Share

TERTANGKAP BASAH

Amanda menghela napas panjang sebelum ia membuka pintu yang menghubungkannya langsung dengan lapangan golf yang berada di rumah megah itu.

Terlihat lapangan yang sangat luas saat ini. Ia bahkan baru pertama kali melihatnya. Ternyata rumah itu sangat megah.

Wanita itu pun melihat Alfred yang saat ini tengah memukul bola itu dengan sangat keras. Seketika Amanda terkejut, tentu saja semua itu sangat luar biasa. Ternyata Alfred adalah pemain yang hebat.

Alfred memberhentikan permainannya itu sejenak. Ia menatap ke arah tepi lapangan dan di sana terlihat Amanda yang tengah berdiri sambil menatapnya. Seketika Alfred berjalan mendekati wanita itu.

"Berapa luas lapangan ini? Berapa pula mereka membayar tagihan listriknya?" gumam Amanda seraya memikirkan semuanya.

"Amanda?" panggil Alfred kemudian.

Amanda tersenyum kikuk dan menunduk hormat kepadanya, "Iya, Tuan. Ada yang bisa saya bantu?"

Alfred terdiam sejenak, entah ia seketika lupa dengan apa yang harus ia katakan saat ini. Lagi pula, untuk apa ia memanggil Amanda kali ini?

"Katy akan datang, mungkin malam ini atau besok pagi. Jadi, kau harus bersiap-siap," jawab Alfred kemudian. Ia sebenarnya tak tahu harus mengatakan apa.

Amanda senang mendengarnya, "Tentu, Sir. Terima kasih atas informasinya."

Alfred mengangguk, "Kau bisa pergi."

Amanda mengangguk hormat kembali dan setelah itu pergi berlalu dari dalam lapangan golf tersebut. 

"Huft, aku kira ia akan memecatku karena telah berkencan diam-diam selama enam bulan belakangan ini," gumam Amanda seketika saat ia telah menutup pintu itu kembali.

"Pssstt.."

Amanda menoleh ke arah kanannya, terlihat Julie yang memanggilnya untuk mendekat ke arahnya saat ini.

"Bagaimana? Apakah ia memberikanmu sebuah cincin?" tanya Julie seketika.

"Hei, apa yang kau bicarakan? Tuan Alfred hanya mengatakan bahwa Katy akan tiba di rumah malam ini atau besok pagi," jawab Amanda seraya terkekeh.

"Ah, hanya itu? Kurasa itu bukanlah sebuah rahasia umum, tapi kenapa ia harus memanggilmu terlebih dahulu? Pasti ia memiliki suatu hal yang terselubung," gumam Julie yang mencoba untuk menebaknya.

"Itu karena aku adalah pengasuh anaknya, seperti itu, sudahlah, jangan berpikrian aneh-aneh," jawab Amanda kemudian.

"Tapi, bagaimana jika nantinya ia melamarmu? Terima saja, apalagi ia melebihi Andrew kekasihmu itu, kan?" goda Julie kembali.

Ah, wanita itu selalu saja berhasil membuatnya terkekeh, "Julie, lebih baik kita bekerja sekarang, aku juga ingin pergi berbelanja hari ini. Bagaimana?"

"Ide yang bagus. Kita bisa sekalian mencuci mata," jawab Julie yang menyetujuinya saat ini.

***

"Kau tahu, bagaimana jalan cerita dari romeo dan juliet versi kami?" tanya Julie sambil membawa belanjaan mereka.

Amanda terlihat memikirkannya sejenak, "Entahlah, apakah sama seperti cerita kebanyakan? Romeo and Juliet adalah sebuah tragedi yang ditulis oleh William Shakespeare di awal karirnya tentang dua kekasih muda Italia yang bernasib sial yang kematiannya pada akhirnya mendamaikan keluarga mereka yang bertikai. Itu adalah salah satu drama paling populer Shakespeare selama hidupnya dan, bersama dengan Hamlet, adalah salah satu dramanya yang paling sering ditampilkan. Saat ini pun karakter judul dianggap sebagai tipikal pecinta muda. Benar?"

"Kau benar sekali, tapi tidak seperti itu versi kita semua sebagai para asisten yang beruntung bisa bekerja di rumah megah itu," jawab Julie kemudian.

"Lalu, seperti apa itu?" tanya Amanda yang merasa penasaran. Mereka lalu berjalan memasuki lift tersebut untuk kembali ke lantai bawah. Semua yang mereka perlukan telah terpenuhi. Saat ini adalah waktunya untuk kembali pulang.

"Romeo adalah putra bangsawan seperti Alfred, sedangkan Juliet adalah kita, oh, sangat tragis sekali, bukan?" jawab Julie bersamaan dengan terbukanya pintu lift tersebut.

"Julie, aku sudah tak tahan lagi," gumam Amanda seketika. Ia harus pergi ke toilet sekaeang juga.

"Ah, baiklah, aku akan menunggumu di sini," jawab Julie kemudian. Setelah itu, ia pun pergi berlalu menuju ke arah toilet wanita yang kebetulan sekali jaraknya cukup dekat dengan posisi mereka tadi.

