninggal? Saya mohon untuk memeriksanya sekali lagi, mungkin saja ada yang terlewat,” kata laki-laki paruh baya itu dengan bergetar. “Kak,” kata Luna penuh

  • Wanita Yang Kau Pilih   277. Pembawa petaka2

    Ibunya baru saja ingin menikmati kebahagiaan, sebentar lagi akan menikah, kenapa hal ini bisa terjadi. Penampilannya sungguh sangat menyedihkan, tangan dan bajunya penuh dengan darah sang ibu yang sudah mengering, hilang sudah sosok tampan dan berwibawa yang biasa dia tampilkan, tak ada niatan Laksa untuk sekedar membersihkan diri, dia hanya ingin menemani sang ibu di sini, dan berdoa untuk keselamatannya. “Kak, bagaimana kondisi ibu?” Laksa mengangkat kepalanya melihat sang istri yang berjalan ke arahnya dengan penuh kecemasan. “Apa yang kamu lakukan di sini Luna, Dio dengan siapa?” tanya Laksa yang tanpa sadar meninggikan suaranya. Luna menghela napas, berusaha tidak ambil pusing dengan sikap Laksa, dia tahu suaminya saat ini sedang kalut dan sangat khawatir. “Ada dua orang suster yang biasa menjaganya, juga beberapa petugas kepolisian yang berjaga.” Laksa menghembuska

  • Wanita Yang Kau Pilih   276. Pembawa petaka

    Dari semua tamu yang berkunjung untuk menjenguk putranya yang sedang sakit, Luna tak pernah menyangka kalau wanita paruh baya itu salah satunya. Bukan... bukan untuk mendoakan putranya supaya lekas membaik, Luna tak senaif itu untuk menyambut baik kedatangan wanita itu, apalagi saat perlahan wanita itu mengeluarkan pistol dari dalam tas tangan yang dari tadi disandangnya. Panik. Luna langsung berdiri dan menggunakan tubuhnya untuk mendekat Dio dengan erat. Dorr! Bunyi letusan senjata itu membuat Luna memejamkan matanya, saat ini yang ada di dalam otaknya adalah bagaimana menyelamatkan sang anak, dia berharap ada orang yang mendengar bunyi tembakan itu dan membantunya. Dorr! Tembakan kedua meletus lagi, dia makin memeluk sang putra erat, jagoan kecilnya itu mulai menangis mungkin dia ketakutan mendengar suara tembakan itu. Luna juga ketakutan, seumur hidup dia hanya pernah menyaksikan kejadi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status