Hujan tipis membasahi atap seng WarKoDuBa malam itu. Angin meniupkan aroma kopi, dupa, dan sedikit kesepian. Karina melayang sambil mengelap cermin tua yang tak pernah memantulkan bayangan, sementara Randi sedang menyusun playlist musik untuk suasana ‘setengah horor, setengah galau’.Toyo berdiri dengan sapu di tangan, tapi justru memeluknya seperti gitar.“Mas Dimas, kok hari ini sepi, ya?”“Tenang, Yo,” ujar Dimas dari balik mesin espresso. “Kadang rasa butuh waktu untuk sampai.”Baru saja Dimas bicara, terdengar suara ‘duk’ keras dari lantai warung. Semua terdiam. Lalu lantai kayu bagian belakang perlahan terbuka sendiri... dan dari sana muncul seorang pria.Ia tampak kusam, janggut gondrong, rambut acak-acakan, baju lusuh seperti dari zaman Hindia Belanda. Ia membuka mata perlahan dan berbisik:“...Sudah merdeka?”---Mereka semua mendekat perlahan.“Mas... Mas sehat?” tanya Toyo pelan.“Aku... siapa?” jawab pria itu sambil berdiri kaku. “Terakhir aku ingat... aku mimpi minum kopi
Last Updated : 2025-06-14 Read more