Share

Pertemuan Keluarga Parmin

Uhuk.. Uhuk.... Uhuk.... Terdengar suara batuk yang berulang kali dari kamar Parmin. Usianya yang genap menginjak 90 tahun, membuat tubuh Parmin rentan terhadap berbagai serangan penyakit. Parmin sudah tidak bisa membangunkan kembali tubuhnya. Dia hanya bisa berbaring di atas kasurnya.

Ajal sepertinya akan semakin dekat menjemput Parmin. Beberapa Parmin mendengar suara bisikan yang seakan itu menjadi pertanda malaikat maut akan segera mencabut nyawa seorang Parmin.

Dengan suara yang mulai mengecil, Parmin memanggil istrinya. Dia meminta pada istrinya untuk mengumpulkan semua anak-anak. Parmin ingin melihat untuk terakhir kalinya, anak-anaknya bisa berkumpul di rumahnya. Sama seperti yang terjadi ketika mereka masih kecil dulu.

Istri Parmin pun langsung menyampaikan keinginan Parmin itu pada Tini. Mungkin dengan bantuan dari Tini, semua anak-anak Parmin yang berjumlah 7 orang akan berkumpul bersama di rumah Parmin.

Tini sempat di larang oleh Lutfhi untuk memberitahu kakak-kakaknya. Mengingat apa yang telah di lakukan Parmin cukup membuat Lutfhi sakit hati. Namun melihat ibunya yang memohon dengan sangat pada Tini. Akhirnya Tini melawan perintah dari Luthfi. Dia mulai menelpon satu persatu anggota keluarganya. Menyampaikan keinginan dari ayahnya untuk bertemu dengan anak-anaknya.

Mendengar kabar Parmin yang sudah sakit parah. Anak-anak Parmin yang hidup berpencar di berbagai desa dan kota. Mulai berdatangan menuju rumah Parmin. Bahkan mereka tidak ingin melewatkan waktu berharga bersama ayah mereka. Sebelum semuanya terlambat, mereka berniat untuk segera menjenguk Parmin yang sedang sakit parah.

Firman yang sibuk dengan bisnisnya di kota, juga turut menyempatkan waktunya untuk datang kembali ke rumah bapaknya tersebut. Padahal beberapa hari yang lalu, Firman dan istrinya sudah mengunjungi rumah bapaknya. Namun kabar yang di sampaikan oleh Tini. Seketika membuat Firman, kembali berniat untuk menjenguk bapaknya yang sedang sakit parah.

Tak seperti Firman yang harus sampai lama di rumah bapaknya. Tio yang merupakan anak ketiga dari Parmin. Sampai di rumah Parmin dengan begitu cepatnya. Tio dan istrinya Mita, tinggal di desa seberang. Sehingga tidak terlalu jauh bagi Tio untuk dapat ke rumah bapaknya tersebut.

Tak hanya Tio yang datang cepat ke rumah Parmi. Asih yang merupakan anak kelima dari Parmin, sampai di rumah Parmin dengan begitu cepatnya. Sama seperti Tio. Asih juga tinggal di desa yang tak jauh dari rumah Parmin berada. Sehingga Asih bisa sampai di rumah Parmin lebih awal, di banding saudaranya yang lain. Asih berangkat bersama dua anaknya. Suami Asih sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Asih yang masih belum bisa move on dari suaminya. Memilih untuk menjadi seorang janda dalam kurun waktu yang cukup lama.

Saudara Tini lain datang tidak bersamaan. Ada yang cepat seperti Asih dan Tio. Tapi ada juga yang datang cukup lama seperti Firman. Salah satunya Darwis. Dia adalah kakak ipar paling tua dari Tini. Darwis menikah dengan kakak pertama Tini yang bernama Ima. Darwis adalah menantu kesayangan dari bapaknya. Sikap Darwis yang santun dan lemah lembut. Menjadikan Darwis sebagai menantu idaman dari seorang Parmin. Apalagi Darwis adalah seorang pekerja keras. Darwis pun kerap menjadi orang kepercayaan dari Parmin dalam mengelola segala hal yang berhubungan dengan keluarga besarnya.

