Sedari malam, tubuh Tini terasa tidak nyaman. Kepalanya sedikit pusing, di tambah dengan kondisi badannya yang terasa lemas. Sepertinya Tini akan sakit, badannya juga terasa begitu pegal-pegal. Hal yang membuat Tini tidak bisa tidur semalaman.
Lutfhi yang tidak suka dengan Tini yang tak kunjung tidur. Meminta Tini untuk segera tidur. Mengingat Tini yang mengerang kesakitan dengan tubuhnya yang pegal-pegal.Tak hanya di waktu malam saja. Tini juga terus mengerang kesakitan di pagi hari. Bahkan Tini meminta Lutfhi untuk memijat badannya yang pegal-pegal tersebut.Namun Lutfhi malah memarahi Tini. Dia justru marah pada Tini yang meminta Lutfhi untuk memijat badannya. Lutfhi merasa apa yang Tini lakukan adalah perbuatan yang tidak baik. Lutfhi adalah kepala keluarga, hingga tak pantas untuk Lutfhi memijat badan Tini yang pegal-pegal tersebut.Tak hanya menolak untuk memijat Tini. Lutfhi juga menolak untuk membawa Tini ke puskemas. Tini yang ingin memeriksakan kondisi tubuhnya yang begitu sakit. Sehingga dia berniat untuk mendatangi puskesmas yang berada di ujung kampung. Lutfhi meminta Tini untuk meminta tolong pada ibunya untuk mengantar Tini memeriksa kondisi tubuhnya. Padahal Lutfhi masih punya beberapa jam untuk memulai pekerjaannya sebagai tukang. Sehingga Lutfhi masih memiliki waktu untuk mengantar Tini menuju puskesmas. Namun Lutfhi lebih memilih untuk mengopi di depan rumahnya, di temani oleh segelas kopi hitam dan gorengan.Akhirnya Tini dengan terpaksa meminta bantuan dari bapaknya untuk menuju ke puskesmas. Tini tidak mungkin pergi ke puskesmas dengan sendiri saja. Sebab jarak puskesmas yang cukup jauh, di khawatirkan akan membuat Tini kelelahan. Hingga Tini akan semakin lelah, memungkinkan Tini untuk semakin sakit.Tini di sambut dengan wajah penuh kekhawatiran dari ibunya. Apalagi wajah pucat dari seorang Tini menciptakan sebuah kepanikan tersendiri."Kamu kenapa Tin?" tanya Ibunya dengan begitu paniknya."Tini sakit Bu, bapak ada di rumah?" jawab Tini dengan begitu lemasnya.Tak berselang lama, bapak Tini yang sebenarnya sedang sakit juga. Keluar dari dalam rumahnya. Dia langsung memaki seorang Lutfhi yang tidak bertanggungjawab atas istrinya sendiri."Kemana suami kamu! Masa dia tidak peduli sama istrinya sendiri. Emang dia lagi apa?" tanya Bapak Tini dengan begitu marahnya."Dia mau kerja pak. Makanya dia enggak bisa antar aku buat ke puskesmas." Bela Tini untuk Lutfhi."Alasan. Bapak tahu, dia belum mulai bekerja. Tapi dia memang malas saja." ucap Bapak Tini semakin marah.Tidak ingin suaminya terus menerus menyalahkan Lutfhi. Ibu Tini akhirnya mengambil inisiatif untuk mengantar Tini menuju puskesmas. Ibu Tini memang begitu menyayangi Tini sebagai anak bungsunya. Begitu juga pada Lutfhi sebagai seorang menantu dari ibu Tini. Lutfhi menjadi menantu kesayangan dari ibu Tini. Tak heran ibu Tini kerap merasa sedih saat melihat Lutfhi dimarahi oleh suaminya.Menyewa dua ojek, ibu Tini pergi bersama Tini menuju puskesmas. Tidak mungkin mereka berdua berjalan kaki menuju ke puskesmas. Melihat kondisi Tini yang terlihat begitu sudah sangat lemas.Tiba di puskesmas, Tini langsung di tuntun oleh ibunya menuju tempat pendaftaran. Begitu telah mendapatkan nomor antrian, Tini dan ibunya duduk di bangku panjang untuk menunggu pemeriksaan dari dokter