LOGINBakti pada orang tua adalah kebajikan tertinggi. Bahkan seorang kaisar, tetap tak dapat mengingkari hukum ini. Apa lagi hanya status wangfei.
"Chu furen mengatakannya dengan sangat baik." Qin wangfei tersenyum penuh arti. "Tak tahu apakah ben wangfei punya kesempatan melihat bakti apa yang anda maksud." Para nyonya mulai menebak-nebak kejadian di belakang layar. Biasanya dua ipar kerajaan tak pernah akur, tetapi ketika berhadapan dengan Ming Lan, malah jadi tim yang solid. Ming Lan jelas tahu apa penyebab semuanya. Dia pernah menyinggung putri Rongle. Sebagai ipar yang baik, sudah pasti Qin wangfei menuntut balas. "Karena Qin wangfei begitu penasaran, maka saya hanya bisa menurut." Ming Lan memberi isyarat, dan Anggrek maju ke hadapan nyonya tua membawa baki berisi sembilan bakpao yang masih hangat. Aroma persik yang harum seketika memenuhi ruangan. "Nenek, cucumu tidak berbakat juga tak punya harta berhaKehamilan Ming Lan jadi peristiwa besar di xiangfu. Setiap hari Fei Yang menyempatkan diri menemani istrinya untuk makan atau berjalan di sekitar taman. "Lan'er, jangan terlalu banyak bergerak. Nanti kau jatuh."Ming Lan mencibir dalam hati. Ilmu medis di dunia modern malah menyarankan perempuan hamil banyak berjalan dan bergerak untuk memperlancar persalinan. Sementara di sini, dia diperlakukan seperti tawanan. Kemana-mana dilarang. "Xiangye, kalau anda terus-terusan mengekang, saya akan sedih. Akan berakibat buruk pada anak kita.""Baiklah, baiklah. Tapi pastikan kau hati-hati."Baru saja Ming Lan menarik nafas lega, pelayan Liu sudah datang sambil membawa semangkok sop yang aromanya bikin mau muntah. "Furen, waktunya minum sop kesehatan."Sejak dia hamil, perhatian nyonya tua berlipat ganda. Setiap hari mengirim tonik dan sop. Beliau juga sesumbar akan punya cucu laki-laki. "Letakkan di situ. Nanti kuminu
Mendengar istrinya pingsan, Fei Yang seperti kehilangan separuh jiwa. Dengan panik dia membopong tubuh Ming Lan ke atas ranjang. "Cepat! Panggilkan tabib."Majikan yang biasa tenang tiba-tiba seperti orang kesurupan membuat pelayan paviliun An Ning ikut panik. Mereka lalu lalang di sekitar.Nyonya tua jadi berang sendiri. "Sekelompok orang bodoh! Cuma pingsan, apa yang perlu ditakutkan? Panggil saja tabib dari apotek terdekat."Anggrek yang menemani majikannya cuma bisa menahan geram. Nyonya tua benar-benar tak peduli akan nasib majikannya. Dia berjalan keluar xiangfu untuk memanggil tabib yang juga merupakan guru Xiaoting. Ketika sampai di paviliun An Ning, kening nyonya tua mengernyit melihat penampilan bersahaja tabib tersebut. "Sejak kapan sembarang orang bisa masuk ke tempatku?" ujarnya memelototi Anggrek. "Cari saja tabib lain. Jangan mengotori pemandangan.""Lao furen, tabib ini orang yang d
Di kediaman perdana menteri, orang-orang sedang bersukacita. Fei Yang resmi diangkat jadi bangsawan adalah prestasi membanggakan bagi keluarga kecil yang asalnya dari pelosok. Walau hanya bisa diwariskan untuk tiga keturunan, nyonya tua tak bisa menahan senyum setiap kali mengingatnya. Setelah bencana akibat ulah Lin Jun, berkah langit akhirnya kembali mampir di kediaman Chu. "Kita harus mengadakan perjamuan besar," ujar beliau sambil mengelus plakat pemberian kaisar. "Tak mungkin di sini. Harus di kediaman yang baru," sahut Hao Mei tanpa bisa menutupi rasa iri. "Tempat itu lebih besar dan bagus."Kaisar menganugerahkan sebuah kediaman yang sepadan dengan gelar baru Fei Yang. Tempat itu bekas istana salah satu pangeran dari dinasti terdahulu. Kemegahannya tak perlu diragukan. Tentu Hao Mei senang dengan kepindahan adik iparnya. Dia akan jadi nyonya kediaman dan mengatur segalanya. Hal yang membebani pikiran cuma nyonya tua.
