Compartir

Bertemu Musuh Lama

Autor: Auphi
last update Última actualización: 2025-12-05 13:03:10

Kalau guru kekaisaran bersikap murah hati, maka beda cerita dengan nyonya tua. Beliau masih tak sudi melepas Fei Yang begitu saja.

"Semua orang juga sibuk, tapi masih sempat bertemu kerabat. Mungkin kami hanya tak layak melihat wajah mulia anda."

Semua orang mendadak beku tetapi Fei Yang masih bisa tersenyum ramah.

"Saya tak berani berkata begitu. Tapi anda memang benar, etika saya yang kurang. Harap lao furen bermurah hati."

Kalau masih keras kepala setelah cucu menantu memberinya muka, maka nyonya tua Xie akan jadi orang yang tak masuk akal. Jadi beliau tidak lagi memperpanjang masalah walau mukanya terhadap Fei Yang tak bisa dibilang ramah.

Selanjutnya guru kekaisaran Xie bercakap-cakap dengan Fei Yang hingga kedua putranya datang. Seperti sang ayah, anak-anak muda keluarga Xie juga generasi yang menjanjikan.

Si sulung berumur tiga puluh tiga dan menjabat sebagai menteri ritus sedang yang bungsu dua puluh tujuh dan mengikuti jejak sang ayah menjadi guru di akademi kekaisaran. B
Continúa leyendo este libro gratis
Escanea el código para descargar la App
Capítulo bloqueado

Último capítulo

  • Waspadalah, Nyonya Tak Sudi Lagi Ditindas   Hamil

    Mendengar istrinya pingsan, Fei Yang seperti kehilangan separuh jiwa. Dengan panik dia membopong tubuh Ming Lan ke atas ranjang. "Cepat! Panggilkan tabib."Majikan yang biasa tenang tiba-tiba seperti orang kesurupan membuat pelayan paviliun An Ning ikut panik. Mereka lalu lalang di sekitar.Nyonya tua jadi berang sendiri. "Sekelompok orang bodoh! Cuma pingsan, apa yang perlu ditakutkan? Panggil saja tabib dari apotek terdekat."Anggrek yang menemani majikannya cuma bisa menahan geram. Nyonya tua benar-benar tak peduli akan nasib majikannya. Dia berjalan keluar xiangfu untuk memanggil tabib yang juga merupakan guru Xiaoting. Ketika sampai di paviliun An Ning, kening nyonya tua mengernyit melihat penampilan bersahaja tabib tersebut. "Sejak kapan sembarang orang bisa masuk ke tempatku?" ujarnya memelototi Anggrek. "Cari saja tabib lain. Jangan mengotori pemandangan.""Lao furen, tabib ini orang yang d

  • Waspadalah, Nyonya Tak Sudi Lagi Ditindas   Ming Lan Pingsan

    Di kediaman perdana menteri, orang-orang sedang bersukacita. Fei Yang resmi diangkat jadi bangsawan adalah prestasi membanggakan bagi keluarga kecil yang asalnya dari pelosok. Walau hanya bisa diwariskan untuk tiga keturunan, nyonya tua tak bisa menahan senyum setiap kali mengingatnya. Setelah bencana akibat ulah Lin Jun, berkah langit akhirnya kembali mampir di kediaman Chu. "Kita harus mengadakan perjamuan besar," ujar beliau sambil mengelus plakat pemberian kaisar. "Tak mungkin di sini. Harus di kediaman yang baru," sahut Hao Mei tanpa bisa menutupi rasa iri. "Tempat itu lebih besar dan bagus."Kaisar menganugerahkan sebuah kediaman yang sepadan dengan gelar baru Fei Yang. Tempat itu bekas istana salah satu pangeran dari dinasti terdahulu. Kemegahannya tak perlu diragukan. Tentu Hao Mei senang dengan kepindahan adik iparnya. Dia akan jadi nyonya kediaman dan mengatur segalanya. Hal yang membebani pikiran cuma nyonya tua.

  • Waspadalah, Nyonya Tak Sudi Lagi Ditindas   Istana Dingin

    Ibu kota kembali dilanda kegemparan dan pelakunya lagi-lagi pangeran Rui dan keluarga Wang. Kalau yang pertama adalah pembunuhan terhadap pangeran Qin, maka yang kedua lebih serius. Menggulingkan pemerintahan. Dalam semalam, kaisar bertambah tua sepuluh tahun. Rambutnya memutih dengan cepat begitu pula kerutan di wajahnya. Saat ini di ruang takhta, dia duduk di atas singgasana yang dingin, menatap ke bawah pada pangeran Rui, putra yang paling dia sayangi hingga abai terhadap yang lain. "Kenapa?" Hanya itu yang keluar dari bibirnya. Semalam, tiga dekrit sudah keluar.Mengeksekusi pangeran Rui beserta keluarga Wang, mengusir selir Shu -- yang merupakan ibu pangeran Rui -- ke istana dingin, dan mengangkat Chu Fei Yang sebagai bangsawan dengan gelar marquis Xiangyang (Xiangyang Hou). Untuk terakhir kali, dia hanya mau dengar suara anaknya sebelum dieksekusi besok pagi. "Kenapa tidak?" Suara pangeran

