Share

Godaan Bibir Kissable

last update Huling Na-update: 2024-08-05 14:01:25

“Yang benar saja, Bi? Aku nggak percaya kalau dia istri kamu!” kata Gladys tidak terima. Saat ini mereka sedang berbicara di salah satu sudut lounge.

“Terserah kamu percaya atau nggak.  Nyatanya dia adalah istriku!” 

“Istri sewaan? Iya? Cuma buat manas-manasin aku kan? Nggak akan mempan, Bi! Apalagi cewek kayak gitu yang kamu sodorin ke aku,” oceh Gladys dengan ekspresi jijik.

“Kayak gitu gimana, hah? Buktinya dia jauh lebih baik dari kamu.”

“Cuih! Perempuan kayak gitu kamu bilang baik? Dilihat dari puncak Monas juga nggak ada bagus-bagusnya!” Gladys mengambil jeda, lantas menoleh sekilas pada Tatiana yang berdiri terpaku kebingungan sendiri.

Bian ikut melirik istrinya itu. Tatiana terlihat seperti orang bingung dalam diamnya. Tatiana pasti terheran-heran dan tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Bian pun tidak ingin ambil peduli. Dia ingin menyelesaikan masalahnya dengan perempuan berbibir seksi yang kini bersamanya.

“Aku nggak ngerti deh, Bi, apa bagusnya dia? Wajah biasa, penampilan nggak banget, aku juga yakin dia pasti nggak ngerti table manner. Iya kan? Seorang Fabian Cannavaro menikah dengan perempuan biasa  yang asalnya juga pasti nggak jelas, apa kata dunia? Kamu mikir nggak sih sampai ke sana? Aku ngeri ngebayanginnya, Bi, kalau sampai media tahu terus berita tentang kamu dijadiin headline dimana-mana,” omel Gladys panjang lebar sembari bergidik membayangkan.

“Media sudah tahu kalo aku sudah menikah, dan aku nggak akan peduli apa pun penilaian orang-orang. Persetan dengan mereka!” tegas Bian.

“Oh ya? Itu karena mereka nggak tahu siapa istri kamu, coba aja kalo mereka tahu,” ejek Gladys lagi-lagi setelah melihat ke arah Tatiana.

“Terserah!” tandas Bian,  lantas memutar tubuh dan berniat kembali pada Tatiana. Baru beberapa langkah kakinya tertahan saat mendengar Gladys kembali memanggilnya.

“Bian, tunggu!”

Bian menoleh, dan dia melihat Gladys yang sudah jatuh ke lantai dengan muka meringis.

“Bi, tolong antar aku pulang, kepalaku pusing,” rintih Gladys sembari memegang pelipisnya dengan tangan kanan.

“Bodoh amat!” sergah Bian.

“Bi… aku serius, aku pusing…” Gladys mengaduh lagi dan memperlihatkan muka kesakitan.

Bian pun tergugah dan luluh. Lelaki itu membantu sang mantan kekasih berdiri, lantas memapahnya keluar. Dalam sesaat dia sudah lupa kalau tadi datang ke sini bersama Tatiana.

Akhirnya Tatiana menemukan Bian. Matanya menangkap sosok sang suami melintas di depannya dengan memapah perempuan cantik yang menyita habis perhatian Bian. Lelaki itu tidak mempedulikan Tatiana. Mungkin karena dia terlalu fokus pada perempuan di sebelahnya.

Bian benar-benar pergi meninggalkannya dan Tatiana kebingungan sendiri. Tidak ada lagi mobil Bian saat Tatiana melihat ke parkiran hotel.

‘Gimana caranya aku pulang? Ini sudah larut malam. Apa mungkin pakai taksi online?’

Tatiana celingukan mengamati keadaan di sekitarnya. Tidak ada cara lain kecuali memesan taksi.

“Tatiana!”

Tatiana yang mengutak-atik ponselnya mencari aplikasi taksi online, mengangkat muka saat mendengar suara seseorang.

“Hei, Rei, kamu di sini juga?” sapanya sambil mencoba untuk tersenyum. Tapi terasa sulit. Mestinya dia merasa biasa-biasa saja karena pernikahan mereka hanya status. Nyatanya perasaan Tatiana yang terlalu halus dan sensitif membuatnya merasa sakit sendiri.

“Iya, aku juga di sini. Aku melihat kamu sejak tadi.”