yang ada di puskesmas.Untuk sedikit meredakan rasa pegal yang ada di badan Tini. Ibunya dengan penuh perhatian, memijat tubuh Tini. Mulai dari bahu, hingga kedua tangannya yang begitu pegal. Tak hanya tangan Tini saja yang mendapat sentuhan pijatan dari ibunya. Kepala Tini yang terasa pusing juga, di minta untuk dipijat juga oleh ibunya. Dengan segera ibu Tini pun langsung memijat kepala Tini yang terasa begitu pusing. Pijatan yang di berikan oleh ibunya, membuat Tini merasa sedikit lebih baik. Walaupun tubuh Tini tetap terasa tidak enak. Apalagi rasa mualnya yang semakin menjadi. Itu semakin membuat Tini tersiksa dengan semua itu.Tak lama kemudian, nama Tini di panggil untuk melakukan pemeriksaan. Dengan segera Tini masuk ke dalam ruang pemeriksaan puskesmas tersebut. Tini begitu tidak sabar untuk segera melakukan pemeriksaan. Apalagi Tini sudah begitu lemas. Ibu Tini juga tetap setia mendampingi puterinya tersebut masuk ke dalam ruang pemeriksaan.Seorang dokter umum bernama Santi, menyambut kedatangan Tini dengan begitu ramahnya. Dia meminta Tini untuk berbaring di atas ranjang yang telah di persiapkan. Tentu pemeriksaan akan segera di lakukan oleh dokter Santi.Tini segera membaringkan tubuhnya di atas ranjang pemeriksaan tersebut. Dokter Santi mulai memasang stetoskop ke kedua telinganya. Dengan stetoskop itu, dokter Santi mulai memeriksa Tini yang di mulai dari bagian perut. Lalu berlanjut ke bagian dada Tini.Selain itu, tekanan darah Tini juga di periksa oleh dokter Santi. Tidak ada masalah berarti dengan dari Tini. Namun dokter menduga ada janin yang berkembang di rahim Tini. Tapi dokter masih harus memastikan apakah Tini sudah telat datang bulan dalam beberapa minggu terakhir. Tini pun mengungkapkan jika dirinya yang telah mengalami telat datang bulan dalam beberapa minggu terakhir. Hingga dugaan dokter Santi, semakin kuat atas kehamilan yang di alami oleh Tini.Untuk semakin meyakinkan jika Tini benar-benar hamil. Dokter Santi memberikan Tini sebuah alat test kehamilan. Dengan segera Tini pergi ke toilet untuk mengetahui dugaan hamil yang di sampaikan oleh dokter Santi.Tini berharap dirinya tidak hamil. Begitu melakukan test kehamilan dengan alat tersebut. Tini terus berdoa agar dirinya tidak hamil kembali. Dua anak saja rasanya sudah cukup berat bagi Tini. Apalagi harus menambah satu anak. Itu akan semakin berat bagi Tini dan Lutfhi. Apalagi pekerjaan serabutan seorang Lutfhi. Semakin membuat Tini merasa kehamilan dari dirinya adalah sebuah bencana besar dalam hidupnya.Namun apalah daya, harapan Tini tidak sesuai dengan doa yang dia panjatkan. Dua garis biru terpampang nyata di alat kehamilan itu. Tanda seorang Tini hamil kembali. Tini hanya bisa berpasrah dengan apa yang terjadi di hari ini.Tini membawa alat test kehamilan itu kepada dokter yang menanganinya. Dengan wajah yang begitu lesuh, Tini memberikan hasil dari test kehamilan tersebut."Kenapa ibu bersedih. Selamat ibu hamil." Ucap dokter tersebut.Tak hanya dokter itu yang mengucapkan selamat pada Tini. Ibu Tini juga turut senang dengan kehamilan seorang Tini. Ibu berpikir, ekonomi keluarga Tini mungkin akan meningkat dengan kehadiran seorang anak lagi di hidup Tini. Moto banyak anak, banyak rejeki. Masih cukup di pegang teguh oleh ibu Tini. Sehingga dia meminta Tini