  • Waspadalah, Nyonya Tak Sudi Lagi Ditindas   Tuan Suami Akhirnya Pulang

    Hari-hari berlalu begitu saja dan dalam penantian panjang, Ming Lan sampai lupa waktu. Dia tak tahu berapa lama dipenjara, juga kapan Fei Yang akan kembali. Kegelapan yang lebih pekat di malam ini membuatnya enggan terpejam. Hatinya diliputi kecemasan akan situasi suami juga anaknya. Tiba-tiba derit pelan terdengar. Seseorang membuka pintu sel. Sebelum dia sempat bilang apa-apa, suara Shi Tou terdengar. Rendah dan parau. "Furen, bagaimana kalau anda keluar saja? Saya bisa membawa anda pergi."Ming Lan duduk dari posisi tidurnya. "Kenapa tiba-tiba? Apa terjadi sesuatu?"Sikap diam Shi Tou membuat firasatnya makin tak enak. Hal yang paling dia takutkan jika terjadi hal buruk pada suami atau kedua anaknya. "Jangan bertele-tele. Katakan apa yang terjadi?""Furen, Xiaomei sudah meninggal petang ini."Butuh beberapa saat bagi Ming Lan mencerna perkataan Shi Tou. "Ap--apa yang terjadi? Bukankah dia baik-baik saja? Kenapa bis

  • Waspadalah, Nyonya Tak Sudi Lagi Ditindas   Mengelabui Suku Barbar

    Dalam jarak ribuan Li dari ibu kota, perdana menteri yang kelelahan duduk bersandar di kursinya. Mata yang jeli sedang melihat laporan militer yang dikirim dari barisan depan. Hingga hari ini mereka telah kehilangan lima ribu tentara. Jumlah yang sangat banyak, jauh melebihi perkiraan. Jika hal ini terus berlanjut, bukan tak mungkin suku barbar akan menguasai daratan tengah. "Dimana pangeran Nanping?"Prajurit yang menghadapnya membungkuk hormat. "Beliau sedang memeriksa prajurit yang terluka.""Bagaimana dengan ransum? Apakah masih cukup?""Kita kekurangan air juga biji-bijian. Saat ini hanya mengandalkan persediaan singkong."Sebelum bantuan dari ibu kota sampai, pangeran Nanping dan prajuritnya sudah meracuni sumber air agar suku barbar kewalahan dan mundur. Hal ini dilakukan untuk mempersingkat peperangan. Siapa yang mengira bahwa suku barbar ini begitu enerjik. Perang jadi berlarut-larut hampir sebulan. Kalau ter

  • Waspadalah, Nyonya Tak Sudi Lagi Ditindas   Kunjungan Wang Kun

    "Aaarrrggghhh!"Ming Lan bangun dengan teriakan panjang. Peluh membanjiri keningnya. Mimpi aneh tadi masih terbayang-bayang hingga menimbulkan berbagai pertanyaan. Apakah dunia modern yang dikunjunginya itu alam lain? Atau kepingan hidupnya di masa depan?Semuanya baru berhenti setelah netranya tertumbuk pada jeruji sel. Rupanya Rongle dan antek-anteknya sudah memindahkannya dari ruang rahasia. Sama seperti kemarin, pintu sel-nya kembali ditendang dengan keras. "Cepat makan. Kalau tidak, mati saja!"Mata Ming Lan memindai cepat dan melihat bahwa sajian hari ini berbeda. Nasi panas disertai sedikit daging dan sayuran rebus. Mungkin Rongle takut karena dia sampai pingsan semalam. Dia menyeret tubuhnya dan menandaskan isi mangkok dengan cepat. Staminanya harus kuat sebab nanti malam tak tahu penyiksaan apa lagi yang akan terjadi. Selesai makan, sipir penjara menghelanya keluar dan menjemurnya di bawah terik si

Más capítulos
Explora y lee buenas novelas gratis
Acceso gratuito a una gran cantidad de buenas novelas en la app GoodNovel. Descarga los libros que te gusten y léelos donde y cuando quieras.
Lee libros gratis en la app
ESCANEA EL CÓDIGO PARA LEER EN LA APP
DMCA.com Protection Status