Tak perlu waktu lama, Amanda pun telah menyelesaikan ritualnya di dalam sana. Ia memang cukup tersiksa tadinya dengan menahan semuanya. 

"Ah, syukur sekali, akhirnya aku bisa merasa lega," gumam Amanda dan setelah itu mencuci tangannya. Ia juga terlihat menatap dirinya di pantulan cermin. Baiklah, rambutnya yang berwarna cokelat itu lantas berhasil membuat Amanda tersenyum. Ia menyukainya.

Namun, beberapa saat kemudian, ia mendengar sesuatu yang menurutnya cukup mencurigakan.

"Bukankah hanya ada aku saja di sini?" gumam Amanda kemudian.

Ia lalu berjalan mendekati ke arah suara itu, kebetulan sekali ternyata arahnya berada di dekat pintu keluar dari toilet tersebut.

"A-apa?"

Amanda tak mempercayai semua penglihatannya ini. Tidak tidak. Ia pasti sudah salah lihat.

"Itu tidak mungkin Andrew. Tidak, Andrew tak akan berselingkuh di belakangku," gumam Amanda seketika. 

Tentu saja, ia melihat kekasihnya itu yang saat ini sedang berciuman dengan seorang wanita yang entah siapa itu karena ia tak bisa melihat wajahnya saat ini. Wanita itu membelakanginya.

Amanda pun pergi berlalu dari sana. Semua penglihatannya sangat salah. Itu bukanlah Andrew. Ia yakin itu.

"Amanda, ada apa?" tanya Julie yang merasa terkejut seketika.

Amanda mencoba untuk tersenyum, walaupun air matanya itu seketika berlinang, "Ayo, kita harus kembali pulang."

Setelah mengatakan hal tersebut, Amanda pun pergi berlalu menuju ke arah luar mall tersebut. Julie masih merasa bingung dan belum menemukan penyebabnya. Tak mungkin Amanda akan menangis seketika seperti itu. Ini adalah pertama kalinya ia melihat Amanda menangis.

Beberapa saat kemudian, ia melihat seorang pria yang berjalan keluar dari dalam toilet wanita yang sebelumnya di datangi oleh Amanda.

"Andrew? Kapan ia masuk? Bukankah tadi Amanda hanya seorang diri saja di dalam sana?" gumam Julie terkejut. Ia pun berjalan untuk menyusuli Amanda yang entah di mana sekarang posisinya.

Julie juga tak sempat untuk melihat pria itu dan juga pasangan selingkuhannya. Lebih baik ia segera menyusuli Amanda saat ini.

Terlihat Amanda yang kali ini tengah bersama dengan supir pribadi dari salah satu pekerja Alfred. Tentu saja mereka tak bisa keluar rumah begitu saja saat siang hari seperti ini, apalagi jika Alfred sedang berada di rumah. Mereka harus di antar.

Julie mencoba untuk berpura-pura tak mengetahui keberadaan Andrew di dalam sana. Lebih baik ia membiarkan Amanda untuk menenangkan dirinya sejenak. Wanita itu pasti akan bercerita dengannya setelah semuanya tenang.

***

Alfred mencoba untuk menenangkan dirinya. Ia kembali memimpikan Lily saat ini. Semua itu sangat jelas dan terjadi di dalam kamarnya ini.

"Aku akan segera memenuhi semua keinginanmu, Bu. Percayalah kepadaku," ujar Alfred kemudian.

Ia lalu bangkit berdiri dan berjalan menuju ke arah lantai bawah, bersamaan dengan kehadiran salah satu asistennya itu dan juga Katy di sana.

"Di mana Amanda?" tanya Alfred seketika.

"Nona Amanda dan juga Julie sedang pergi berbelanja bulanan, Tuan. Apakah saya harus menemui mereka?" 

"Tidak perlu. Tolong suruh Amanda untuk segera pergi ke kamarku jika ia telah sampai di rumah. Jangan lupa agar ia mengajak Katy juga nantinya," ujar Alfred dan setelah itu ia pun pergi berlalu kembali ke dalam kamarnya tanpa menunggu jawaban dari asistennya itu.

Beberapa saat kemudian, terlihat kehadiran Julie dan juga Amanda di sana. Amanda seketika tersenyum senang saat melihat Katy di antara mereka semua.

Wanita itu memang telah menceritakan semua yang ia lihat tadi kepada Julie. Bahkan ia juga menangis dan saat ini kedua matanya merah. Tak masalah, asal Amanda merasa tenang maka semua itu tak akan menjadi masalah.

"Amanda, Tuan Alfred menunggumu di kamarnya sekarang," ujar salah satu asisten tersebut.

Seketika Amanda yang telah menggendong Katy saat ini merasa terkejut. Alfred memanggilnya?

"Kau juga bisa membawa Katy ke dalam kamarnya. Cepatlah," ujarnya kembali kepada Amanda.

"Uhh, lihatlah, Tuan Alfred memang tertarik denganmu. Semoga beruntung, Amanda," bisik Julie seraya terkekeh.

Amanda hanya tersenyum simpul dan tentu saja ia masih merasa bingung. Alfred memanggilnya kali ini, apakah ia melakukan kesalahan?

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status