“Berarti kamu juga melihat Bian pergi sama perempuan itu?”

Rei mengangguk. Dia juga merasa kasihan pada Tatiana. “Tia, pulang sama aku saja  ya, sekarang sudah terlalu larut. Aku nggak bisa jamin keselamatan kamu kalau pulang dengan yang lain.”

Tatiana menerima ajakan Rei karena teringat berita tentang pembunuhan yang dilakukan oleh seorang supir taksi online pada penumpangnya. Kalau bukan karena itu mungkin Tatiana akan menolak.

“Cewek tadi namanya Gladys.” Rei mulai bercerita tanpa diminta saat mereka baru saja meninggalkan area hotel.

Tatiana sontak menajamkan pendengaran saat melihat gelagat Rei akan bercerita panjang.

“Dia penulis buku, sekaligus penulis skenario film layar lebar. Dia mantan kekasih Bian.”

Tatiana menelan saliva yang terasa pahit saat mengetahui fakta itu secara langsung dari mulut Rei. Bisa dipastikan kalau info yang diperolehnya akurat.

“Terus, kenapa mereka bisa berpisah?”

“Gladys selingkuh sama aktor newcomer yang main di film dia,” jawab Rei. Sejenak dialihkannya pandangan dari jalan raya di hadapannya guna melihat ekspresi Tatiana.

Tatiana termangu. Dia mengerti sekarang. Berarti nasibnya tidak jauh berbeda dengan Bian. Mungkin itulah alasan Bian menerima saat Tatiana meminta untuk menikahinya. Tapi, kalau memang Bian dikhianati, seharusnya dia membenci Gladys, nyatanya dia malah pergi dengan perempuan itu.

***

Bian memijit pelipisnya. Tidak percaya kalau pada akhirnya akan bertemu lagi dengan Gladys. Bahkan kini mereka bersama dengan jarak sedekat ini. Padahal Bian mati-matian membenci perempuan itu karena pengkhianatan yang dia lakukan.

“Bi, aku minta maaf, aku khilaf, Bi… Aku sama Willy nggak benar-benar pacaran. Aku cuma  manfaatin dia biar film aku naik.”

“Bullshit!” umpat Bian menahan sakit hati. Lukanya hingga saat ini masih belum mengering saat mengingat perselingkuhan Gladys dan Willy. Tapi dasar cinta, hatinya kembali luluh.

“Bi, tolong maafin aku. Aku sama dia sudah putus.”

“Terus?”

“Aku-aku-aku ingin kita balikan lagi kayak dulu,” ujar Gladys pelan sambil mengamati muka Bian yang sedang menyetir.

“Itu karena film kamu sudah selesai. Lalu nanti kamu akan ninggalin aku lagi kalau udah mulai film yang baru.”

“Nggak, Bi, nggak akan pernah lagi. Udah aku bilang semua cuma settingan, Bi ...”

“Termasuk hubungan kita,” ucap Bian, entah pernyataan atau malah pertanyaan.

“Nggak, Bian, aku serius sama kamu. Yang aku cintai cuma kamu. Please, Bi, kasih aku kesempatan…” Gladys menangkup kedua tangannya di dada sebagai isyarat permohonan.

“Sorry, Dys, aku sudah menikah.” Bian menolak terang-terangan.

“Itu cuma status kan, Bi? Karena kamu sakit hati sama aku, makanya kamu lampiaskan dengan menikahi cewek nggak jelas itu!” tuding Gladys blak-blakkan.

“Kamu salah. Aku cinta sama dia, dan dia bukan pelampiasan.”

“Kalo kamu cinta sama dia, nggak mungkin kamu ada di sini sama aku.” Gladys masih belum ingin mengalah.

“Itu karena kamu pura-pura sakit kepala! Shitt!” Bian memukul setir keras-keras sehingga membunyikan klakson dengan panjang. Kesal sendiri karena sudah terjebak drama murahan yang dimainkan Gladys.

“Aku nggak pura-pura, Bian. Tadi aku memang sakit kepala.” Gladys terus mencoba meyakinkan Bian.

Bian mendengkus. “Aku harap kamu nggak kena kanker otak!”

“Bian, you are so rude!”

Bian tersenyum sinis. “Kalau perlu stadium akhir sekalian!” makinya jengkel. Sedangkan Gladys hanya memberengut. 

