Share

Tontonan Menarik

Penulis: Auphi
last update Terakhir Diperbarui: 2025-12-15 20:00:41

Hampir dua bulan berlalu sejak ujian kekaisaran, kediaman perdana menteri masih jadi perbincangan hangat.

Tokoh yang dulu begitu hebat, jatuh dalam semalam karena melahirkan putra yang salah. Orang menjadikan Lin Jun sebagai contoh agar anak-anak mereka jangan sampai membawa aib bagi keluarga.

Orang yang paling murung di xiangfu adalah nyonya tua. Siang ini suara pecahan porselen kembali terdengar di paviliun An Ning.

"Kurang ajar! Begitu anakku tertimpa masalah, orang-orang ini sungguh tak sabar menginjak."

Permintaan nyonya tua untuk satu set peralatan minum porselen edisi terbatas, lagi-lagi ditolak. Hal ini belum pernah terjadi.

Undangan ke perjamuan juga sama. Sudah ada lima pesta sejak insiden ujian, tapi tak satu undangan pun sampai ke xiangfu. Nyonya tua yang sudah terbiasa mendapat sorotan, jadi patah semangat.

"Kalau terus begini, keluarga Chu kita akan dilupakan orang."

"Bukankah semuanya karena cucu ke
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Waspadalah, Nyonya Tak Sudi Lagi Ditindas   Duel Kedua Putri

    Aula kemuliaan agung berbeda malam ini. Ada keramaian juga musik yang meriah. Para utusan dari empat suku barbar datang lebih awal. Ditemani para pejabat dan bangsawan bangsa Han. "Sepertinya orang dataran tengah tidak tepat waktu," bisik Tuoba Rui pada juru bicaranya. Acara memang belum dimulai karena kaisar belum datang. Semua orang juga paham bahwa ini cuma cara beliau mengintimidasi utusan lawan. Untuk menunjukkan siapa yang lebih berkuasa. Pangeran Tuoba, entah terlalu polos atau bebal, justru memakainya untuk menyerang tuan rumah. Putri Rongle yang duduk tak jauh, langsung mendelik. Sejak Zhou Qingwen dihukum mati, kesabarannya makin tipis. Awal-awal dia berkabung seperti janda ditinggal suami. Kaisar jadi berang. Putri Rongle ditegur dan dihukum. Setelah itu, sikapnya berubah drastis. Suka menyiksa orang lewat perkataan atau tindakan. "Pangeran Tuoba sepertinya tak berniat damai. Datang ke rumah orang tapi masih meng

  • Waspadalah, Nyonya Tak Sudi Lagi Ditindas   Cinta Tak Berbalas

    Kekalahan Xiongnu dan Xianbei pada pertempuran terakhir membuat mereka tak punya pilihan selain mengajukan perjanjian damai. Syaratnya, mereka harus melepas dua kota dan mengirim upeti setiap tahun. Ditambah perkawinan politik. Pada akhir musim panas, urusan damai akhirnya tiba di ibu kota. Fei Yang bersama beberapa pejabat bertugas menyambut tamu di gerbang kota. "Lama tak bertemu, perdana menteri Chu tetap berwajah lembut." Sapaan ini datang dari juru bicara suku Xianbei. Wajahnya memang garang untuk standar orang-orang dataran tengah. Suku barbar memiliki kulit lebih gelap. Selain itu, struktur tubuh juga kekar oleh tempaan alam. Akibatnya, mereka cenderung merendahkan kaum pria dataran tengah. "Wajahku mungkin lembut tetapi tetap saja jenderal kalian mati di tanganku." Fei Yang mengutarakan fakta yang menyakitkan hati tanpa ragu. "Sebaiknya juru bicara harus ingat satu hal. Kemenangan tidak hanya

  • Waspadalah, Nyonya Tak Sudi Lagi Ditindas   Minta Bantuan Ming Lan

    Kehamilan Ming Lan jadi peristiwa besar di xiangfu. Setiap hari Fei Yang menyempatkan diri menemani istrinya untuk makan atau berjalan di sekitar taman. "Lan'er, jangan terlalu banyak bergerak. Nanti kau jatuh."Ming Lan mencibir dalam hati. Ilmu medis di dunia modern malah menyarankan perempuan hamil banyak berjalan dan bergerak untuk memperlancar persalinan. Sementara di sini, dia diperlakukan seperti tawanan. Kemana-mana dilarang. "Xiangye, kalau anda terus-terusan mengekang, saya akan sedih. Akan berakibat buruk pada anak kita.""Baiklah, baiklah. Tapi pastikan kau hati-hati."Baru saja Ming Lan menarik nafas lega, pelayan Liu sudah datang sambil membawa semangkok sop yang aromanya bikin mau muntah. "Furen, waktunya minum sop kesehatan."Sejak dia hamil, perhatian nyonya tua berlipat ganda. Setiap hari mengirim tonik dan sop. Beliau juga sesumbar akan punya cucu laki-laki. "Letakkan di situ. Nanti kuminu