Ibu kota kembali dilanda kegemparan dan pelakunya lagi-lagi pangeran Rui dan keluarga Wang. Kalau yang pertama adalah pembunuhan terhadap pangeran Qin, maka yang kedua lebih serius. Menggulingkan pemerintahan. Dalam semalam, kaisar bertambah tua sepuluh tahun. Rambutnya memutih dengan cepat begitu pula kerutan di wajahnya. Saat ini di ruang takhta, dia duduk di atas singgasana yang dingin, menatap ke bawah pada pangeran Rui, putra yang paling dia sayangi hingga abai terhadap yang lain. "Kenapa?" Hanya itu yang keluar dari bibirnya. Semalam, tiga dekrit sudah keluar.Mengeksekusi pangeran Rui beserta keluarga Wang, mengusir selir Shu -- yang merupakan ibu pangeran Rui -- ke istana dingin, dan mengangkat Chu Fei Yang sebagai bangsawan dengan gelar marquis Xiangyang (Xiangyang Hou). Untuk terakhir kali, dia hanya mau dengar suara anaknya sebelum dieksekusi besok pagi. "Kenapa tidak?" Suara pangeran
Hari-hari berlalu begitu saja dan dalam penantian panjang, Ming Lan sampai lupa waktu. Dia tak tahu berapa lama dipenjara, juga kapan Fei Yang akan kembali. Kegelapan yang lebih pekat di malam ini membuatnya enggan terpejam. Hatinya diliputi kecemasan akan situasi suami juga anaknya. Tiba-tiba derit pelan terdengar. Seseorang membuka pintu sel. Sebelum dia sempat bilang apa-apa, suara Shi Tou terdengar. Rendah dan parau. "Furen, bagaimana kalau anda keluar saja? Saya bisa membawa anda pergi."Ming Lan duduk dari posisi tidurnya. "Kenapa tiba-tiba? Apa terjadi sesuatu?"Sikap diam Shi Tou membuat firasatnya makin tak enak. Hal yang paling dia takutkan jika terjadi hal buruk pada suami atau kedua anaknya. "Jangan bertele-tele. Katakan apa yang terjadi?""Furen, Xiaomei sudah meninggal petang ini."Butuh beberapa saat bagi Ming Lan mencerna perkataan Shi Tou. "Ap--apa yang terjadi? Bukankah dia baik-baik saja? Kenapa bis
Dalam jarak ribuan Li dari ibu kota, perdana menteri yang kelelahan duduk bersandar di kursinya. Mata yang jeli sedang melihat laporan militer yang dikirim dari barisan depan. Hingga hari ini mereka telah kehilangan lima ribu tentara. Jumlah yang sangat banyak, jauh melebihi perkiraan. Jika hal ini terus berlanjut, bukan tak mungkin suku barbar akan menguasai daratan tengah. "Dimana pangeran Nanping?"Prajurit yang menghadapnya membungkuk hormat. "Beliau sedang memeriksa prajurit yang terluka.""Bagaimana dengan ransum? Apakah masih cukup?""Kita kekurangan air juga biji-bijian. Saat ini hanya mengandalkan persediaan singkong."Sebelum bantuan dari ibu kota sampai, pangeran Nanping dan prajuritnya sudah meracuni sumber air agar suku barbar kewalahan dan mundur. Hal ini dilakukan untuk mempersingkat peperangan. Siapa yang mengira bahwa suku barbar ini begitu enerjik. Perang jadi berlarut-larut hampir sebulan. Kalau ter