Dan sepanjang sisa perjalanan mereka tak bersuara.

“Nggak mampir dulu, Bi?” tanya  Gladys saat sudah sampai di apartemennya.

Bian melirik arloji, lantas memandang ke arah apartemen Gladys.

“Ayolah, Bi…” Gladys tersenyum manis. Bibir kissable-nya yang dulu sering Bian lumat seakan memanggil-manggil.

Muka Tatiana melintas di depan Bian, tapi cepat dia tepis agar tak mengganggu pikirannya. Atau setidaknya tidak membuat dia merasa bersalah.

***

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Wanita Yang Menginginkan Suamiku   Tamat

    Tokyo pagi itu lebih dingin dari biasanya. Gerimis yang turun sejak tadi menimbulkan rasa sejuk yang menembus hingga ke tulang. Membuat sebagian orang enggan keluar dari rumah. Jangankan dari rumah, bahkan Davin terlalu malas keluar dari selimut dan memilih meringkuk di dalamnya bersama wanita tercintanya.Sudah satu tahun belakangan Davin memboyong Angel dan anak-anak ke negara sakura itu. Sesuai dengan keinginan opinya—Delta Mahendra, yang mewariskan seluruh aset padanya. Maka Davin pun menggantikan Delta yang sudah sepuh menjalankan tugas sebagai pemimpin perusahaan dan pemilik berbagai usaha.Si kembar tiga saat ini sudah berusia sembilan tahun, disusul dengan El yang tahun ini menginjak delapan tahun. Sedangkan Romeo, ini adalah tahun ketiga hidupnya di dunia. Repot? Itu pasti. Pusing apalagi. Sering kali terdengar keributan di rumah itu. Semakin bertambah usia anak-anak rumah itu semakin ramai dan ricuh. Setiap hari ada saja yang diributkan. Yang besar suka mengganggu, sedangka

  • Wanita Yang Menginginkan Suamiku   Kebiri Saja Aku (Extra Part 17 - Davin & Angel)

    Lima tahun kemudian.Davin mondar-mandir sepanjang lorong rumah sakit. Sudah sejak tadi dia melakukan hal tersebut. Pikirannya kacau balau. Hatinya resah dan gelisah memikirkan seseorang yang berada di dalam ruangan sana. Seharusnya Davin mendampinginya, menemaninya dan tetap berada di sisinya sambil membisikkan kata-kata cinta dan semangat, serta sesekali mengecup lembut keningnya dengan tangan saling menggenggam. Namun semua itu hanya ada di dalam angan-angannya. Karena…Sembilan bulan yang lalu.Saat itu Angel dan Davin sedang bercengkerama di suatu sore di teras belakang rumah mereka. Sementara itu El dan si kembar yang sudah bersekolah di bangku taman kanak-kanak sedang bermain di taman belakang rumah yang sudah mereka modifikasi menjadi mini playground lengkap dengan kolam renang.Anak-anak yang tumbuh dan berkembang dengan sehat dan cerdas membuat keduanya bahagia. Pelan-pelan mereka mulai menunjukkan bakat, minat, serta hobi masing-masing. Si kecil El mewarisi nyaris seratus

  • Wanita Yang Menginginkan Suamiku   Istriku Kesurupan (Extra Part 16 - Davin & Angel)

    Angel dan Davin sama-sama menghempaskan badan ke kasur begitu mereka sampai di kamar hotel. Nyaris sembilan puluh menit tayangan film di bioskop, dan keduanya tidak tahu apa-apa. Mereka ikut keluar ketika para penonton lain juga keluar saat film sudah selesai.“Duh, capek banget…,” keluh Angel sambil mengembuskan nafas.“Nggak ngapa-ngapain kenapa capek?”Mereka mungkin hanya duduk saja, tapi tingkah Davin yang terus menggerayanginya membuat Angel lelah. “Capeknya kerena kamu.”“Memangnya aku ngapain?” tanya Davin pura-pura bodoh dengan ekspresi yang membuat Angel gemas. Angel mendekat, melingkari pundak Davin dengan tangannya lalu mengecup lembut bibirnya yang hangat.“Dave, kira-kira anak-anak sekarang lagi ngapain ya?” tanyanya kemudian. Seharian ini mereka sama sekali tidak tahu bagaimana keadaan para buah hati mereka.“Mungkin udah tidur,” jawab Davin mengira-ngira sambil melirik arloji mahalnya yang limited edition itu.“Kita telfon yuk, aku kangen.”“Nggal usah, Dek, katanya