  • Waspadalah, Nyonya Tak Sudi Lagi Ditindas   Hamil

    Mendengar istrinya pingsan, Fei Yang seperti kehilangan separuh jiwa. Dengan panik dia membopong tubuh Ming Lan ke atas ranjang. "Cepat! Panggilkan tabib."Majikan yang biasa tenang tiba-tiba seperti orang kesurupan membuat pelayan paviliun An Ning ikut panik. Mereka lalu lalang di sekitar.Nyonya tua jadi berang sendiri. "Sekelompok orang bodoh! Cuma pingsan, apa yang perlu ditakutkan? Panggil saja tabib dari apotek terdekat."Anggrek yang menemani majikannya cuma bisa menahan geram. Nyonya tua benar-benar tak peduli akan nasib majikannya. Dia berjalan keluar xiangfu untuk memanggil tabib yang juga merupakan guru Xiaoting. Ketika sampai di paviliun An Ning, kening nyonya tua mengernyit melihat penampilan bersahaja tabib tersebut. "Sejak kapan sembarang orang bisa masuk ke tempatku?" ujarnya memelototi Anggrek. "Cari saja tabib lain. Jangan mengotori pemandangan.""Lao furen, tabib ini orang yang d

  • Waspadalah, Nyonya Tak Sudi Lagi Ditindas   Ming Lan Pingsan

    Di kediaman perdana menteri, orang-orang sedang bersukacita. Fei Yang resmi diangkat jadi bangsawan adalah prestasi membanggakan bagi keluarga kecil yang asalnya dari pelosok. Walau hanya bisa diwariskan untuk tiga keturunan, nyonya tua tak bisa menahan senyum setiap kali mengingatnya. Setelah bencana akibat ulah Lin Jun, berkah langit akhirnya kembali mampir di kediaman Chu. "Kita harus mengadakan perjamuan besar," ujar beliau sambil mengelus plakat pemberian kaisar. "Tak mungkin di sini. Harus di kediaman yang baru," sahut Hao Mei tanpa bisa menutupi rasa iri. "Tempat itu lebih besar dan bagus."Kaisar menganugerahkan sebuah kediaman yang sepadan dengan gelar baru Fei Yang. Tempat itu bekas istana salah satu pangeran dari dinasti terdahulu. Kemegahannya tak perlu diragukan. Tentu Hao Mei senang dengan kepindahan adik iparnya. Dia akan jadi nyonya kediaman dan mengatur segalanya. Hal yang membebani pikiran cuma nyonya tua.

  • Waspadalah, Nyonya Tak Sudi Lagi Ditindas   Istana Dingin

    Ibu kota kembali dilanda kegemparan dan pelakunya lagi-lagi pangeran Rui dan keluarga Wang. Kalau yang pertama adalah pembunuhan terhadap pangeran Qin, maka yang kedua lebih serius. Menggulingkan pemerintahan. Dalam semalam, kaisar bertambah tua sepuluh tahun. Rambutnya memutih dengan cepat begitu pula kerutan di wajahnya. Saat ini di ruang takhta, dia duduk di atas singgasana yang dingin, menatap ke bawah pada pangeran Rui, putra yang paling dia sayangi hingga abai terhadap yang lain. "Kenapa?" Hanya itu yang keluar dari bibirnya. Semalam, tiga dekrit sudah keluar.Mengeksekusi pangeran Rui beserta keluarga Wang, mengusir selir Shu -- yang merupakan ibu pangeran Rui -- ke istana dingin, dan mengangkat Chu Fei Yang sebagai bangsawan dengan gelar marquis Xiangyang (Xiangyang Hou). Untuk terakhir kali, dia hanya mau dengar suara anaknya sebelum dieksekusi besok pagi. "Kenapa tidak?" Suara pangeran

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status