Beranda / Horor / Warung Kopi Dunia Bawah / Bab 10: Kompetisi Stand-Up Horror

Share

Bab 10: Kompetisi Stand-Up Horror

Penulis: D.Arluna
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-21 09:25:25

Malam itu, WarKoDuBa mendadak ramai. Tapi bukan karena pengunjung biasa. Kali ini, ada kursi tambahan yang muncul sendiri, lampu temaram yang berkedip-kedip seolah bersiap jadi spotlight, dan mikrofon antik muncul dari balik rak bumbu.

Toyo berdiri terpaku di tengah warung. “Mas... ini kenapa tiba-tiba jadi kayak panggung?”

Karina melayang sambil membaca brosur yang muncul dari asap dupa.

“Katanya... ada Kompetisi Stand-Up Horror. Undangan langsung dari Departemen Hiburan Arwah.”

Dimas mengangkat alis. “Stand-Up Horror? Itu kayak... lawakan tapi serem?”

Randi langsung bersemangat. “Gue daftar! Ini saatnya gue gabung ke dunia hiburan multiverse!”

---

Satu per satu makhluk mulai berdatangan. Ada hantu kepala buntung bawa boneka ventriloquist, vampir dengan jas kembang-kembang, sampai sesosok bayangan tanpa suara yang langsung mendaftar sebagai peserta.

Toyo mencatat nama peserta dengan tangan gemetar. “Mas... banyak banget peserta yang... nggak punya mulut.”

“Tenang. Di sini, suara buka
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Warung Kopi Dunia Bawah   Bab 61 – Tatapan Dingin Sang Calon Ratu

    Malam baru saja turun ketika Dimas keluar dari warung sambil menghela napas panjang. Hawa Kota Bawah terasa lebih lembap dari biasanya. Kabut halus mengambang di sekitar jalan-jalan setapak, seolah menyembunyikan sesuatu yang belum sempat diungkap dunia.“Lo nggak takut keluar malam-malam begini?” tanya Toyo, menyusul dari belakang sambil mengunyah keripik lele rasa keju.Dimas melirik temannya, “Gue barusan ditelpon pelanggan baru. Katanya penting. Dia maksa banget buat ketemuan malam ini, di luar warung.”“Siapa?” Toyo mengangkat alis. “Kalo cewek cakep, gue ikut.”“Dia bilang namanya... Reina.”Toyo langsung berhenti mengunyah. “Reina? Nama yang terlalu... megah buat dimensi bawah, ya.”Dimas mengangguk. “Tungguin warung. Gue nggak lama.”Toyo mendengus, tapi tetap melambaikan tangan. “Jangan sampai lo pulang udah jadi kodok, Dim.”Dimas tersenyum tipis, lalu berjalan melewati gang sempit yang hanya diterangi lampu neon redup. Tempat pertemuannya adalah di ujung dermaga kecil yang

  • Warung Kopi Dunia Bawah   Bab 60: Tamu Tak Terdaftar

    Malam itu, langit di atas Warung Kopi Dunia Bawah tampak lebih pekat dari biasanya. Awan hitam menggantung rendah seperti hendak menyampaikan kabar buruk. Dimas yang sedang membersihkan gelas-gelas kopi di bar, merasakan suasana aneh itu. Bukan karena cuaca, melainkan karena getaran tak biasa yang merambat dari lantai kayu ke telapak kakinya."Toyo, lu ngerasa nggak sih, warung kita kayak... bergetar pelan?" tanya Dimas tanpa menoleh.Toyo yang tengah sibuk mengepel lantai berhenti, berdiri diam, lalu menempelkan telinganya ke lantai."Wah iya, Mas. Kayak ada yang jalan di bawah tanah... atau sesuatu yang gede banget..."Tiba-tiba, lonceng pintu berbunyi. Namun bukan suara khas pintu kayu dibuka, melainkan suara geraman berat—seperti gesekan rantai baja berkarat. Aroma belerang langsung memenuhi ruangan."Kita kedatangan tamu dari neraka nih kayaknya," gumam Randi yang baru turun dari lantai dua sambil membawa kamera. "Cekrek dikit ah, siapa tahu kontennya bisa viral."Dari pintu masu