untuk menyambut kehamilan dari Tini dengan sebuah kebahagiaan. Bukan sebuah kesedihan seperti yang Tini perlihatkan saat ini.Tini yang sudah merasa lebih baik. Pulang sendiri, tanpa harus di antar oleh ibunya kembali. Tini ingin memberikan kabar buruk itu pada suaminya. Pasalnya, suami Tini juga berharap mereka sudah tidak perlu menambah anak lagi. Dua anak rasanya sudah cukup.Tini pulang dari puskesmas, saat itu Lutfhi hendak pergi berangkat kerja menuju rumah tetangganya. Wajah cemberut Tini langsung menjadi pertanyaan tersendiri bagi seorang Lutfhi. Hingga Lutfhi penasaran dengan wajah dari Tini tersebut."Kamu kenapa cemberut seperti itu, apa yang terjadi sama kamu?" Tanya Lutfhi dengan begitu penasaran."Aku punya kabar buruk buat kita." Jawab Tini semakin sedih."Kabar buruk apa?" Tanya Lutfhi kembali."Tapi aku harap kamu tidak akan marah mendengar kabar ini." Pinta Tini kian tertekan."Sudah katakan saja." Perintah Lutfhi."Aku hamil lagi." Ucap Tini sambil menunduk."Apa! Hamil lagi?" Luthfi terkejut.Luthfi langsung mengusap seluruh bagian kepalanya. Wajah Lutfhi terlihat begitu frustasi mendengar kabar yang di bawa oleh Tini tersebut. Bagi Lutfhi, kehamilan seorang Tini adalah musibah yang cukup besar dalam hidupnya."Kenapa kamu bisa hamil lagi sih?" Tanya Lutfhi geregetan."Kenapa kamu keluar di dalam?" Tanya balik Tini."Iya, aku pikir kamu minum obat KB atau suntik KB gitu. Makanya aku pikir aman-aman saja." Jawab Lutfhi semakin panik."Mau gimana lagi. Nasi sudah jadi bubur. Mau gak mau, kita terima saja anak ini." Ucap Tini sebelum akhirnya pergi meninggalkan Lutfhi.Lutfhi yang awalnya terlihat begitu bersemangat untuk bekerja. Terlihat menjadi panik dengan kabar yang di bawa oleh istrinya tersebut. Kehamilan istrinya jelas kabar yang buruk. Biaya persalinan dan sebagainya, di rasa Lutfhi sangat memberatkan baginya. Sehingga Lutfhi tidak berharap Tini kembali hamil anaknya.Uhuk.. Uhuk.... Uhuk.... Terdengar suara batuk yang berulang kali dari kamar Parmin. Usianya yang genap menginjak 90 tahun, membuat tubuh Parmin rentan terhadap berbagai serangan penyakit. Parmin sudah tidak bisa membangunkan kembali tubuhnya. Dia hanya bisa berbaring di atas kasurnya.Ajal sepertinya akan semakin dekat menjemput Parmin. Beberapa Parmin mendengar suara bisikan yang seakan itu menjadi pertanda malaikat maut akan segera mencabut nyawa seorang Parmin.Dengan suara yang mulai mengecil, Parmin memanggil istrinya. Dia meminta pada istrinya untuk mengumpulkan semua anak-anak. Parmin ingin melihat untuk terakhir kalinya, anak-anaknya bisa berkumpul di rumahnya. Sama seperti yang terjadi ketika mereka masih kecil dulu.Istri Parmin pun langsung menyampaikan keinginan Parmin itu pada Tini. Mungkin dengan bantuan dari Tini, semua anak-anak Parmin yang berjumlah 7 orang akan berkumpul bersama di rumah Parmin.Tini sempat di larang oleh Lutfhi untuk memberitahu kakak-kakaknya. Men