Sama seperti Firman, Darwis juga tinggal di kota. Bersama Ima istrinya, Darwis membuka sebuah usaha warung kelontong yang cukup maju. Hingga Darwis mendapatkan cap sukses dari anggota keluarga lainnya. Walaupun Darwis tidak sekaya Firman. Namun setidaknya Darwis sukses membuat keluarganya hidup dalam taraf hidup menengah ke atas.

Kedatangan Darwis dan Ima begitu di nantikan, hingga Parmin terus memanggil nama Darwis dalam usahanya melawan rasa sakit yang sedang di hadapi olehnya tersebut. Parmin berharap Darwis akan segera menemui dirinya. Mengingat Parmin sudah sangat merasakan sakit yang teramat. Nyawa Parmin sudah hampir di ujung, itu yang membuat Parmin begitu rindu pada Darwis. Sebelum ajal benar-benar menjemputnya. Parmin berharap bisa bertemu dengan Darwis dan Ima terlebih dahulu.

Beberapa anak Parmin yang telah berada di rumah Parmin. Berusaha menghubungi Darwis yang masih dalam perjalanan menuju rumah Parmin. Mereka menyampaikan amanat dari bapak mereka akan Darwis yang di minta segera tiba di rumah Parmin. Mengingat rasa rindu Parmin yang teramat besar pada Darwis. Hingga Parmin berharap Darwis akan segera menemui dirinya.

Tak lama, akhirnya Darwis dengan anak dan istrinya tiba di rumah Parmin. Dia langsung bergegas ke kamar Parmin, tempat Parmin terbaring. Parmin begitu bahagia melihat kedatangan dari Darwis. Darwis yang melihat kondisi Parmin yang semakin memburuk, nampak begitu bersedih. Dia meminta Parmin untuk lebih kuat lagi. Sehingga Parmin bisa bertahan lebih lama lagi.

Hanya menunggu kedatangan dari Firman saja yang belum hadir. Hampir semua anak dan menantu Parmin sudah berkumpul di rumah Parmin. Sehingga wasiat yang ingin di sampaikan oleh Parmin, akan segera di sampaikan kepada anak dan menantunya.

Di hadapan semua anaknya, Parmin menunjukkan sebuah kris berwarna merah gelap. Dimana Kris itu yang di yakini oleh Parmin sebagai sebuah pelindung dari keluarganya. Parmin selalu menggunakan kris sakti itu dalam mengobati berbagai hal serangan mistis yang menyerang keluarganya. Terutama dalam serangan supranatural. Kris ini di yakini Parmin sebagai pelindung dari serangan Going tersebut.

Parmin ingin mewariskan Kris itu pada salah seorang anak atau menantunya. Dan Parmin mewariskan Kris tersebut pada Darwis. Dia merasa Darwis adalah orang yang tepat dalam menjaga Kris pelindung tersebut.

Namun Darwis yang di kenal sebagai seseorang yang taat beribadah. Menolak untuk menerima Keris sakti tersebut. Baginya, perlindungan hanya milik Allah SWT. Tidak ada yang melindungi raga dan jiwa manusia, selain hanya Allah SWT.

Bagi Darwis ada beberapa hal yang membuatnya menolak menerima keris sakti tersebut. Salah satunya adalah ritual dalam memandikan keris yang di anggap musyrik dalam pandangan seorang Darwis. Hingga Darwis menolak untuk menerima keris pemberian mertuanya tersebut.

Parmin sedikit sedih saat Darwis menolak keris pemberian darinya. Parmin sangat yakin, Darwis adalah orang yang cocok dalam menjaga keris tersebut. Darwis di kenal sebagai seorang yang telaten. Hingga Darwis akan bisa amanah dalam menjaga keris tersebut.

Akhirnya keris itu pun di berikan pada istri Parmin. Mengingat istri Parmin adalah orang kedua yang di anggap mampu menjaga keris pelindung keluarga Parmin tersebut. Tanpa menolak sedikit pun, istri Parmin tersebut menerima keris tersebut. Dia pun bersedia untuk menjaga keris dengan segala ritual yang akan di jalankannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status