  • Warung Kopi Dunia Bawah   Bab 59: Pengunjung dari Waktu yang Terlupakan

    Pintu Warung Kopi Dunia Bawah menutup pelan, tapi gema kehadiran pria berjubah ungu itu masih terasa jelas. Tubuhnya samar, nyaris tembus pandang, dan langkahnya seolah tak menyentuh lantai. Randi, Toyo, Dimas, dan Karina menatapnya dengan campuran takjub dan waspada."Kau... mau kembali ke masa lalu?" tanya Dimas perlahan, seakan tak ingin mengganggu realitas yang nyaris pecah di hadapan mereka.Pria itu mengangguk. "Bukan untuk mengubah. Hanya untuk melihat. Aku sudah terlalu tua untuk memperbaiki hidupku. Tapi aku ingin tahu... di titik mana aku berhenti jadi manusia."Karina mendekat, tatapannya lembut namun penuh rasa ingin tahu. "Apa kau tahu siapa dirimu sekarang?"Pria itu menoleh. "Aku... dulu dipanggil Pak Dirman. Guru di sebuah desa kecil di kaki gunung. Aku mendidik anak-anak. Tapi satu kesalahan membuatku kehilangan segalanya."Toyo meneguk ludah. "Kesalahan... seperti apa?"Pak Dirman menunduk. "Aku menuduh seorang murid mencuri. Tanpa bukti. Hanya karena firasat. Dan ka

  • Warung Kopi Dunia Bawah   Bab 58: Pengunjung yang Tak Terlihat

    Warung Kopi Dunia Bawah kembali diselimuti suasana hening. Jam dinding berdetak lambat, aroma kopi robusta khas buatan Dimas menyatu dengan udara, dan Toyo sedang menyapu lantai dengan gaya ninja—melompat sambil bersiul, seperti sedang berada di tengah arena kungfu.“Kalau kau semangat nyapu kayak gitu terus, kita bisa daftarin kamu ke acara TV ‘Master Bersih-Bersih Dunia Gaib’,” sindir Randi dari balik laptopnya.Toyo berhenti dan memelototi Randi, “Ssst! Jangan sembarangan ngomong! Barusan ada yang lewat. Angin dingin, Randi. DINGIN BANGET!”Randi menghela napas. “Angin, Toyo. Angin. Jangan tiap kali ketiup hawa AC kamu pikir itu hantu.”Namun, Dimas yang baru saja menyalakan teko kopi tiba-tiba menghentikan gerakannya. Ia memicingkan mata ke arah kursi pojok yang biasanya kosong. Kursi itu goyang sendiri.“Randi, Toyo… kalian lihat itu?” bisik Dimas.Mereka bertiga menatap ke arah yang sama. Kursi itu jelas-jelas bergerak perlahan, seperti ada seseorang duduk… atau berdiri kemudian

  • Warung Kopi Dunia Bawah   Bab 57: Tamu dari Masa Lalu

    Pagi itu warung kopi Dunia Bawah terasa lebih tenang dari biasanya. Tidak ada ledakan dari dapur, tidak ada pelanggan yang mendadak berubah jadi kodok, dan tidak ada Karina yang menjerit karena putus lagi sama pacar hantu barunya. Semua tampak… normal.Toyo sedang menyapu lantai dengan penuh semangat sambil bersenandung lagu dangdut remix. Randi sibuk mengedit video klip pelanggan semalam yang berasal dari planet berbentuk semangka, sementara Dimas duduk di balik meja kasir, menyeruput kopi sambil membaca surat kabar dunia manusia yang isinya penuh keanehan menurut standar Dunia Bawah."Dimas! Ada paket buat lo!" teriak Pak Kurir Setengah Dewasa, makhluk bertubuh separuh anak-anak dan separuh orang tua yang selalu mengantarkan paket dengan gaya dramatis seperti pengantar naskah film.Dimas menatap bingung ke arah kotak besar yang diturunkan dengan pelan oleh kurir tersebut. Tidak ada nama pengirim, hanya tulisan tangan miring-miring yang berbunyi:> "Untuk: Dimas Dari: Yang Pernah Kau

  • Warung Kopi Dunia Bawah   Bab 56 - Jejak Malam dan Perangkap Sunyi

    Pukul dua dini hari. Langit kota masih mendung dan angin malam menyapu lorong-lorong sempit yang menghubungkan rumah-rumah tua di kawasan timur. Dimas berdiri di depan gang buntu yang kini tampak lebih seperti jalan menuju neraka. Toyo berdiri di sampingnya, menggigil bukan karena dingin, tapi karena firasat buruk yang membekap jiwanya sejak mereka keluar dari Warung Kopi Dunia Bawah tadi malam."Mas... yakin ini tempatnya?" bisik Toyo pelan."Yakin nggak yakin, kita udah dipandu sama jejak energi dari Karina. Aura dia terakhir tertinggal di sini..." jawab Dimas sambil menyalakan lampu senter kecil di ponselnya.Randi, yang baru tiba dengan napas tersengal setelah lari dari arah seberang, bergabung sambil mengatur napasnya. "Lo tau nggak, jalanan tadi itu kayak dilipat. Tiba-tiba gue balik lagi ke tempat awal. Ini beneran kawasan gang mistis, Mas."Dimas mengangguk. "Ya. Sialnya, kita udah masuk terlalu dalam. Karina nggak muncul, dan energi jiwanya kayak... terganggu.""Terganggu gim

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status