Belum basah kuburan seorang Parmin. Otak jahat Lutfhi sudah terpikir akan kondisi keris sakti yang saat ini berada di ibu mertuanya. Lutfhi semakin penasaran dengan kekuatan dari keris tersebut.Kembali merayu Tini, Lutfhi berusaha mendapatkan keris itu dari tangan ibu mertuanya. Mengingat ibu mertuanya, di kenal sebagai orang yang menyayangi Tini. Hingga itu akan semakin mudah bagi Lutfhi dalam mendapatkan jimat sakti yang ada di keris tersebut.Tini yang terbujuk dengan rayuan dari Lutfhi, akhirnya menerima permintaan dari Lutfhi tersebut. Begitu Tini menyetujui permintaan dari Lutfhi tersebut. Lutfhi langsung menciumi wajah Tini. Lutfhi terlihat begitu bahagia, sebab Tini mau untuk menuruti perintah dari dirinya. Sekalipun itu adalah perintah yang sebenarnya sulit di lakukan oleh Tini. Mengingat bukan perkara yang mudah bagi Tini untuk merayu ibunya dalam memberikan keris sakti tersebut pada Tini. Mengingat keris sakti itu memang di peruntukan bagi seseorang yang di warisi kepercay
Jika meminta secara baik-baik tidak di berikan, mungkin dengan sedikit pemaksaan bisa di lakukan oleh Lutfhi dan Tini. Salah satu cara yang mungkin bisa di lakukan oleh Tini dan Lutfhi adalah dengan mencuri jimat tersebut di rumah ibu Tini.Rencana itu mulai di pikirkan oleh Lutfhi, sedari bangun tidur. Dia terpikir untuk melakukan aksi tersebut, demi merebut keris sakti dari tangan mertuanya. Apalagi keris sakti itu di simpan di dalam lemari yang tidak dikunci. Lutfhi dan Tini mungkin bisa dengan mudah mendapatkan keris sakti tersebut.Ide Lutfhi langsung di sambut gembira oleh Tini. Dia menyetujui ide dari suaminya tersebut. Tini siap membantu Lutfhi dalam mendapatkan jimat sakti di rumah orangtuanya. Tini yang mengetahui letak jimat itu, tentu dengan mudah akan menemukan jimat tersebut.Pada saat sarapan, Tini dan Lutfhi mulai menyusun rencana yang akan di gunakan dalam pencurian terhadap jimat sakti tersebut. Tini siap menjadi orang yang mengeksekusi dalam pengambilan jimat terseb
Lutfhi yang tidak paham cara mengeluarkan peliharaan dari mertuanya di dalam keris tersebut, terlihat begitu bingung. Bagaimana cara Lutfhi mengeluarkan kekuatan goib yang bersemayam di dalam keris tersebut. Lutfhi tidak mengetahui cara mengeluarkan mahluk tak kasat mata yang ada didalam keris tersebut. Akhirnya meminta salah seorang dukun yang ada di kampungnya untuk membantu Lutfhi mengeluarkan mahluk yang ada di dalam keris tersebut.Ketika semua kakaknya membesuk ibu mereka yang masuk rumah sakit. Tini justru mendampingi Lutfhi untuk mendatangi seorang dukun. Tini merasa keris itu saat ini begitu penting. Sehingga Tini lebih memilih untuk mengantar Lutfhi ke tempat dukun yang bisa mengeluarkan peliharaan bapaknya tersebut.Meminjam sepeda motor tetangganya, Lutfhi yang membonceng Tini. Begitu tak sabar untuk segera mengeluarkan mahluk tak kasat mata yang ada di dalam keris itu. Lutfhi ingin bersekutu dengan mahluk kuat tersebut. Dirinya tentu ingin jabatan, uang dan nama yang baik
Mulut manis seorang Lutfhi sudah siap membuat seorang Tini luluh. Dia sudah siap membuat Tini rela melepaskan janin di dalam rahimnya untuk di tumbalkan pada mahluk ghaib yang ada di dalam peliharaan di keris tersebut.Luthfi yang sudah tidak sabar untuk menjadi seorang milyarder, terus mengucapkan kata-kata manis yang siap meluluhkan hati Tini. Tak hanya sekedar kata saja, Lutfhi juga menunjukkan menggunakan sikap yang begitu perhatian pada seorang Tini. Dia benar-benar memperlakukan Tini sebagai seorang ratu.Tini di minta Lutfhi untuk tidak masak, Lutfhi yang mengerjakan itu. Begitu juga dengan pekerjaan rumah lainnya seperti mencuci piring dan baju. Semua itu dikerjakan oleh Lutfhi. Dia hanya meminta Tini untuk menumbalkan janin dalam kandungannya itu pada mahluk peliharaan yang ada di keris. Dengan begitu, Lutfhi akan segera mendapatkan kekayaan yang dia inginkan.Melihat suaminya itu bersungguh-sungguh. Akhirnya Tini menerima permintaan dari Lutfhi akan janinnya tersebut. Dia me