  • Wanita Yang Menginginkan Suamiku   Membuat Film Berdua (Extra Part 15 - Davin & Angel)

    Seperti rencana yang sudah tersusun di kepalanya, Davin membawa Angel ke hotel paling mewah di kota mereka. The Sun, namanya. Hotel itu teletak di pinggir kota dan jauh dari kawasan pemukiman penduduk. Namun sengaja dibangun dengan konsep all in one building. Semuanya ada di sana. Mulai dari pusat perbelanjaan, restoran, pusat kebugaran tubuh dan kecantikan hingga playground. Tempat itu memang dirancang bagi orang-orang yang ingin menghilangkan penat dan beristirahat sejenak, namun tetap bisa memanjakan diri dengan hal-hal apapun yang mereka butuhkan.Setelah check in dan meletakkan barang-barang di kamar hotel, Davin mengajak Angel ke pusat perawatan kecantikan. Davin memang paling mengerti perempuan dan memahami istrinya. Mereka akan melakukan perawatan tubuh di sana. Berpasang-pasang mata tertuju pada pasangan ideal tersebut ketika tangan Davin membuka pintu kaca dan mempersilakan Angel masuk terlebih dahulu. Untuk sesaat mata keduanya menyapu sekitar. Menyaksikan resepsionis dan

  • Wanita Yang Menginginkan Suamiku   Aku Suka Yang Sempit Kayak Kamu (Extra Part 14- Davin & Angel)

    “Kita mau ngobrolin apa, Dave?” tanya Angel di atas pangkuan Davin. Embusan nafas hangat Davin menggelitik lehernya. Membuat sekujur tubuhnya meremang. Memanggil-manggil jiwa terdalamnya untuk datang.“Aku rasa kita perlu honeymoon lagi, Sayang…,” bisik Davin dari belakang. Tangannya melingkari Angel dengan erat dan rapat.“Maksudnya mau nambah anak lagi?” sahut Angle seperti tersentak.“Lho, kok nambah anak? Memangnya orang yang pergi honeymoon itu mau nambah anak?”“Tapi biasanya kan gitu. Aku nggak mau lagi lho, Dave, udah cukup El yang terakhir,” ucap Angel sambil memberengut.Davin tersenyum kecil. Dikecupnya pundak Angel yang membuatnya gemas. “Anak itu kan rezeki. Rezeki nggak boleh ditolak kan? Aku ngajak kamu honeymoon tapi kapan-kapan, kalo El udah bisa ditinggal lama-lama. Sekarang honeymoon-nya di sini aja dulu.”Bisikan Davin di telinganya membuat Angel kian meremang. Pasti sebentar lagi Davin akan mengeksekusinya.Davin membalikkan tubuh Angel mengarah padanya sehingga s

  • Wanita Yang Menginginkan Suamiku   Fantasinya Dave (Extra Part 13 - Davin & Angel)

    Jujur saja selama ada Gendiz sedikit banyak meringankan Angel dan Davin. Hampir setiap hari Gendiz bermain ke rumahnya, atau memboyong anak-anak ke rumah orang tua mereka. Saking sayangnya pada para bocah, Gendiz juga menahan si kembar agar menginap bersamanya dan tidak mengantarnya pulang. Sesekali Davin dan Angel membiarkan si kembar tidur bersama Gendiz di rumah Kiano dan Adizty. Mereka yakin dan percaya sepenuhnya kalau adiknya itu bisa menjaga ketiganya dengan baik. Meskipun sepanjang malam keduanya tidak bisa memejamkan mata karena tidak terbiasa berpisah dengan anak-anak mereka.“Kalian kalo mau kencan, pergi aja, biar anak-anak aku yang urus,” ucap Gendiz pada suatu hari. Melihat keseharian Angel yang disibukkan dengan mengasuh, menjaga, merawat dan mengurus anak-anaknya membuat Gendiz merasa kasihan. Begitu pula dengan Davin yang terlalu sibuk bekerja dari pagi hingga sore. Kadang sampai senja atau malam. Pasti keduanya butuh waktu untuk hanya berdua saja tanpa direcoki anak-

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status