Seorang developer besar menyambangi kediaman seorang Lutfhi. Dia yang tanpa rekomendasi dari siapapun, memilih Lutfhi untuk mencarikan dirinya tanah di sekitar kampung Lutfhi. Developer itu ingin membangun perumahan besar dengan dana yang pastinya banyak juga.Lutfhi yang antusias dengan kedatangan dari developer itu, begitu bahagia saat developer itu menyambangi kediamannya. Lutfhi sendiri yang membuatkan minuman untuk developer pria tersebut.Sebelum mengatakan maksud kedatangan dari dirinya ke rumah Lutfhi. Developer tersebut terlebih dahulu memperkenalkan diri pada Lutfhi."Nama saya Indra, saya di sini ingin membangun perumahan besar. Jika kamu bisa mencarikan tanah yang luas di sekitar kampung ini. Saya siapkan bonus besar untuk kamu." Ucap developer tersebut."Serius pak! Bapak tidak bohongkan?" Lutfhi terkejut dengan ucapan dari developer tersebut."Untuk apa saya bohong, saya serius. Kamu bisa carikan saya tanah di sekitar kampung sini?" Tanya developer tersebut kembali."Ten
"Saya masih di jalan, mungkin beberapa saat lagi. Saya akan tiba di rumah mas Lutfhi.""Iya pak, saya tunggu kedatangan dari bapak di rumah saya." Tutup Lutfhi.Begitu mengakhiri panggilan telepon dari developer tersebut. Lutfhi langsung menghampiri Tini yang sedang memasak di dapur. Lutfhi menyampaikan pada Tini. Jika sebentar lagi dia akan menjadi orang kaya. Sebab Lutfhi akan segera menjual tanah dari tuan tanah tersebut pada developer tersebut.Tini senang bukan kepayang. Dia langsung memeluk tubuh Lutfhi dengan begitu eratnya. Dia melampiaskan kebahagiaan dari Lutfhi yang akan segera mendapatkan sebuah proyek besar. Mungkin ini hasil dari semua pengorbanan dari Tini dan Lutfhi yang ingin segera menjadi orang kaya.Tini kembali mengkhayal bagaimana dirinya menjadi orang kaya. Dirinya memiliki semua yang dia butuhkan. Hingga semua keinginan dari Tini terpenuhi dengan uang yang akan segera Tini miliki dalam jumlah yang banyak.Tini pun di minta Lutfhi untuk memasak, makanan yang lez
Dapat bonus milyaran rupiah, Lutfhi dan Tini langsung membelanjakan uang bonus dari developer itu untuk bersenang-senang. Dari membeli tanah yang lebih luas lagi untuk rumah baru mereka. Peralatan elektronik keluaran terbaru. Hingga mobil mewah yang langsung terparkir di depan rumah mereka berdua.Perubahan drastis dari keluarga Lutfhi dan Tini, menjadi perbincangan tetangganya. Mereka ada yang mulai iri dengan keberhasilan dari Lutfhi dan Tini, tapi ada juga yang mengaku bahagia dengan kejayaan yang mulai di dapat oleh Lutfhi sebagai seorang makelar tanah. Mereka berharap Lutfhi bisa menjadi seorang makelar tanah yang lebih sukses lagi.Lutfhi dan Tini yang kini sudah mulai memiliki banyak uang. Mulai menunjukkan sikap sombong dari dalam diri masing-masing. Tini dan Lutfhi berjalan dengan kepala yang tegak. Ada sedikit rasa angkuh dengan uang yang mereka miliki saat ini.Kedua anak Tini dan Lutfhi yang selama ini tidak memiliki mainan yang mahal. Mulai membeli beraneka ragam mainan y